Share

29. Effort Bertemu

Penulis: Estaruby
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-06 06:49:22

Jangan berpikir bahwa dua manusia yang sedang pendekatan tipis-tipis itu pada akhirnya benar-benar makan malam atau jalan-jalan bersama. Pada kenyataannya, Arina sudah menyiapkan alasan mutlak dimana dia tidak akan bisa mengiyakan apapun ajakan terselubung alias modusnya Askara sore hingga malam ini. Sungguh, Arina tidak pernah merasa sangat berterimakasih pada jam mengajar kelas malam seperti sekarang ini.

Sebenarnya tidak begitu buruk, hanya saja, Arina merasa bahwa dirinya harus sebisa mungkin membatasi diri dengan Askara. Dia ingat pembicaraan mereka tempo hari. Askara mungkin akan menggunakan banyak cara untuk terlibat dengannya dan wanita itu tidak boleh melarangnya. Tapi, demi ketentraman hati Arina, wanita itu memilih untuk membatasi diri tanpa terlihat terlalu menolak. Sejujurnya, dia hanya takut jatuh terlalu jauh, lagi.

Usai urusan program magang selesai, Arina benar-benar tak punya waktu untuk berlama-lama di kantor Askara. Wanita itu harus kembali ke kampus karena dia ada
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ferinda Yanti
arina alot banget ya buat jatuh cinta,,,trauma banget kyknya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   29. Effort Bertemu

    Jangan berpikir bahwa dua manusia yang sedang pendekatan tipis-tipis itu pada akhirnya benar-benar makan malam atau jalan-jalan bersama. Pada kenyataannya, Arina sudah menyiapkan alasan mutlak dimana dia tidak akan bisa mengiyakan apapun ajakan terselubung alias modusnya Askara sore hingga malam ini. Sungguh, Arina tidak pernah merasa sangat berterimakasih pada jam mengajar kelas malam seperti sekarang ini.Sebenarnya tidak begitu buruk, hanya saja, Arina merasa bahwa dirinya harus sebisa mungkin membatasi diri dengan Askara. Dia ingat pembicaraan mereka tempo hari. Askara mungkin akan menggunakan banyak cara untuk terlibat dengannya dan wanita itu tidak boleh melarangnya. Tapi, demi ketentraman hati Arina, wanita itu memilih untuk membatasi diri tanpa terlihat terlalu menolak. Sejujurnya, dia hanya takut jatuh terlalu jauh, lagi.Usai urusan program magang selesai, Arina benar-benar tak punya waktu untuk berlama-lama di kantor Askara. Wanita itu harus kembali ke kampus karena dia ada

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   28. Tak Lagi Defensif

    Ruang kerja Askara sore itu terasa hangat oleh cahaya matahari yang menembus tirai jendela. Arina duduk di sofa tamu, sementara sang pemilik ruangan masih mengamati dokumen dengan seksama. Lelaki itu duduk di sudut meja kerjanya, tak jauh dari tempat Arina menunggu.Cahaya matahari menembus jendela besar ruang kerja, menyelinap melalui celah tirai dan jatuh tepat di sudut meja tempat Askara duduk. Ia tak menyadari betapa sorotan cahaya sore membingkai tubuhnya dengan sempurna—seolah ruangan itu sengaja diatur untuk memfokuskan dunia padanya. Dengan kemeja yang lengan panjangnya telah digulung hingga siku dan kancing teratas sedikit terbuka, Askara tampak serius menekuni halaman demi halaman dokumen kerja sama magang yang baru saja diserahkan Arina.Kedua alisnya bertaut ringan. Tangannya yang lentik namun tegas sesekali mengetuk permukaan meja dengan ujung pulpen, menandai poin-poin penting. Tatapannya tajam, penuh pertimbangan, seolah setiap kalimat dalam dokumen itu bukan sekadar t

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   27. Modus Askara Berlanjut

    Arina menarik napas panjang sebelum melangkah masuk ke lobi kantor megah itu. Ia mengenakan blus putih sederhana dan rok selutut, membawa map berisi dokumen kerja sama yang diminta Askara untuk dikirimkan langsung ke kantornya. Sebenarnya, hal ini bisa saja dikirim lewat email atau kurir, tapi Askara secara khusus memintanya untuk datang sendiri. Alasannya? Tak dijelaskan."Selamat pagi," sapa Arina ramah pada resepsionis.Namun, bukannya dibalas dengan sopan, perempuan berseragam kantor itu malah menatapnya dari atas sampai bawah, lalu menghela napas panjang.“Maaf, tapi tamu tanpa janji temu tidak bisa langsung naik. Kalau Anda salah satu dari… yang ‘mengaku-ngaku’ sebagai klien Pak Askara, kami mohon untuk tidak mengganggu,” ucapnya sinis, dengan senyum tipis yang terdengar sangat tidak tulus.Arina tertegun. “Saya hanya mengantarkan dokumen penting yang diminta Pak Askara secara langsung—”“Ya, ya, semua juga bilang begitu,” potong si resepsionis.Arina melirik setengah tidak perc

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   26. Curhatan di Mobil

    Mobil melaju pelan di bawah cahaya matahari yang masih lumayan terik. Di dalam kabin, suasana hening untuk beberapa menit. Arina menggenggam setir dengan kedua tangan, pandangannya lurus ke depan, namun pikirannya masih tertinggal di lorong susu tempat mamanya Nindy berdiri dengan senyum tajam yang membekas. Syukurnya, dia masih cukup fokus untuk membaca rambu-rambu jalan dan traffic light yang menyala merah, perlahan berhenti.Di sampingnya, Dinara membuka ponsel. Ia ragu-ragu sejenak sebelum menoleh ke arah Arina. “Mbak… boleh aku tunjukin sesuatu nggak?” tanyanya pelan, hati-hati.Arina melirik singkat, lalu mengangguk. “Apa, Nar?”Dinara memutar layar ponselnya menghadap Arina. Terlihat akun Instagram Nindy, yang baru saja mengunggah foto prewedding-nya bersama Jefano. Mereka berpose di tepi danau, dengan gaun putih dan setelan jas krem yang sempurna. Namun bukan itu yang menarik perhatian—melainkan kolom komentarnya.Komentar demi komentar memenuhi layar. Bukan pujian. Tapi huja

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   25. Keluar Kandang Singa, Masuk Kandang Macan

    Semasih di kota asalnya, Arina seharian ini akan menghabiskan lebih banyak waktu bersama dengan keluarganya. Usai makan siang dengan percakapan menyebalkan yang mana dia jadi topik utamanya, Arina memilih untuk pergi menjemput salah satu adik sepupunya di tempat bimbingan belajar. Tidak jauh, mungkin sekitar lima belas menit berkendara kesana. Yah, hitung-hitung mencari udara segar sebelum kembali ditimpuk oleh celotehan menyebalkan dari tante-tantenya itu.Arina baru saja keluar dari kompleks rumahnya, menyalakan penunjuk arah supaya tidak salah jalan. Dia baru bisa bernafas sedikit lebih lega seiringan dengan suara keramaian di rumahnya yang semakin memudar karena dirinya telah bergerak jauh. "Nar, Mbak Arin yang bakal jemput. Kamu sudah selesai bimbelnya?" Arina bersuara saat berhasil menghubungi adik sepupunya disana."Lho, Mbak Arin lagi di rumah ya? Ini aku udah kelar sih kelasnya, paling mau ketemu tutor sebentar sebelum pulang," ujar Dinara diseberang panggilan.Arina mengang

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   24. Arina dan Keluarganya

    Akhir pekan minggu ini Arina akhirnya benar-benar menginjakkan kaki ke rumah orang tuanya setelah menyetir selama kurang lebih dua jam. Dua hari lalu via telepon, Arina sudah berjanji untuk berkunjung, terlebih dia mungkin sudah tidak pulang ke kampung halamannya ini selama kurang lebih dua bulan. Memilih untuk menempuh pendidikan dan bekerja di kota yang lebih besar, Arina tinggal di sebuah rumah sederhana yang dia bersama orang tuanya beli lima tahun yang lalu. Papa Arina berpikir akan lebih baik untuk membeli sebuah rumah dengan harga masuk akal di daerah tersebut sebab Arina kuliah dan bekerja disana. Selain itu, adik- adik sepupunya juga bisa tinggal disana nantinya kelak mereka kuliah atau bekerja. Biaya sewa indekos atau apartemen bagi keturunan mereka setidaknya tidak akan jadi masalah kedepannya. Begitu harapannya.Yah, lima tahun keluar dari rumah orang tuanya, Arina justru perlahan berubah jadi orang tua. Sebagai sulung di generasi cucu keluarga besarnya, Arina menjadi ibu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status