Início / Romansa / Kontrak Cinta Sang CEO / Fragmen Yang Tersisa

Compartilhar

Fragmen Yang Tersisa

Autor: Reju
last update Última atualização: 2025-10-14 17:32:35

Tiga hari telah berlalu sejak Nayaka membuka matanya.

Ia sadar, tapi tak sepenuhnya kembali.

Setiap pagi, Ayla menemaninya di ruang pemulihan bawah tanah yang kini terasa seperti batas antara dunia nyata dan masa lalu. Suara mesin monitor masih berdetak lembut, mengingatkan bahwa waktu di tempat itu berjalan lebih lambat.

“Nayaka,” ucap Ayla pelan sambil menyodorkan segelas air. “Kamu harus minum dulu.”

Pria itu menatapnya beberapa detik sebelum menerima gelas itu. Gerakannya hati-hati, seolah takut airnya akan tumpah.

Ia meminum sedikit, lalu menatap Ayla lagi dengan pandangan kosong. “Kau... selalu di sini?”

Ayla mengangguk, tersenyum kecil. “Iya. Aku di sini.”

“Kenapa?” suaranya datar, nyaris seperti anak kecil yang benar-benar ingin tahu.

Ayla terdiam sejenak. “Karena kamu... bagian dari hidupku.”

Nayaka menunduk. Alisnya berkerut seolah kalimat itu menimbulkan sesuatu di kepalanya bayangan samar, mungkin sebuah rasa yang belum bisa ia beri nama. Tapi sebelum ia sempat menelusuri
Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App
Capítulo bloqueado

Último capítulo

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Setelah Hujam

    Pagi datang dengan sinar lembut menembus tirai ruang tamu. Aroma kopi perlahan memenuhi udara, namun kehangatan itu terasa semu bagi Ayla. Ia duduk di meja makan, mengenakan sweater abu-abu, pandangannya kosong menatap secangkir kopi yang sudah dingin. Di luar, sisa hujan malam tadi masih menetes dari ujung daun.Langkah kaki terdengar dari arah dapur. Nayaka muncul dengan kemeja kasual, rambutnya masih sedikit berantakan, wajahnya lelah tapi matanya tetap menatap Ayla dengan hati-hati seolah setiap kata bisa jadi pemicu ledakan kecil.“Belum sarapan?” suaranya pelan.Ayla tidak menjawab. Ia hanya mengangkat cangkirnya, menyesap sedikit, lalu berkata lirih, “Kopi ini rasanya pahit.”“Karena kamu lupa tambahkan gula,” jawab Nayaka dengan senyum kaku, mencoba mencairkan suasana.Ayla menatapnya lama. “Aku rasa, memang tidak semua hal bisa dibuat manis lagi.”Hening. Kalimat itu membuat dada Nayaka terasa sesak. Ia berjalan mendekat, duduk di hadapannya. “Ayla, aku tahu ini berat. Tapi a

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Titik Balik

    Hujan turun pelan malam itu, membasahi kaca mobil yang dikendarai Ayla. Wiper bergerak bolak-balik, menghapus embun tapi tidak bisa menghapus kegelisahan di matanya. Ia menggenggam setir erat, berusaha menenangkan napas. Ponselnya diletakkan di dashboard layar menyala menampilkan pesan anonim yang diterimanya siang tadi.“Kalau kamu ingin tahu siapa yang benar-benar membuat Sofira menderita, datanglah ke gudang lama di belakang pelabuhan. Sendiri.”Ia sudah menimbang-nimbang pesan itu berkali-kali. Nayaka pasti melarangnya jika tahu, tapi batin Ayla menolak diam. Terlalu lama ia hidup dalam bayang-bayang rahasia orang lain, dan malam ini ia ingin tahu semuanya meski harus menanggung akibatnya sendiri.Mobil berhenti di depan bangunan tua yang gelap dan lembap. Angin laut membawa aroma asin dan besi karat. Ayla turun, menyalakan senter kecil di ponselnya, lalu berjalan menembus kegelapan. Suara langkahnya menggema di lantai beton basah, disusul tetesan air dari atap bocor.“Hello?” sua

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Antara Kita

    Hujan turun sejak pagi, membasahi halaman depan rumah dengan ritme yang lambat dan menenangkan. Ayla duduk di ruang tamu sambil memegang cangkir teh hangat, pandangannya kosong ke arah taman kecil di luar jendela. Di sisi lain ruangan, Nayaka sibuk dengan laptop di pangkuannya, namun sesekali matanya mencuri pandang ke arah istrinya.Mereka tak bertengkar, tak juga bersuara. Hanya diam semacam keheningan yang lembut tapi rapuh, seolah keduanya takut kata-kata bisa membuat keseimbangan itu runtuh.“Tehnya udah dingin,” suara Nayaka akhirnya memecah sepi.Ayla menoleh pelan. “Aku cuma lagi mikir.”“Masih tentang Selene?”Ia terdiam sejenak sebelum menjawab, “Entahlah. Aku cuma merasa... ada sesuatu yang salah. Tapi aku nggak bisa jelasin.”Nayaka menutup laptopnya dan mendekat, duduk di sebelahnya. “Aku tahu kamu nggak suka kalau aku bilang begini, tapi Selene cuma rekan kerja, Ayla. Dia nggak punya urusan pribadi sama kita.”Ayla menatap matanya, lama. “Bukan masalah dia punya urusan p

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Nyaris Tak Terlihat

    Pagi di rumah itu berjalan tenang, seolah semesta sedang mencoba memberi jeda. Aroma kopi hitam dan roti panggang memenuhi udara. Ayla berdiri di dapur dengan rambut sedikit acak, mengenakan kemeja Nayaka yang kebesaran. Dari balik jendela, cahaya lembut matahari menembus tirai, menimpa wajahnya yang masih lelah tapi tenang.“Pagi ini kamu kelihatan beda,” suara Nayaka muncul dari belakang. Ia bersandar di pintu dapur, kemeja putihnya belum dikancing sempurna, dan tatapannya hangat seperti dulu saat semua belum serumit sekarang.Ayla tersenyum kecil. “Beda gimana?”“Entah.” Nayaka melangkah mendekat, tangannya menyentuh ujung kemeja yang dikenakan Ayla. “Mungkin karena kamu pakai bajuku. Aku suka lihatnya.”Ayla tertawa pelan, memalingkan wajah. “Kamu ini, tiap pagi selalu ada alasan buat ganggu.”“Tugas suami memang ganggu istrinya tiap pagi,” balas Nayaka ringan.Mereka sama-sama tertawa kecil. Untuk sesaat, tak ada beban, tak ada bayangan masa lalu yang mengintai. Hanya kehangatan

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Retak

    Hujan turun sejak pagi, membasahi halaman rumah yang biasanya menjadi tempat Ayla menjemur bunga keringnya. Ia duduk di ruang makan, memandangi piring sarapan yang sudah dingin. Suara detik jam terasa begitu keras di tengah keheningan.Nayaka belum pulang sejak semalam. Katanya, ada rapat mendadak bersama tim proyek dan Selene. Tapi yang membuat Ayla gelisah bukan karena rapatnya melainkan pesan singkat terakhir yang hanya berbunyi “jangan tunggu aku”.Tangannya bergetar pelan saat menatap layar ponsel, menimbang untuk menelpon atau tidak. Ia tahu Nayaka tidak suka ditanyai berulang kali. Tapi kali ini, hatinya terlalu sesak untuk diam.Sebelum ia sempat menekan tombol panggil, suara mesin mobil terdengar dari luar. Pintu terbuka, dan Nayaka masuk dengan langkah berat. Wajahnya tampak lelah, matanya sembab, mungkin karena kurang tidur.“Maaf,” katanya pelan. “Aku pulang terlambat.”Ayla berdiri, menatapnya tanpa bicara beberapa detik. “Terlambat atau sengaja menghindar?”Nayaka mendon

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Bayangan Di Balik Senyap

    Pagi itu, aroma kopi hitam memenuhi dapur rumah Arvenza. Ayla menatap dua cangkir di atas meja satu untuknya, satu untuk Nayaka. Biasanya mereka akan minum bersama sebelum berangkat, membicarakan hal-hal kecil yang membuat pagi terasa hangat. Tapi hari ini, kursi di hadapannya kosong.Nayaka masih di kamar kerja sejak subuh, katanya ada laporan penting. Tapi Ayla tahu, laporan itu hanyalah alasan. Sejak kedatangan Selene, ritme rumah tangga mereka mulai goyah, perlahan namun nyata.Ia membawa dua cangkir itu ke ruang kerja. Dari celah pintu, terlihat Nayaka menatap layar laptop dengan wajah tegang. Suara panggilan video terdengar samar dan suara di ujung sana adalah Selene.“Kita harus perbaiki angka sebelum rapat dengan dewan. Kalau tidak, kamu yang akan disalahkan.”“Aku tahu, Selene. Aku sedang urus ini.”“Kamu terlalu keras pada diri sendiri. Kamu butuh seseorang yang bisa bantu kamu, bukan hanya menilai dari luar.”Nada lembut itu membuat dada Ayla terasa sesak. Ia mengetuk pintu

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status