Share

Bab 5. Pernikahan Kontrak

Penulis: Prima_Alpi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-05 10:28:06

"Memang begitu prosudernya, Bu. Kami harus memeriksa kondisi rahim secara menyeluruh sebelum melakukan tindakan selanjutnya." Ucapnya lembut.

Dia sangat ramah menanggapi. Aku bahkan dibuat heran melihatnya untuk orang yang lama di luar negri tetapi sangat pasih berbahasa Indonesia.

"Sudah turuti saja," sahut Arga dengan entengnya.

"Turutu, turuti, palamu! Walaupun hobi ngangkang, tapi sedikit banyaknya aku juga masih punya rasa malu," ujarku sedikit kesal.

Dokter Antoni terkekeh geli.

"Tidak apa-apa, Bu. Ini hal biasa bagi saya rileks saja!" Katanya dengan tenang.

Akhirnya aku merebahkan diri, gugup sendiri, saat Dokter Antoni mulai memeriksa entah di mana harus kusimpan muka beserta semua rasa malunya saat dia mengobok-obok dalamanku.

"Aw, apa itu, Dok?" Reflek aku terlonjak.

"Cuma alat, Bu!" Dia mengacungkan alat menyerupai catok Roll Rambut tersebut." Katanya yakin.

"Oh, tolong pelan-pelan, dong, dok. Jangan asal sodok!" Ucapku merasa kesal.

"Alara!" Arga yang sejak tadi duduk jauh si kursi duduk akhirnya ankat suara.

"Apa? Kalau nggak pemanasan dulu sakit tahu!" Ucapku meringis.

Sementara Dokter Antoni itu hanya terkekeh geli.

"Maaf, yah, Bu." Katanya dokter Antoni sopan.

***

"Hasil pemeriksaan ada IUD tembag yang tetaham krang lebih 4-5 lima tahun, saya sudah lepas tadi. Selebihnya kondisi rahim dan jalan lahir sangat sehat dan terawat." Jelas Dokter Antoni.

"Oh, jelas. Tiap bulan perawatan."ujarku singkat.

"Alara..." Arga menegurku lagi.

"Apa sih?" Aku tersenyum tipis.

"Jaga ucapanmu!" Katanya sedikit emosi.

"Iya, iya. Maaf." Ucapku dengan lembut.

"Kita tunggu sebulan setelah masa ovulasi, setelah kitu kita langsung mulai pembuahan dan proses pemindahan pada rahim ibu pengganti." Jelas Dokter Antoni.

Siang berganti petang, saat kupikir Arga akan mengantarku ke unit apartemen yang di janjikan, dia justru membelokkan kendaraan ke komplek elite. Berhenti disebuah rumah yang paling besae di sana, lalu membawaku masuk ke dalamnya.

"Aku akan membawamu menemui istriku!" Katanya dengan tatapan lurus.

Langkahku terhenti tiba-tiba. Akhirnya aku akan tahu siapa wanita yang memilih pelacur di antara sekian banyak wanita baik-baik di luar sana, seorang istri yang rela berbagi suami hanya untuk mewujudkan satu-satunya harapan keluarga di tangan seoran wanita hina.

Arga mendorong pintu ganda yang terpampang dihadapannya. Setelah patahan kayu itu terbuk, alih-alih wanita sehat yang berdiri menyambut kami. Yang kulihat justru wanita lemah yang terbaring tak berdaya di atas ranjang besarnya.

Berbagai alat medis melekat bersama dengan penutup kepala dan pakaian kuterka tak pernah terbuka, selain di hadapan suaminya.

Maria Inaya. Gadis yang kupikir sempurna karena hampir memiliki segalanya. Anak dari pemilik yayasan panti asuhan di mana aku bernaung dulu. Lima belas tahu kami habiskan waktu bersama, berbagai banyak hal, bersenda-gurau. Sampai kusadari dunia kita berbeda, kasta membatasi kita.

Masih ingat dalam ingatan ketika dia pamit untuk melanjutkan study di luar Negri. Menangis di pelukanku. Dan bebisik di telinga, bahwa kita saudara. Aku tak mengerti maksudnya, dan tak pernah mendapat jawaban akan pertanyaan yang ambigu. Hingga sepuluh tahun berlalu tak pernah mendengar kabarnya.

Sampai Akhirny Arga datang dan memberi penawaran itu.

"Setahun lalu Naya dinyatakan koma setelah melakukan prosedur pengamgkatan rahim akibat tumor ganas yang menyerangnya. sebelum rahimnya benar-benar diangkat dokter berhasil mengawetkan tiga sel sempel telurnya.

Satu sudah saya gunakan tanpa sepengetahuannya, tapi berakhir gagal. Hanya tersisa dua.

Sebelum harapan kita benar-benar sirna, saya mengingat sebelum jatuh koma Naya pernah menitipkan pesan. dia pernah meminta saya untuk mencarimu awalnya saya sampai ragu, sangat ragu. Satu tahun bahkan sudah berlalu dan saya masih belum bisa juga mendapatakan jawaban itu tapi, entah kenapa, seminggu terakhir ini saya merasa benar-benar yakin padamu sebelum yang Naya katakan sebelum koma, selain tuhan mungkin kamulah satu-satunya harapan kami." Ceritanya jelas.

***

Hanya ada dua pertanyaan, yang menggelayut dalam benak

Saat kulihat sosok yang terbaring koma di atas ranjangnya, yaitu istri macam apa yang merelakan suaminya menikahi seorang wanita yang seringkali orang anggap hina karena pekerjaan yang digelutinya?

Calon ibu apa yang mengharapkan benihnya tumbuh di dalam rahim yang seringkali disinggahi cairan nista para lelaki durjana?

Aku hanya bisa tertawa saat pertama kali dia datang, menawarkan sesuatu yang lebih berharga dari intan permata. Menceritakan ketidak berdayaan istrinya.

Dan keputusasaan menghadapi masa depannya

Dia menjanjikan komitmen yang dibalut kesepakatan pernikahan kontrak setahun yang bernilai miliyaran untuk mengandung anak yang kelak akan mewarisi banyak harta dari kedua keluarga kaya yang diuji dengan ketidaksuburannya.

"Bisa kita mulai saja?" Pertanyaan dari lelaki berpeci, seketika membuyarkan lamunanku. Sudah sebulan sejak pertama Arga membawa penawaran itu.

Aku masih di sini, di ruang ruangan yang sama di mana wanita itu terbaring koma disaksikan dua keluarga yang membuktikan bahwa pernikahan ini sah di mata hukum agama tanpa paksaan dan tanpa cinta demi kesepakatan

Bersama. Kumihat lelaki yang sebentar lagi menjadi suami dari dua wanita berbeda mengusap wajah, mengangguk pelan.

Dia menatapku sejenak, kemudian menjabat tangan pria paruh baya yang diketahui sebagai seorang penghulu.

"Saya nikahkan dan kawinkan anda saudara Arga Pratama dengan Alara Andarista Binti Boni dengan maskawin, tunai!" Ucap Penghulu tersebut.

"Bagaimana para saksi sah?" Lanjutnya.

"Sah!" Semua serentak.

***

Ditepi ranjang aku menatap jenis lelaki ketiga. Seorang anak tunggal dari seorang anak kaya raya yang sayangnya menikahi sorang wanita yang tak sempurna. Segala cara di lakukan agar benih tumbuh menjadi seorang anak yang sudah mereka dambakan sejak lama.

Kalau dia mengizinkanku menikahiku, kenapa dia nggak mengizinkanmu menyentuhku? Bukan lebih mudah melakukannya dengan cara alami daripada teknologi yang memakan banyak waktu dan biaya?" Pertanyaan itu tercetus begitu saja, saat kulihat dia beranjak hendak pergi setelah menjelaskan segala hal aturan kontrak ini.

Arga berbalik menatapku.

"Naya tak pernah melarang menyentuhmu, Alara. Sayalah yang memutuskan untuk tak melakukan itu. Ini satu-satunya kesempatan kami untuk punya anak dengan DNA kami sendiri." Ucapnya jelas.

Aku tersenyum miring mendengarnya.

"Mungkin satu-satunya kesempatan dia, bukan kesempatan kamu. Dokter bilang kamu sehat, berarti tanpa dia kamu masih bisa punya anak dari wanita lain. Harusnya dia nggak egois, karena aku tahu setia lelaki pasti butuh.

Khususnya kamu yan udah lebih dari setahun nggak menerima hak itu." Lirihku.

"Jangn salah paham, saya menikahimu atas persetujuannya. Tanpa dia pernikahan ini mungkin tak akan pernah terjadi. Kami hanya ingin anak yang kamu kandung nanti jelas nasabnya, jelas siapa Ibu dan Bapaknya.

Dengan atau tanpa pernikahan saya sudah berkomitmen tak akan pernah mengkhianati Naya. Dengan menyentuhmu sudah pengkhianatan bagi saya. Jadi tolong mengerti. Jangan pancing saya. Anggap kamu bekerja untuk saya, dan kamu dibayar untuk itu. Jadi, tolong ikuti saja aturan saya." Katanya dengan semua ketetapannya.

Aku memalingkan muka, lalu tertawa sebenarnya apa yang dia kata masih terbilang biasa, tapi entah mengapa mendengar langsung dari mulutnya malah menimbulkan rasa yang sulit untuk mengerti.

"Oke, kalau kamu punya aturan, aku pun demikian. Membayar atau dibayar kita sama-sama punya hak dan kewajiban!" Aku menantangnya.

Arga terdiam.

"Aku tidak akan memancing, tapi kalau kamu terpancing berarti imammu lemah, kayakinanmu goyah. Kita lihat saja sampai kapan sabarmu berubah jadi pasrah!" Lanjutku.

Kutarik selimut, lalu terbaring dalam posisi menyamping, dari sudut mata kulihat dia beranjak pergi dan menutup pintu dengan hati-hati.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   bab 71 Candamu

    "Sebenarnya saya lebih suka main tarik-menarikan Lingerie." "Uhuk, ohok, huek!" Batuk Arga semakin parah saja, dia bahkan lari sampai ke wastafel terdekat."Lah, batuk, pak haji?" Cibirku."Diam, Alara," sentak Arga.Aku terkekeh geli saat saat mendengar Arga saat meneriakiku.***Tak terasa hari yang di nanti Nila akhirnya tiba juga. Dimna hari yang selama ini di nantikan yaitu pulang kampung. Dan cuti untuk sementara waktu. Membawa oleh-oleh yang sejak sipersiapkan jauh-jauh hari."Ingat pesan-pesan saya, ya, Mbak. Untuk menjadi istri yang berbakti h- hmmpt." Kujepit mulut Nila dengan jari."Iya, iya, sana pergi. Nila menenepis tanganku dengan bibir mengerucut lima senti."Jadi, ngusir? Ya udah, deh. Pamit, ya, Pak, Mbak. Ucap Nila sembari menyalami tangan Alara dan Arga."Ya, hati-hati," sahut Arga sembari membantu memasukkan tas Nila kedalam taksi.Lambaian tangan kami mengiringi kepergian Nila. Setelahnya kutatap Arga senyum dengan penuh arti."Berhenti menatap saya dengan eks

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   bab 70 Membayangkan

    "Bu Amelia?" Tanyaku hati-hati.Dia menatapku lama, sebelum tersenyum dan mengangguk mengiyakan."Ada paket nyasar tadi." Aku menyodorkan kotak paket yang di bawa."Oh, iya. Makasih banyak." Dia tersenyum sumringah sembari mengambil alih paketnya."Sama-sama. Sekalian kenalin, saya Alara. Baru pindah sebulan lalu." Kuulurkan tangan setelahnya.Dia menyambut uluran tanganku setelah meletakkan paketnya di bawah. Tampak sopan dan ramah sekali.Kami bejabat tangan. Menatap langsung kedalaman masing-masing."Saya Amelia. Lain kali mampir, ya. kebetulan kami cuma tinggal berdu sama suami. Itupun beliau pulan tiap enam bulan sekali." Ucapnya lembut."Loh, emang suaminya kerja apa, Bu? Maaf kalau saya lancang." Tanyaku."Suami saya pelaut, Mbak. Nahkoda kapal." Jawabnya dengan senyum kecilnya."Wah, pantesan. Siap-siap. Saya nanti sering mampir. Kalau begitu saya pamit dulu, yah." Pamitku padanya."Iya, iya, Mbak. Sekali lagi terimakasih, ya. Aneh memang, paket saya sering banget nyasar." Kat

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam    Bab 69 Sama-sama Merindukan

    Sejenak Naya diam memikirkan ucapan dari ibunya tersebut, memang Ibu Riska. Sangat sinis sikapnya, apalagi terhadap Alara. Rasa benci terhadap Ibunya Alara membuat Bu Riska sampai saat ini tak bisa melupakan masa lalunya tersebut."Dulu Ibu sangat membenci Ibunya Alara ketika Ibu ada di posisi kamu saat ini, ketika Ayahmu menemui wanita itu perasaan Ibu tak bisa tertahankan rasa sakit yang harus di lalui setiap hari karena perlakuan Ayahmu dengan wanita jalang itu. Oleh sebab itu Ibu selalu khawatir dengan keadaan kamu saat ini, dan Ibu selalu menegaskan kepada kamu agar sikap kamu bisa tergas terhadap Arga dan Alara. Jangan sampai wanita jalang itu menguasai Arga seutuhnya." Ucap Bu Riska dengan penuh kebenciannya."Bu. Aku tidak tahu kalau semua akan berlanjut seperti ini, ku kira Mas Arga akan meninggalkan Alara setela Alea lahir. Tapi ternyata hubungan mereka masih berlanjut sampai sekarang ini, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa karena aku tidak ingin kehilangan Mas Arga." Lirih

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   Bab 68 Antara Rindu Dan Cemburu

    Saat ku buka mata ternyata matahari sudah bersinar terang, tak terasa karena sepanjang malam kami lewati bersama dengan melepas kerinduan dengan kemesraan. Aku segera bangkit dari tempat tidurku kemudian membersihkan diri setelah selesai mandi saat ku sisie dan rambutku Arga terbangun. "Pagi sayang." Ucapnya memelukku dari arah barlakang saat aku menyisir rambutku di depan kaca rias. "Hemm!! Ternyata bangun juga juragan!" Ledekku. "Gimana semalam apakah kamu merasa puas!" Bisiknya di belakang telingaku."Apaan, sih!" Aku mencubit pipinya dengan berbalik badan ke arahnya."Maafkan aku, aku membuat kamu bahagia itu hanya sesekali saja, bahkan aku selalu tidak ada mungkin di saat kamu butuhkan." Ucapnya mengusap rambutku yang masih basah. "Iya, kadang aku selalu berpikir, kok gini banget hidup aku yang harus berbagi suami dengan wanita lain." Aku menundukan kepalaku. "Suatu saat nanti aku pasti milikmu seutuhnya, dan kita akan bersama-sama di setiap malam yang berganti." Arga memelu

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   Bab 67 Berakhir Dengan Kemesraan

    "Aku datang ke sini izin sama Naya, kok. Dia izinin aku untuk nemuin kamu." Ucapnya."Iya, aku tahu, Naya akan selalu mengiyakan tapi apakah kamu tahu dalam hatinya bagaimana? Dan apakah ikhlas itu benar-benar ada di hati Naya!" Aku bertanya membuatnya terdiam."Sebaiknya kamu segera lepaskan saja aku, Ga." Lanjutku membuatnya menatapku serius. "Apa yang kamu katakan ini?" Tanyanya. "Iya, aku serius. Sebaiknya kamu lepaskan aku, karena aku tahu kamu tidak mungkin lepaskan Naya!" Jawabku diulang. "Aku nggak mungkin lepaskan kamu, karena aku cinta sama kamu!" Sahutnya."Cinta apa? Yang membuat aku terus merasa bersalah! Karena memiliki suami orang." Ucapku membuatnya tampak resah. "Kamu tidak bersalah atas semua ini, tidak ada yang salah diantara kita, hanya saja kamu dan Naya memilki perasaan yang sama, makq dari itulah rasa cemburu itu selalu ada." Ucapnya."Kamu egois! Kamu ingin kamu bahagia sendiri, tapi tidak ingin mengerti dengan perasaan kita!" Lirihku. Arga menghela nafasn

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   Bab 66 Mencoba Untuk Mengerti

    Penjelasan Arga membuat Naya terdiam, setelah di pikirkannya memang benar Alara hadir dalam hidupnya tidaklah sama sekali mengganggu kebersamaannya dengan Arga, hanya saja Naya terlalu takut kehilangan Arga. Oleh sebab itulah dia merasa resah gelisah karena takut Arga di miliki Alara seutuhnya. "Nay! Semua ini terjadi karen keinginan kamu, terus kenapa sekarang kamu risaukan semuanya! Saat ini aku hanya ingin kamu mengerti, beri aku waktu untuk memutuskan semuanya, aku akan berikan jawaban tapi setelah semuanya tenang." Arga mencoba berbicara pelan. "Aku begini karena aku sangat mencintaimu, Mas. Dan aku tidak ingin orang yang aku cintai lepas hanya karena wanita lain merampasnya." Ujarnya penuh takut. "Jika saja Alara setega itu maka dia sudah melakukannya, dia selalu mengingatkan aku untuk berlaku adil padamu dan untuk tidak melepaskanmu, tapi kamu selalu berprasangka buruk tentang Alara." Ucapnya agak tenang. "Sekarang kamu fokus pada Alea, anak yang selama ini kamu harapkan.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status