Share

Bab 6 Proses Surogasi

Author: Prima_Alpi
last update Last Updated: 2023-10-27 18:41:35

Tok! Tok! Tok!.

"Mbak. Mbak Alara!"

Suara ketukan diiringi panggilan dari arah pintu menyentak lamunanku, sejak pindah ke sinii aku memang sudah tidur dan sering terbangun lebih pagi. Padahal sebelumnya aku nyaris tak pernah menyentuh matahari pagi, karena aktivitas padat yang dilakukan di malam hari.

"Bentar!" kutendang selimut sampai teronggok di lantai kemudian berjalan menghampiri pintu yang masih saja diketuk tak sabar.

Ceklek!" suara pintu saat Aku buka pelan.

"Ada apa? Ini masih pagi!" Sentakku pada asisten pribadi yang sengaja disewa untuk membantuku selama setahun kedepan.

"Bapak udah nunggu di depan, Mbk. Katanya kalian berangkat ke Singapura hari ini." Katanya cepat.

"Dih, bukannya jadwal surrogasi masih seminggu lagi?"

Gadis seumuranku itu hanya bisa mengedikkan bahu.

"Kalau itu saya kurang tahu, Mbak." Ucapnya pelan.

"Arrghh. Yaudahlah," akhirnya akhirnya aku hanya bisa menghentakkan kaki dan beranjak menuju kamar mandi.

"Mbak." Panggilnya.

Masih ku dengar suara Nila diambang pintu.

"Apa lagi?" Jawabku pelan.

"Bisa dipercepat dikit? Soalnya bapak udah nunggu dari tadi," sambungnya hati-hati.

"Iya, iya. Suruh siapa jual mahal sampe mutusin pisah unit takut banget tergoda dengan butiran debu ini!"

Kubanting pintu kamar mandi, lalu lekas membersihkan diri.

Dalam lamunan aku mulai berpikir, betapa beruntungnya Naya mendapatkan Arga. Dia sempurna dalam sisi mana saja. Caranya membatasi diri membuatku bertanya, apakah dia benar-benar lelaki pada umumnya?

***

"Ada yang lain?" Arga bertanya saat aku baru saja tiba di hadapannya.

"Apanya?" Aku mengernyitkan dahi.

"Pakaian lain, Alara!" Dia tampak geram. Entah karena menunggu terlalu lama, atau apa yang kukenakan semakin menyulut emosinya.

Menurutku tak ada yang salah, crop top fan hotpants cukup umum di kalangan anak muda masa kini pusat, paha, dan belahan dada itu biasa.

"Ada," cetusku dengan nada ketus.

"Apa semuanya begini?" Tanyanya.

"Sebagian besar." Jawabku cepat.

Dia menghela napas panjang.

"Ya, sudah kenakan saja yang waktu itu kamu pakai untuk menemui orangtua saya." Suruhnya dengan tegas.

"Lagi di-laundry." Ucapku singkat.

"Kalau begitu kita beli." Katanya sedikit kesal.

" Kenapa? Semua bajuku masih layak pake." Kataku dengan pelan.

"Tapi nggak alayak dilihat!" Ucapnya cepat.

Aku mendengkus keras, lalu menghentakkan kaki.

"Oke kita pergi!"kataku sembari melangkah pergi.

***

Tidak ada percakapan sepanjang perjalanan. Sesampainya sesampainya di mall kita bahkan langsung ke tempat yang dituju tanpa ada sedikit pun basa-basi. Hampir semua belanjaanku dia yang tentukan. Atasan,

bawahan, sweater, Hoodie, dress, bahkan gamis.

Oh ayolah ini semua menggelikan.

Sampai akhirnya aku menemukan satu stan toko yang mencuri perhatian. Tanpa persetujuan bergegas aku menariknya menuju toko pakaian dalam milik brand terkenal VS.

"Mbak. Tolong ambilin baju warna merah itu satu, yang ijo satu, yang kuning satu!" Kataku ke pemilik toko tersebut.

"Alara, saya sudah bilang tentang atu_" Arga menghentikan kalimatnya.

" Ye, siapa bilang aku mau pake semua ini di depan kamu? Orang aku mau beli buat koleksi pribadi." Kataku ketus.

Dia terbungkam, tak lagi bersuara. Bisa kulihat pramuniaga itu senyum-senyum sendiri memperhatikan kami.

"Oh, Iya. Celana dalamnya yang item itu satu, yah." Kataku sembari menunjuk ke arah tersebut.

"Buat apa? Bukannya stok kamu masih banyak di lemari?" Setelah sekian lama Arga nyeletuk lagi.

" Kok situ tahu?" Aku mengernyitkan dahi.

"Nggak, itu_" saat Nila mengemasi barangmu saya tak sengaja melihat barang-barang itu dikeluarkan dari dalam koper besar." Katanya sambil menggaruk punduknya yang tak gatal.

"Oh,"aku memutar bola mata, lalu mengedikkan bahu tahu peduli.

" Ini notanya, ya, Bu. Barang bisa di ambil dikasir." Ucap pramuniaga tersebut

"Eh, yang daleman item tadi mau langsung saya pake!" Potongku pada sang pramuniaga.

"Alara," Arga memolototiku.

"Apesih!" Ucapku tak peduli.

"Kan bisa buat nanti." Lirihnya kesal.

"Ya udah, kalau gitu aku pergi tanpa CD." Ucapku terkekeh.

"Apa!!!" Sontak matanya membelalak sempurna.

"Aku lupa pake," aku tersenyum tipis.

"Astaghfirullah, Alara." Ucap Arga menepuk keningnya.

"Ya, maaf kebiasaan soalnya." Aku tersipu malu.

***

From: Roy Kimoci

[ Ala, gue baru dapat kabar kalau Bu Nita udah dapat donor ginjal. Harus diakui duit emang bisa mengendalikan segalanya, buktinya pendonor cepat banget datang padahal sebelumnya mertua lo pasien antrian ke sekian. ]

Di ruang ganti, masih masih dalam ponsel dalam genggaman tangan, aku menatap pesan yang Roy kirimkan dia mengatakan bahwa Bu Nita berhasil mendapatkan donor ginjal wanita tua yang menjadi alasan aku rela menyewakan rahim pada pasangan suami-istri yang mendambakan keturunan.

Setelah oprasinya selesai mungkin aku akan benar-benar terbebas dari beban. Terlepas dari segala keterlibatan dari lelaki yang mengumpankanku ke kandang macan.

"Ala, Alara!" Suara berat itu mengambil perhatianku dari ponsel, di genggaman tangan.

"Ya." Kuseka air mata yang entah sejak kapan lolos dari pelupuk mata menatap Arga yang sudah berdiri menunggu di ruang ganti.

"Are yau oke?" Dia bertanya saat menyadari ada yang berbeda. Kuakui kepekaannya diatas rata-rata.

"Iya." Lagi hanya jawab singkat itu yang bisa kuberikan.

"Kalau begitu bisa kita berangkat sekaran? Soalnya saya masih ada pertemuan." Katanya dengan cepat.

"Oke." Aku sambil melangkahkan kaki.

***

Setelah menempuh kurang lebih satu jam perjalanan laut dari batam center, kami tiba di Singapura. Kemudian melanjutkan perjalanan sekitar delapan belas menit hingga sampai di rumah sakit bertarap internasional yaitu month Elizabeth menjelang siang.

Ini adalah kali kedua aku berada di ruang yang sama, tapi tempat berbeda. Berhadapan dengan dokter muda dan satu dokter bule lainnya dengan keadaan yang bisa dibilang cukup mmalukan.

Kenap kubilang memalukan? Karena aku melebarkan kaki tepat di wajahnya, yang tampan sementara dia memsukan alat asing ke dalam jalan rahim yan

bisa mendektesi dondisi kesehatan rahim yang tampak di dalam layar.

"Sangat sehat, dan sudah siap dibuahi," ujar dokter Antoni dengan senyum simpul.

Aku menoleh ke arah Arga yang terdiam.

"Udah jelas, kan, Ganteng? Atau perlu memastikan sendiri?" Cibirku yang membuatnya mengusap tengkuk malu.

Aku tahu dia masih meragukanku makanya dia meminta dokter antoni untuk memastikan lagi. Wajar permintaan istrinya memng bisa dibilang di luar nalar. Menggantungkan satu-satunya harapan pada seorang pelacur? Apakah itu masuk akal? Sampai saat ini aku masih belum tahu alasan Naya memilihku dari sekian banyak wanita diluar sana.

" Kita bisa mualai percobaan pertama dengan menggabungkan sarung sel telur Bu Naya dengan pak Arga. Setelah embrio berhasil dibuahi kami akan memindahkannya dalam rahim ibu pengganti." Jelas dokter Antoni.

Aku hanya bisa mangut-mangut setelah mendengar penuturan dokter Antoni walaupun sepenuhnya tak mengerti.

"Mari Pak Arga! Saya tunjukan ruang mastrubrasi. Santai saja, saya tahu bapak cukup kesulitan unt_" Dokter Antoni menghentikan kalimatnya.

"Loh, emangnya Dokter nggak simpan sampelnya, sampai harus ngedadak kayak gini? Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulutku.

Kedua lelaki berbeda profesi itu menoleh bersamaan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   bab 71 Candamu

    "Sebenarnya saya lebih suka main tarik-menarikan Lingerie." "Uhuk, ohok, huek!" Batuk Arga semakin parah saja, dia bahkan lari sampai ke wastafel terdekat."Lah, batuk, pak haji?" Cibirku."Diam, Alara," sentak Arga.Aku terkekeh geli saat saat mendengar Arga saat meneriakiku.***Tak terasa hari yang di nanti Nila akhirnya tiba juga. Dimna hari yang selama ini di nantikan yaitu pulang kampung. Dan cuti untuk sementara waktu. Membawa oleh-oleh yang sejak sipersiapkan jauh-jauh hari."Ingat pesan-pesan saya, ya, Mbak. Untuk menjadi istri yang berbakti h- hmmpt." Kujepit mulut Nila dengan jari."Iya, iya, sana pergi. Nila menenepis tanganku dengan bibir mengerucut lima senti."Jadi, ngusir? Ya udah, deh. Pamit, ya, Pak, Mbak. Ucap Nila sembari menyalami tangan Alara dan Arga."Ya, hati-hati," sahut Arga sembari membantu memasukkan tas Nila kedalam taksi.Lambaian tangan kami mengiringi kepergian Nila. Setelahnya kutatap Arga senyum dengan penuh arti."Berhenti menatap saya dengan eks

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   bab 70 Membayangkan

    "Bu Amelia?" Tanyaku hati-hati.Dia menatapku lama, sebelum tersenyum dan mengangguk mengiyakan."Ada paket nyasar tadi." Aku menyodorkan kotak paket yang di bawa."Oh, iya. Makasih banyak." Dia tersenyum sumringah sembari mengambil alih paketnya."Sama-sama. Sekalian kenalin, saya Alara. Baru pindah sebulan lalu." Kuulurkan tangan setelahnya.Dia menyambut uluran tanganku setelah meletakkan paketnya di bawah. Tampak sopan dan ramah sekali.Kami bejabat tangan. Menatap langsung kedalaman masing-masing."Saya Amelia. Lain kali mampir, ya. kebetulan kami cuma tinggal berdu sama suami. Itupun beliau pulan tiap enam bulan sekali." Ucapnya lembut."Loh, emang suaminya kerja apa, Bu? Maaf kalau saya lancang." Tanyaku."Suami saya pelaut, Mbak. Nahkoda kapal." Jawabnya dengan senyum kecilnya."Wah, pantesan. Siap-siap. Saya nanti sering mampir. Kalau begitu saya pamit dulu, yah." Pamitku padanya."Iya, iya, Mbak. Sekali lagi terimakasih, ya. Aneh memang, paket saya sering banget nyasar." Kat

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam    Bab 69 Sama-sama Merindukan

    Sejenak Naya diam memikirkan ucapan dari ibunya tersebut, memang Ibu Riska. Sangat sinis sikapnya, apalagi terhadap Alara. Rasa benci terhadap Ibunya Alara membuat Bu Riska sampai saat ini tak bisa melupakan masa lalunya tersebut."Dulu Ibu sangat membenci Ibunya Alara ketika Ibu ada di posisi kamu saat ini, ketika Ayahmu menemui wanita itu perasaan Ibu tak bisa tertahankan rasa sakit yang harus di lalui setiap hari karena perlakuan Ayahmu dengan wanita jalang itu. Oleh sebab itu Ibu selalu khawatir dengan keadaan kamu saat ini, dan Ibu selalu menegaskan kepada kamu agar sikap kamu bisa tergas terhadap Arga dan Alara. Jangan sampai wanita jalang itu menguasai Arga seutuhnya." Ucap Bu Riska dengan penuh kebenciannya."Bu. Aku tidak tahu kalau semua akan berlanjut seperti ini, ku kira Mas Arga akan meninggalkan Alara setela Alea lahir. Tapi ternyata hubungan mereka masih berlanjut sampai sekarang ini, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa karena aku tidak ingin kehilangan Mas Arga." Lirih

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   Bab 68 Antara Rindu Dan Cemburu

    Saat ku buka mata ternyata matahari sudah bersinar terang, tak terasa karena sepanjang malam kami lewati bersama dengan melepas kerinduan dengan kemesraan. Aku segera bangkit dari tempat tidurku kemudian membersihkan diri setelah selesai mandi saat ku sisie dan rambutku Arga terbangun. "Pagi sayang." Ucapnya memelukku dari arah barlakang saat aku menyisir rambutku di depan kaca rias. "Hemm!! Ternyata bangun juga juragan!" Ledekku. "Gimana semalam apakah kamu merasa puas!" Bisiknya di belakang telingaku."Apaan, sih!" Aku mencubit pipinya dengan berbalik badan ke arahnya."Maafkan aku, aku membuat kamu bahagia itu hanya sesekali saja, bahkan aku selalu tidak ada mungkin di saat kamu butuhkan." Ucapnya mengusap rambutku yang masih basah. "Iya, kadang aku selalu berpikir, kok gini banget hidup aku yang harus berbagi suami dengan wanita lain." Aku menundukan kepalaku. "Suatu saat nanti aku pasti milikmu seutuhnya, dan kita akan bersama-sama di setiap malam yang berganti." Arga memelu

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   Bab 67 Berakhir Dengan Kemesraan

    "Aku datang ke sini izin sama Naya, kok. Dia izinin aku untuk nemuin kamu." Ucapnya."Iya, aku tahu, Naya akan selalu mengiyakan tapi apakah kamu tahu dalam hatinya bagaimana? Dan apakah ikhlas itu benar-benar ada di hati Naya!" Aku bertanya membuatnya terdiam."Sebaiknya kamu segera lepaskan saja aku, Ga." Lanjutku membuatnya menatapku serius. "Apa yang kamu katakan ini?" Tanyanya. "Iya, aku serius. Sebaiknya kamu lepaskan aku, karena aku tahu kamu tidak mungkin lepaskan Naya!" Jawabku diulang. "Aku nggak mungkin lepaskan kamu, karena aku cinta sama kamu!" Sahutnya."Cinta apa? Yang membuat aku terus merasa bersalah! Karena memiliki suami orang." Ucapku membuatnya tampak resah. "Kamu tidak bersalah atas semua ini, tidak ada yang salah diantara kita, hanya saja kamu dan Naya memilki perasaan yang sama, makq dari itulah rasa cemburu itu selalu ada." Ucapnya."Kamu egois! Kamu ingin kamu bahagia sendiri, tapi tidak ingin mengerti dengan perasaan kita!" Lirihku. Arga menghela nafasn

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   Bab 66 Mencoba Untuk Mengerti

    Penjelasan Arga membuat Naya terdiam, setelah di pikirkannya memang benar Alara hadir dalam hidupnya tidaklah sama sekali mengganggu kebersamaannya dengan Arga, hanya saja Naya terlalu takut kehilangan Arga. Oleh sebab itulah dia merasa resah gelisah karena takut Arga di miliki Alara seutuhnya. "Nay! Semua ini terjadi karen keinginan kamu, terus kenapa sekarang kamu risaukan semuanya! Saat ini aku hanya ingin kamu mengerti, beri aku waktu untuk memutuskan semuanya, aku akan berikan jawaban tapi setelah semuanya tenang." Arga mencoba berbicara pelan. "Aku begini karena aku sangat mencintaimu, Mas. Dan aku tidak ingin orang yang aku cintai lepas hanya karena wanita lain merampasnya." Ujarnya penuh takut. "Jika saja Alara setega itu maka dia sudah melakukannya, dia selalu mengingatkan aku untuk berlaku adil padamu dan untuk tidak melepaskanmu, tapi kamu selalu berprasangka buruk tentang Alara." Ucapnya agak tenang. "Sekarang kamu fokus pada Alea, anak yang selama ini kamu harapkan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status