แชร์

35. Tenda Angkringan

ผู้เขียน: Estaruby
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-18 00:34:47

A stolen kiss.

Bisakah Arina mengkategorikannya sebagai sebuah ciuman yang dicuri apabila dia justru tanpa sadar ikut memberi balasan?

Tentu tidak.

Apalagi dengan kedua tangannya yang melingkar mesra di leher Askara. Hell nah! Arina tak bisa menyalahkan Askara atas dasar apapun sekarang!

Arina membuka matanya secara dramatis saat menyadari bahwa posisinya kini sama sekali tidak menguntungkan. Dan mungkin, Askara dapat merasakan pergerakannya. Laki-laki itu ikut membuka mata dan menatap Arina tanpa melepaskan tautan bibir mereka.

Sial, itu cukup panas!

Mata elang Askara seolah menenggelamkan Arina jauh. Wanita itu setengah ciut, namun syukurnya Askara pada akhirnya melepaskan tautan mereka.

Hanya deru nafas dan sengatan hasrat yang mungkin tersisa dan kini terurai diantara keduanya. Mereka terengah, merasakan tubuh masing-masing memanas di tengah dinginnya sisipan udara malam disini.

Pipi Arina memerah, semakin menyalakan warna blush on yang sebenarnya sudah cukup kentara sejak awal.
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (1)
goodnovel comment avatar
Ferinda Yanti
ahhh ,,aku suka banget suasana itu....
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   37. Panggilan Dari Tante Lilis

    Pagi masih gelap saat dering ponsel memecah sunyi kamar. Arina menggeliat pelan, meraba-raba tempat tidur dengan mata terpejam sebelum akhirnya meraih ponsel di atas nakas. Layarnya menyala menampilkan nama “Tante Lilis”. Dengan helaan napas berat, ia mengangkat panggilan itu.“Halo, Tante?”Suara tante Lilis langsung meluncur cepat, tanpa basa-basi. “Arina! Ya Tuhan, kamu semalam datang ke kondangan Jefan ya? Beneran itu kamu? Sama cowok siapa itu? Cakep banget! Mobilnya aja kayak showroom jalan!”Arina mengerjap, menghela nafas berat, duduk perlahan sambil mengusap wajahnya yang masih lelah. Gaun pesta semalam bahkan belum sempat ia simpan ke lemari. Matanya masih berat, tubuhnya pegal, tapi omongan Tante Lilis seakan menyiramkan segayung kopi panas ke kesadarannya.“Itu siapa, Rin? Pacar baru kamu? Kapan kenalannya? Tante dengar-dengar dari tetangganya Nindy, semua orang pada ngomongin kalian lho! Duh, anak tante memang nggak pernah gagal bikin heboh.”Arina hanya bisa memijit peli

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   36. Saya, Aku, dan Wedang Ronde

    Langit malam menggelap sempurna saat Arina dan Askara melangkah pelan dari angkringan sederhana menuju gerobak wedang ronde di seberang jalan. Meski masih mengenakan gaun dan kemeja sisa dari kondangan tadi, keduanya tampak tak peduli jadi tontonan. Justru ada semacam kebebasan yang menenangkan ketika berjalan di trotoar, menyatu dengan keramaian warga yang duduk-duduk menikmati makanan larut malam mereka."Wedang rondenya dua, Mas. Yang satu gak usah pake jahe terlalu pedas, ya," ujar Arina sambil tersenyum pada penjual.Tak butuh waktu lama untuk pesanan itu tersaji ke meja. Askara mengeluarkan tangannya dari saku celana. "Dingin-dingin gini enaknya memang yang hangat-hangat," gumamnya sambil melirik Arina. "Termasuk obrolan yang hangat."Arina tertawa pelan. Mereka duduk di bangku plastik kecil dekat gerobak, menyesap ronde perlahan. Uap hangat dari mangkuk menari di udara."Entah sudah berapa lama aku tidak menyantap wedang ronde," sambung Askara.Arina tahu, namun sesuatu menggel

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   35. Tenda Angkringan

    A stolen kiss.Bisakah Arina mengkategorikannya sebagai sebuah ciuman yang dicuri apabila dia justru tanpa sadar ikut memberi balasan?Tentu tidak.Apalagi dengan kedua tangannya yang melingkar mesra di leher Askara. Hell nah! Arina tak bisa menyalahkan Askara atas dasar apapun sekarang!Arina membuka matanya secara dramatis saat menyadari bahwa posisinya kini sama sekali tidak menguntungkan. Dan mungkin, Askara dapat merasakan pergerakannya. Laki-laki itu ikut membuka mata dan menatap Arina tanpa melepaskan tautan bibir mereka.Sial, itu cukup panas!Mata elang Askara seolah menenggelamkan Arina jauh. Wanita itu setengah ciut, namun syukurnya Askara pada akhirnya melepaskan tautan mereka. Hanya deru nafas dan sengatan hasrat yang mungkin tersisa dan kini terurai diantara keduanya. Mereka terengah, merasakan tubuh masing-masing memanas di tengah dinginnya sisipan udara malam disini. Pipi Arina memerah, semakin menyalakan warna blush on yang sebenarnya sudah cukup kentara sejak awal.

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   34. After Party

    Langit malam membentang pekat saat mobil yang dikendarai Askara melaju menjauh dari hiruk-pikuk pesta pernikahan Jefan dan Nindy. Musik pesta masih terngiang samar di telinga Arina, bersamaan dengan pujian-pujian sumbang yang tadi dia dengar—tentang betapa cantiknya dia malam ini, betapa "sayangnya" Jefan melepasnya. Senyuman Arina sudah lama pudar, terganti diam dan pandangan kosong ke luar jendela.Sejujurnya, itu bukan sesuatu yang bisa seratus persen dia banggakan. Saat ini, Arina lebih fokus pada dirinya, tentang mengapa dia masih merasa kesal dan seolah menyimpan dendam pada pasangan tadi. Arina rasa dirinya telah merelakan semuanya—tak peduli lagi pada penghianatan mereka, tapi sepertinya dia tidak benar-benar rela (?)Segumpal amarah dan sesak masih memenuhi dadanya. Entah karena yang mana. Tapi Arina pastikan itu bukan karena dia masih mencintai Jefan. Arina masih marah. Itu karena dirinya merasa bodoh telah tertipu selama beberapa waktu. Seolah banyak orang telah mengetahui

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   33. Sindiran Halus di Pelaminan

    Entah sejak kapan lengan dua insan itu bertaut. Arina masih mempertahankan seperempat senyumnya di tengah kebingungan yang melanda. Arina masih membenarkan posisi clutch-nya ketika menahan gelombang aneh yang berkecamuk di dadanya.Keduanya berjalan pelan setelah bercakap dengan Tuan Gutomo. Askara dengan gagahnya menunjukkan aura-nya, dia bukan laki-laki sembarangan. Pesona Askara bahkan turut membius banyak mata yang secara default terarah padanya. Terlebih, orang-orang yang mulai penasaran dengan hubungan antara Arina dan Askara. Arina juga tanpa sengaja sempat bertukar tatap dengan gerombolan teman-temannya yang menatap dengan netra berbinar siap bergosip. Bibir-bibir itu sudah sibuk lebih dulu. Arina yakin setelah ini notifikasi obrolannya akan menjadi sangat ramai karena ini.Baik, sebenarnya alasan Askara turut hadir disini sudah terjawab. Itu karena undangan langsung dari ayah Jefan sendiri. Tapi, mengapa bisa se-kebetulan ini?“Jadi… kamu juga diundang,” gumam Arina tanpa me

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   32. Flexing

    Arina berdiri di antara kerumunan tamu, di balik dekorasi serba putih dan gemerlap lampu gantung yang tergantung angkuh di langit-langit gedung pernikahan itu. Musik lembut mengalun, para tamu tampak bahagia.Di ujung altar sana, Jefan tersenyum lebar. Genggaman tangannya erat pada Nindy, wanita yang kini resmi menjadi istrinya. Gaun Nindy menjuntai panjang, senyumnya manis, tatapannya mengandung kemenangan yang tak pernah benar-benar ia sembunyikan.Arina menyaksikan semuanya dengan muak. Tapi wajahnya tetap datar. Datar dan tak terbaca. Ia bahkan sempat mengangguk kecil pada beberapa tamu yang lewat, terutama mereka yang mengetahui hubungan Arina dan Jefan, seolah berkata, “Aku baik-baik saja. Sangat baik.”Padahal perutnya sudah mual sejak tadi.Silvia pergi sebentar untuk menyapa kawan lama yang tanpa sengaja dia temui disini. Saat tengah sendirian, tiba-tiba saja seseorang mengambil kesempatan tersebut hanya untuk mendekati Arina."Arina, wah... kamu datang juga." Suara itu data

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status