Share

Bab 7 Saling Emosi

Author: Prima_Alpi
last update Last Updated: 2023-10-27 18:44:54

"Alara." Suara Arga terdengar rendah tanda memeringati. Namun aku tak peduli.

"Begini Bu Alara, Pak Arga ini sedikit kesulitan ejakulasi bila yanpa sang istri.

Beliau juga nyaris tak pernah masturbasi." Jelas Dokter Antoni.

"Serius? Beneran ada lelaki yang tak pernah col_"

"Alara!!!" Suara Arga semakin meninggi.

"Sulit dimengerti, tapi kenyataannya memang begini," tutur Dokter Antoni.

Aku tersenyum penuh arti, lalu menatap Arga yang berdiri kaku diambang pintu.

"Saya tahu pikiran kamu, Alara!" Sentaknua panik.

"Udah nggak usah malu-malu. Aku tahu kamu butuh bantuanku." Kemudian aku turun dari brankar pemeriksaan, lalu berjaan menghampiri.

" Tidak, saya bisa sendiri!" Ucapku.

Dia lalu dengan wajah bersemu, sementara aku tertawa ditemani Dokter Antoni.

Seeninggal Arga, aku memperhatikan Dokter Antoni yang tengah mengotak-atik komputernya. Tatapanku tertuju pada beberapa formulir yang terdapat di meja kerjanya. Beberapa sampulnya bertuliskan Suragate mother dan invitro Fertilization.

Atau yang biasa kita kenal dengan metode kehamilan ibu pengganti dan bayi tabung.

Merasa ada pertanyaan yang ganjal sejak menjalankan segala prosesi medis ini, sebagai orang awam aku berinisiatif untuk bertanya.

"Dok!" Panggilku.

Dokter Antoni mengalihkan pandangannya dari layar komputer, kemudian menatap kearahku.

"Ya," jawabnya.

"Sebenarnya program ibu pengganti ini apa, sih, Dok?" Apa masih sama dengan metode bayi tabung? Bukannya keduanya sama-sama perlu tindakan medis?" Lirihku penasaran

Dokter Antoni tersenyum.

Kali ini dia benar-benar menghadap kearahlku.

"Saya jelaskan sedikit, yah, Bu. Untuk seorang perempuan bila harus memilih antara rahim dan indung telur, jelas indung telur yang harus dipertahankan. Karena produksi hormon itu dari indung telur, bukan dari rahim.

Jadi, bila ada indikasi penyakit yang mengharuskan seorang perempuan diangkat rahimnya. Masih ada kemungkinan untuk punya anak selama indung telurnya sehat.

Nah, indung telur yang bagus ini bisa kita gunakan untuk pinjam rahim dengan metode bayi tabung. Jadi secara ilmiah anak yang tumbuh di rahim anda nanti tetap anak kandung Pak Arga dan Bu Naya. Hanya di titipkan di rahim Bu Alara." Jelas Dokter Antoni.

Aku mangut-mangut tanda mengerti pemaparan yang Dokter Antoni lontarkan juga cukup sederhana dan mudah dipahami. Jadi, intinya proses proses surogasi ini masih berhubungan dengan bayi tabung. Hanya metode yang dilakukan berbeda.

Kemudian aku tertegun lama, lalu teringat percakapan dengan Arga saat menandatangani kontrak terakhir kali.

"Pernikahan yang terjadi hanya setatus. Tak akan ada kewajiban untuk menjalankan rumah tangga suami istri pda umumnya. Papa dan Mama adalah orang yang cukup paham, mereka ingin nasab cucunya jelas di mata hukum dan agama.

Jadi bagaimanapun setatus anak itu nanti, saya hanya bisa menyerahkannya pada takdir tuhan.

"Selebihnya bisa ibu tanyakan langsung pada Pak Arga." Ucapan Dokter Antoni berhasil menyentakku dari lmunan.

"Ngomong-ngomong tentang Arga saya baru ingat, kok dia lama banget, ya, Dok. Biasanya lima sampai enam menit kelar," cetusku saat melihat jam melingkar dipergelangan tangan,"

Dokter Antoni hanya tersenyum kecil. Menanggapi asumsi ngawurku.

"Tadi, kan saya sudah bilang kalau pak Arga kesulitan Ejakulasi, bila tanpa sang_" Dokter Antoni menghentikan kalimatnya.

"Iya, iya, tahu. Tapi, nggak sampe setengah setengah jam juga kali." Potongku sembari mendengkus kesal.

"Iya juga, sih." Akhirnya dokter Antoni sepaham denganku.

"Ya udahlah. Biar saya periksa dulu, siapa tahu dia nggak kuat liat auratnya sendiri." Aku beranjak dari hadapan Dokter Antoni yang terlihat masih sibuk dengan komputer dan data hasil pemeriksaanku.

" Eh, tak usah, Bu. Saya bisa minta asisten saya yang pergi." Ucapnya.

"Nggak perlu, Dok. Kelamaan biar saya aja yang pergi," potongku lagi.

"Eh, baiklah," Dokter Antoni pun menurut.

Tanpa basa-basi lagi, aku keluar dari ruang pemeriksaan menuju ruang martubrasi yang ada di pojok kanan koridor ruangan praktik Dokter Antoni.

Sejak kutempelkan daun telinga ke permukaan pintu untuk memastikan apakah masih ada kehidupan di sana. Namun, yang terjadi pintu tiba-tiba terbuka dari dalam. Dan tubuhku menabrak bidang yang berdiri menjulang di hadapan.

"Sejak kapan kamu berdiri di sana?" Ujarnya dingin.

Aku membenahi posisi, lalu menegakkan tubuh sembari memasang tampang datar, padahal perasaan sudah tak karuan karena kedapatan menguping tindakan tak senonoh seseorang, sepeerti orang mesum kurang kerjaan.

"Baru aja. Dokter Antoni yang minta aku buat nyusulin kamu, karena kelamaan di dalam. Takutnya pingsan," dalihku tak sepenuhnya benar.

"Saya butuh waktu." Jawabnya dengan datar.

" Aku tahu, kalau nggak gitu, ngapai sampai setengah jam di dalam." Tanyaku penasaran.

Arga tak menjawab dan hanya menatap dengan raut yang sulit. diartikan.

" Tapi, berhasil, kan?" Tanyaku kemudian.

Dia memalingkan pandangan, lalu menyembunyikan sebelah tangan kebelakang tubuhnya. Kurasa di sana terdapat gelas kecil yang diberikan Dokter Antoni untuk menampung sample benihnya.

"Ya." Hanya satu kata dengan datar.

"God!" Aku mengacungkan ibu jari kehadapannya.

"Kalau nggak berhasil, tawaranku yang tadi masih berlaku," cibirku dengan senyuman.

"Tidak perlu," jawabnya ketus, dan berlalu dari hadapanku.

Mengedikkan bahu, menatapnya yang berjalan lebih dulu, Namun. Baru beberapa langkah melaju, sesuatu yang menyembul dari balik saku belakang celananya menggangguku.

"Tunggu!" Panggilku.

Langkah Arga terhenti, dia menoleh menatapku. Sinis.

"Apa," jawabnya.

"Bukannya itu dalemanku?" Ucapku cepat.

Matanya melebar, lalu buru-buru menyembunyikan benda itu.

"Sembarangan, ini sapu tangan saya."ucapnya gerogi.

"Nggak mungkin, udah jelas itu kancutku! Pantesan habis pemeriksaan kucari-cari dari tadi nggak ketemu. Untung masih ada g-string set lingerie yang bisa kupake." Lirihku yakin.

Wajah Arga menggelap, dia membuang muka lalu membentakku.

"Tutup mulutmu, Alara! Atau kusumpal dengan ini," Uacapnya dengan emosi dan raut wajah yang memerah.

"O,ow. Arga ketahuan nyolong kancut orang, hayolo. Diam seperti cupu, bergerak menggasak dalaman!" Cibirku.

"Diam, Alara!" Teriaknya.

"Kenapa cuma wadahnya? Padahal isinya bisa aku kasih buat kamu." Ejekku.

"Diem, Alara!" Emosinya semakin menaik.

"Nggak usah malu-malu aku tahu kamu mau." Ucapku dengan senyum kecil.

"Alara!!" Ucapnya.

"Kita udah sah, Arga. Naya pasti ngerti." Rayuku.

"Tidak." Tolaknya.

Aku tertegun saat mendengar suara Arga meninggi. Di rumah sakit, sembari menunggu hasil, suaranya menggema sembari menunggu hasil ini.

"Berhenti bersikap murahan! Kalau seperti ini kamu semakin menjelaskan siapa dirimu." Ujarnya dengan emosi.

"Pelacur," sambarku.

"Kenapa nggak langsung aja sebut begitu?" Lanjutku.

Dia terdiam.

"Aku tahu siapa diriku, Arga. Kamu nggak perlu menjelaskan itu, semua orang udah tahu." Uacapku sedih.

"Maaf. " Dia tertunduk nada suaranya melembut.

"Dunia sudah terlalu keras, Arga. Jadi, jangan terlalu kaku. Emangnya yang punya masalah cuma kamu." Ujarku dengan rasa kesal.

"Masih marah." Tanyanya.

Kupalingkan pandangan saat Arga menghampiriku di ruang tunggu.

"Menurut situ?" Ucapku cepat.

Jujur aku masih kesal walaupun tak terlalu mengambil ucapannya. Setelah menjadikan dalamanku menjadi pantasi seksualnya seharusnya berterima kasih bukannya balik marah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   bab 71 Candamu

    "Sebenarnya saya lebih suka main tarik-menarikan Lingerie." "Uhuk, ohok, huek!" Batuk Arga semakin parah saja, dia bahkan lari sampai ke wastafel terdekat."Lah, batuk, pak haji?" Cibirku."Diam, Alara," sentak Arga.Aku terkekeh geli saat saat mendengar Arga saat meneriakiku.***Tak terasa hari yang di nanti Nila akhirnya tiba juga. Dimna hari yang selama ini di nantikan yaitu pulang kampung. Dan cuti untuk sementara waktu. Membawa oleh-oleh yang sejak sipersiapkan jauh-jauh hari."Ingat pesan-pesan saya, ya, Mbak. Untuk menjadi istri yang berbakti h- hmmpt." Kujepit mulut Nila dengan jari."Iya, iya, sana pergi. Nila menenepis tanganku dengan bibir mengerucut lima senti."Jadi, ngusir? Ya udah, deh. Pamit, ya, Pak, Mbak. Ucap Nila sembari menyalami tangan Alara dan Arga."Ya, hati-hati," sahut Arga sembari membantu memasukkan tas Nila kedalam taksi.Lambaian tangan kami mengiringi kepergian Nila. Setelahnya kutatap Arga senyum dengan penuh arti."Berhenti menatap saya dengan eks

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   bab 70 Membayangkan

    "Bu Amelia?" Tanyaku hati-hati.Dia menatapku lama, sebelum tersenyum dan mengangguk mengiyakan."Ada paket nyasar tadi." Aku menyodorkan kotak paket yang di bawa."Oh, iya. Makasih banyak." Dia tersenyum sumringah sembari mengambil alih paketnya."Sama-sama. Sekalian kenalin, saya Alara. Baru pindah sebulan lalu." Kuulurkan tangan setelahnya.Dia menyambut uluran tanganku setelah meletakkan paketnya di bawah. Tampak sopan dan ramah sekali.Kami bejabat tangan. Menatap langsung kedalaman masing-masing."Saya Amelia. Lain kali mampir, ya. kebetulan kami cuma tinggal berdu sama suami. Itupun beliau pulan tiap enam bulan sekali." Ucapnya lembut."Loh, emang suaminya kerja apa, Bu? Maaf kalau saya lancang." Tanyaku."Suami saya pelaut, Mbak. Nahkoda kapal." Jawabnya dengan senyum kecilnya."Wah, pantesan. Siap-siap. Saya nanti sering mampir. Kalau begitu saya pamit dulu, yah." Pamitku padanya."Iya, iya, Mbak. Sekali lagi terimakasih, ya. Aneh memang, paket saya sering banget nyasar." Kat

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam    Bab 69 Sama-sama Merindukan

    Sejenak Naya diam memikirkan ucapan dari ibunya tersebut, memang Ibu Riska. Sangat sinis sikapnya, apalagi terhadap Alara. Rasa benci terhadap Ibunya Alara membuat Bu Riska sampai saat ini tak bisa melupakan masa lalunya tersebut."Dulu Ibu sangat membenci Ibunya Alara ketika Ibu ada di posisi kamu saat ini, ketika Ayahmu menemui wanita itu perasaan Ibu tak bisa tertahankan rasa sakit yang harus di lalui setiap hari karena perlakuan Ayahmu dengan wanita jalang itu. Oleh sebab itu Ibu selalu khawatir dengan keadaan kamu saat ini, dan Ibu selalu menegaskan kepada kamu agar sikap kamu bisa tergas terhadap Arga dan Alara. Jangan sampai wanita jalang itu menguasai Arga seutuhnya." Ucap Bu Riska dengan penuh kebenciannya."Bu. Aku tidak tahu kalau semua akan berlanjut seperti ini, ku kira Mas Arga akan meninggalkan Alara setela Alea lahir. Tapi ternyata hubungan mereka masih berlanjut sampai sekarang ini, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa karena aku tidak ingin kehilangan Mas Arga." Lirih

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   Bab 68 Antara Rindu Dan Cemburu

    Saat ku buka mata ternyata matahari sudah bersinar terang, tak terasa karena sepanjang malam kami lewati bersama dengan melepas kerinduan dengan kemesraan. Aku segera bangkit dari tempat tidurku kemudian membersihkan diri setelah selesai mandi saat ku sisie dan rambutku Arga terbangun. "Pagi sayang." Ucapnya memelukku dari arah barlakang saat aku menyisir rambutku di depan kaca rias. "Hemm!! Ternyata bangun juga juragan!" Ledekku. "Gimana semalam apakah kamu merasa puas!" Bisiknya di belakang telingaku."Apaan, sih!" Aku mencubit pipinya dengan berbalik badan ke arahnya."Maafkan aku, aku membuat kamu bahagia itu hanya sesekali saja, bahkan aku selalu tidak ada mungkin di saat kamu butuhkan." Ucapnya mengusap rambutku yang masih basah. "Iya, kadang aku selalu berpikir, kok gini banget hidup aku yang harus berbagi suami dengan wanita lain." Aku menundukan kepalaku. "Suatu saat nanti aku pasti milikmu seutuhnya, dan kita akan bersama-sama di setiap malam yang berganti." Arga memelu

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   Bab 67 Berakhir Dengan Kemesraan

    "Aku datang ke sini izin sama Naya, kok. Dia izinin aku untuk nemuin kamu." Ucapnya."Iya, aku tahu, Naya akan selalu mengiyakan tapi apakah kamu tahu dalam hatinya bagaimana? Dan apakah ikhlas itu benar-benar ada di hati Naya!" Aku bertanya membuatnya terdiam."Sebaiknya kamu segera lepaskan saja aku, Ga." Lanjutku membuatnya menatapku serius. "Apa yang kamu katakan ini?" Tanyanya. "Iya, aku serius. Sebaiknya kamu lepaskan aku, karena aku tahu kamu tidak mungkin lepaskan Naya!" Jawabku diulang. "Aku nggak mungkin lepaskan kamu, karena aku cinta sama kamu!" Sahutnya."Cinta apa? Yang membuat aku terus merasa bersalah! Karena memiliki suami orang." Ucapku membuatnya tampak resah. "Kamu tidak bersalah atas semua ini, tidak ada yang salah diantara kita, hanya saja kamu dan Naya memilki perasaan yang sama, makq dari itulah rasa cemburu itu selalu ada." Ucapnya."Kamu egois! Kamu ingin kamu bahagia sendiri, tapi tidak ingin mengerti dengan perasaan kita!" Lirihku. Arga menghela nafasn

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   Bab 66 Mencoba Untuk Mengerti

    Penjelasan Arga membuat Naya terdiam, setelah di pikirkannya memang benar Alara hadir dalam hidupnya tidaklah sama sekali mengganggu kebersamaannya dengan Arga, hanya saja Naya terlalu takut kehilangan Arga. Oleh sebab itulah dia merasa resah gelisah karena takut Arga di miliki Alara seutuhnya. "Nay! Semua ini terjadi karen keinginan kamu, terus kenapa sekarang kamu risaukan semuanya! Saat ini aku hanya ingin kamu mengerti, beri aku waktu untuk memutuskan semuanya, aku akan berikan jawaban tapi setelah semuanya tenang." Arga mencoba berbicara pelan. "Aku begini karena aku sangat mencintaimu, Mas. Dan aku tidak ingin orang yang aku cintai lepas hanya karena wanita lain merampasnya." Ujarnya penuh takut. "Jika saja Alara setega itu maka dia sudah melakukannya, dia selalu mengingatkan aku untuk berlaku adil padamu dan untuk tidak melepaskanmu, tapi kamu selalu berprasangka buruk tentang Alara." Ucapnya agak tenang. "Sekarang kamu fokus pada Alea, anak yang selama ini kamu harapkan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status