Share

18. Undangan

Penulis: Estaruby
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-17 12:51:12

“Terima kasih, Bu Arina. Kinerja Anda luar biasa,” ucapnya dengan nada bangga. “Kerja sama dengan Askara Danendra bukan hal yang mudah, tapi Anda berhasil menanganinya dengan sangat baik. Apalagi pengalaman Anda selama mendampingi mereka dalam perhelatan internasional di Zurich—itu nilai tambah yang luar biasa, tidak hanya bagi institusi, tapi juga bagi mahasiswa kita.”

Arina tersenyum tipis, mengucap terima kasih saat rektor mengapresiasinya di ruang rapat. Siang menjelang sore di hari kala pertemuan itu berlangsung untuk membahas beberapa rancangan giat kedepannya, termasuk magang.

Beberapa dosen lain ikut mengangguk, ada yang mencatat, ada pula yang tersenyum ramah.

Rektor melanjutkan, “Saya minta rekan-rekan untuk segera menindaklanjuti ini. Eksekusi pengumuman magang harus dimulai secepatnya. Kita ingin menjaring mahasiswa dengan kualifikasi terbaik untuk kesempatan ini.”

Suasana rapat pun mencair. Beberapa dosen mulai berdiskusi ringan sambil merapikan catatan. Namun ketika Ari
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
alea
sering up dong kak....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   61. Mencuri Hati Dua Generasi

    "Kamu tahu bagaimana senangnya nenek saat mendengar kabar sore tadi bahwa kamu akan berkunjung dengan pacarmu?''Wajah nenek terlihat amat sangat bahagia. Dia mengamit lengan Arina, mengajaknya berjalan menuju ruang makan dan meninggalkan Askara yang mengekor di belakang."Wah, akhirnya cucuku datang juga bawa calon!" serunya ceria. Nenek itu memperagakan kembali kurang lebih isi pikirannya. Dan ya, itu terbukti dari bagaimana stadi dia memeluk Arina erat sebelum sempat gadis itu berkata apa-apa. Arina tersenyum gugup, sementara Askara hanya terkekeh, mengusap punggung neneknya pelan."Nenek sempat khawatir. Pergaulan di luar negeri bisa saja membuat orientasinya menjadi berbeda."Ucapan nenek membuat Askara yang mendengarnya jadi tersedak angin. Bisa-bisanya sang nenek mengatakan itu di depan calonnya. Sementara itu, Arina hendak tertawa tapi sungkan. Dalam hati bergumam bahwa dia cukup yakin bahwa Askara masih menyukai perempuan. At least, lelaki itu sempat 'berdiri' saat bersaman

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   60. Membawa Calon Ke Rumah Nenek

    Matahari sudah mulai condong ke barat saat Arina melangkah keluar dari gedung kampus. Beberapa mahasiswa masih tampak sibuk berdiskusi, namun pandangan Arina teralihkan pada sosok pria yang berdiri bersandar di samping mobil hitamnya—Askara. Tangan Askara melambai santai, senyumnya terangkat setengah, seolah menyimpan rahasia kecil yang ingin segera ia bagi."Udah selesai ngajar?" tanya Askara begitu Arina mendekat."Baru aja. Kamu kenapa tiba-tiba jemput?" Arina menaikkan alis, curiga namun tak bisa menahan senyum kecilnya.Seharusnya tak cukup heran sebab memang hari ini Arina tidak membawa mobilnya sendiri. Bahkan Askara pun secara tidak langsung memang menegaskan bahwa untuk beberapa hari ke depan, dia akan menemani Arina."Aku kangen," jawab Askara ringan.Terdengar sangat menyebalkan di telinga Arina, dia pukul pelan lengan Askara dan itu menimbulkan tawa ringan di wajah keduanya.Pemandangan itu jelas tidak luput dari mata orang-orang yang secara diam-diam memperhatikan. Bagaim

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   59. Ditagih

    Langkah kaki Askara terdengar mantap menyusuri lorong kantor pagi itu. Setelan jas hitam yang dikenakannya tak sedikitpun menunjukkan gelagat bahwa pria itu tengah menjadi buah bibir. Tapi sorot mata para karyawan yang menatap diam-diam cukup jadi bukti. Kabar tentang pertunangannya dengan Arina telah menyebar luas seperti api menjilat jerami.Sesampainya di ruangannya, pintu belum sempat tertutup rapat saat suara familiar menyelinap masuk.“Bos besar datang juga akhirnya,” Damian bersandar santai di ambang pintu, ekspresi jail sudah terpasang sejak awal. “Gimana rasanya jadi hot topic se-kantor, Mas Tunangan?” Ucapnya dengan penekanan di akhir kalimat.Askara mengangkat alis, tak membalas, hanya menjatuhkan map di meja lalu duduk dengan tenang.Damian tertawa pelan. “Serius, Ka! Nenekku—nenek kita, maksudku—sudah nanya tiga kali semalam. Katanya, ‘Damian, kamu tahu nggak siapa perempuan yang bisa bikin Askara akhirnya serius?’” Ia menirukan suara nenek mereka dengan lebay, membuat As

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   58. Dipanggil Rektor

    Apa maksud Askara?Kepala wanita itu terasa sudah cukup pening pagi hari ini. Bukan hanya karena dia baru ingat hari ini ada kelas pagi, tapi juga karena teka-teki yang Askara ciptakan. Bersamaan dengan kehangatan dan juga cukup banyak sorotan yang mengiringi. Siapa yang harus tahu batasnya?Arina menggeleng lanjut berjalan. Dia baru saja melangkahkan kaki ke halaman kampus ketika tatapan itu menghantamnya lebih dingin dari hembusan angin pagi. Bu Widya, dosen yang belakangan ini terlihat sangat sentimen padanya, berdiri tak jauh dari pintu lobi fakultas dengan tangan terlipat di depan dada. Mata sang dosen menatap tajam dari ujung kepala hingga sepatu yang Arina kenakan."Hm, pagi yang... dramatis ya, Bu Arina," sindirnya, senyuman kaku terpahat di wajahnya. "Tapi semoga hari ini tidak ada adegan tambahan, kampus ini kan tempat belajar, bukan panggung sinetron."Arina tidak membalas. Hanya menghela napas pelan, menundukkan kepala sedikit sambil tetap menjaga langkahnya tetap tegap.

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   57. Skenario Pagi Hari

    Arina terbangun perlahan ketika cahaya matahari yang hampir menyelinap masuk lewat celah tirai mulai menari-nari di kelopak matanya. Tubuhnya terasa hangat, lebih hangat dari biasanya. Saat kesadarannya terkumpul, ia menunduk — dan mendapati sepasang tangan kokoh melingkari pinggangnya erat, seolah menjaganya agar tak pergi ke mana-mana.Itu tangan Askara.Lelaki itu masih terlelap di belakangnya, napasnya teratur dan wajahnya terlihat jauh lebih tenang dibanding biasanya. Entah sejak kapan Askara memeluknya seperti ini, tapi jelas ia telah melakukannya sepanjang malam, menjaga Arina dalam diam, bahkan tanpa sadar.Untuk beberapa detik, Arina hanya memejamkan mata lagi, membiarkan detak jantungnya berdentum pelan menyesap kenyamanan yang asing namun menenangkan. Seakan-akan, di antara cahaya pagi yang baru menapak masuk, ia menemukan secuil rasa aman yang tak pernah ia duga berasal dari Askara.Wajahnya mendadak memerah kala ingatan tentang semalam muncul lagi. Ciuman dan bahkan sentu

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   56. Kinda 'Hot' Night

    Jemari besar Askara menari di wajah Arina, membelainya lembut saat sekaligus membawanya bergerak lebih dekat guna menyatukan ranum keduanya. Bibir mereka bersentuhan lembut. Cukup lembut untuk mengirimkan sengatan-sengatan listrik pada sekujur tubuh keduanya. Dimulai dengan kecupan tipis, perlahan meningkat menjadi sedikit lebih menuntut dan panas. Jarak yang terus terpangkas dan tubuh keduanya yang kini merapat saling mendamba kehangatan. Suara decapan ikut memenuhi heningnya malam. Sepasang insan yang kini berusaha saling mendominasi. Intensitas pergerakan yang awalnya lembut dan bergerak menjadi semakin liar. Askara dengan mudah mengangkat tubuh Arina dalam gendongannya untuk dia boyong kembali masuk ke dalam rumah. Menggeser pintu kaca di balkon dengan sebelah kakinya dan langsung mendudukkan kembali wanitanya itu diatas tubuhnya yang terduduk di sofa.Arina diatasnya, mengalungkan lengannya di leher Askara. Meraup oksigen sebanyak yang dia bisa dalam waktu singkat hanya karena

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status