Share

Kodrat (Menjadi Wanita)
Kodrat (Menjadi Wanita)
Author: Sitti Rohmah

Prolog

"Kalau kamu memang tidak bisa memberikan keturunan pada Naufal, biarkan dia menikahi perempuan lain!"

Aisyah memejamkan matanya ketika kalimat itu dengan mudahnya keluar dari bibir mertuanya. Naufal yang sangat mengerti bagaimana perasaan istrinya hanya mencoba menguatkan istrinya dengan terus mengenggam tangan istrinya. 

Ini tidak akan mudah bagi Aisyah, ini bukan keinginan Aisyah. Sama sekali dia tidak ingin hal itu terjadi. Sebagai perempuan Aisyah ingin sekali memberikan Naufal keturunan, dia ingin keluarga ini ada penerusnya. Karena yang orang tua Naufal takutkan pesantren ini tidak ada penerusnya sama sekali. Mereka  juga hanya punya satu putra, makanya mereka menaruh harap banyak pada Aisyah dan Naufal. Akan tetapi,  tiga tahun pernikahan mereka. Buah hati yang selalu ditunggu kehadirannya tidak kunjung hadir dalam rahim Aisyah. 

"Umi tenang, kami sedang berusaha untuk itu. Jangan menekan Aisyah seperti ini," bela Naufal. 

Uminya tampak marah, begitu juga Abinya. Keduanya sama-sama ingin segera memiliki cucu dan selama ini mereka sudah berusaha sabar menunggu.

"Harus berapa lama lagi kami harus menunggu Aisyah hamil? Kami ini sudah cukup sabar."

"Abi dan Umi seperti ini karena kami ingin pesantren Al Islamiyah ini ada penerusnya, kalian harapan kami satu-satunya. Kalau Aisyah memang tidak bisa memberikan keturunan. Abi rasa menikah lagi bukan hal yang salah."

"Abi!" tegas Naufal. "Aku dan Aisyah sedang berusaha, setiap usaha itu butuh proses dan ini tidak sebentar. Apalagi kami berdua juga masih sibuk dengan kuliah kami."

Naufal dan Aisyah memang menikah sudah sejak mereka baru saja lulus sekolah Aliyah. Aisyah yang saat itu sebagai santri di pesantren Al Islamiyah sangat bahagia saat tahu putra Kyai selama ini jatuh cinta padanya. Merekapun menikah, tidak lama setelah pernikahan itu. Mereka memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke Jakarta. Di Jakarta, mereka tinggal di sebuah kontrakan tidak terlalu besar. Mereka akan pulang ke pesantren hanya ketika libur semester saja. Itupun mereka tidak pernah lama-lama karena Aisyah yang tidak betah terus ditagih soal keturunan. 

Aisyah bukannya tidak mencoba berbagai cara agar dia bisa hamil. Bahkan dokter mengatakan tidak ada masalah apa-apa dalam rahim Aisyah, rahim Aisyah sangat sehat. Aisyah tidak mandul. Akan tetapi sampai saat ini tidak ada tanda-tanda dirinya akan hamil. 

"Umi akan carikan kamu calon istri," ucap Uminya kekeh. 

Naufal semakin mengeraskan genggamannya pada Aisyah. Sedangkan Aisyah sejak tadi hanya mampu memejamkan mata. Tidak ada yang dapat dia ucapkan, semuanya terasa sia-sia saja. Kedua orang tua Naufal tidak mau bersabar. 

"Tidak, Umi," tolak Naufal dengan keras. "Beri kami waktu agar kami bisa buktikan sama Umi kalau Aisyah bisa hamil dan memberikan keturunan untuk Nufal."

Umi dan Abinya tampak saling pandang. Mereka tidak tahu apa yang akan selanjutnya mereka katakan. Air mata Aisyah sejak tadi sudah bak sungai yang mengalir di pipinya yang manis. Akan tetapi hal itu tidak membuat iba kedua orang tua Naufal. Mereka tetap pada keinginan mereka.

"Tiga bulan, kami beri waktu tiga bulan. Lebih dari waktu yang Umi dan Abi berikan dan Aisyah tetap tidak hamil, Umi akan menikahkan kamu dengan wanita pilihan Abi dan Umi."

Kali ini Naufal tidak mau berpikir panjang, "Setuju, aku setuju. Aku akan buktikan kalau Aisyah bisa hamil."

Kali ini, mereka tidak tahu dengan rencana Allah yang ternyata jauh di luar ekspektasi mereka.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status