Share

Bab 2

            Sebuah tawaran yang sangat menggiurkan. Hanya untuk beberapa jam saja, Kala meminta Senja untuk menjadi kekasihnya di depan kedua orang tuanya nanti.

            Senja pun langsung menyetujuinya. Karena untuk mendapatkan uang sebanyak itu, biasanya Senja membutuhkan waktu sampai satu tahun lamanya untuk melayani banyak pria hidung belang. Sedangkan, Kala hanya memintanya menjadi kekasihnya tanpa memintanya untuk bercinta.

            “Kalau begitu, kita bertemu di Kafe Wilson jam 7 malam. Saya akan menjemput kamu di sana. Pakailah pakaian yang sangat anggun dan elegan, agar mamaku percaya kalau kamu adalah kekasihku sungguhan, bukan kekasih bayaran.”

            “Okey. Deal.” Senja menyetujuinya.

**

19:00 at Kafe Wilson

            Kala membuka pintu Kafe, dan kedua matanya langsung berkeliling mencari sosok Senja. Dia langsung bisa menemukan keberedaan perempuan itu, karena Senja langsung berdiri ketika Kala tiba di Kafe.

            Senyuman manis dari Senja yang belum pernah Kala lihat, membuat Kala terpesona. Apalagi penampilan Senja yang terlihat sangat anggun dan cantik mampu mengukirkan senyuman takjub di wajah Kala yang tampan bak pangeran.

            “Perfect.” Gumamnya kecil.

            Kala segera mengajak Senja ke rumah orang tuanya. Dia sangat melayani Senja saat Senja akan masuk ke dalam mobilnya dan membukakan pintu mobil untuk Senja.

            “Thanks,” Senja tersenyum tersipu.

            “Apa yang harus aku lakukan saat bertemu dengan kedua orang tua kamu nanti?”

            “Panggil mereka cukup dengan nama mereka saja.  Inge dan Duta.”

            “Lalu, apa lagi?”

            “Katakan kalau kamu seorang pramugari dan lulusan dari Oxford University.”

            “Haruskah aku berbohong sampai sejauh itu?” Senja merasa keberatan dengan perintah Kala.

            “Iya, tentu saja. Karena kedua orang tuaku punya selera yang cukup tinggi.”

            “Bagaimana kalau mereka sampai mengetahui soal semua kebohonganku?”

            “Tidak akan.”

            “Bagaimana kamu bisa menjamin itu?” Senja meragu. Matanya melirik tak percaya pria di sampingnya.

            “Karena aku anak kandung mereka.”

            “Ah, alasan itu terlalu kamuflase.”

            “Satu lagi. Katakan pada mereka, kalau hubungan kita sudah terjalin selama dua tahun lamanya. Hanya saja kita jarang bertemu karena kesibukan kita masing-masing, apalagi profesi kamu sebagai pramugari.”

            “Tapi, ini seriusan kan kalau om hanya meminta saya menjadi kekasih om semalam saja?”

            “Iya, tentu saja.”

            “Ahh, syukurlah. Saya merasa lega.”

            “Sebentar lagi kita akan sampai di rumah orang tua saya. Pastikan, kalau kamu punya behaviour yang looks good di depan kedua orang tuaku. Karena mamaku akan memperhatikan secara detail dari seluruh gerakan kamu dalam bersikap.”

            Senja mengangkat jempol tangannya. Dia bisa menjamin 100% kalau dia punya table manner yang tidak perlu diragukan lagi.

            Akhirnya, mereka pun tiba di kediaman mewah nan megah dari rumah pemilik Hoster Group, sebuah perusahaan multinasional.

            Senja tidak bisa menyembunyikan ketakjubannya saat di melihat rumah kediaman orang tua Kala. Senja pun merasa cukup ciut nyali saat mobil yang ditumpanginya memasuki pintu gerbang utama dan berjalan menyusuri halaman luas yang sangat tertata rapih, bagaikan memasuki sebuah istana kerajaan.

            Sebelum turun dari mobil, Kala menanyakan sesuatu terlebih dahulu pada Senja. Pertanyaan paling penting demi bisa menyempurnakan drama mereka nanti.

            “Berapa usiamu, Senja?”

            “20 tahun.”

            Kala langsung melongo begitu mengetahui usia Senja.

            “Memangnya usia om berapa?”

            “Eheem!” Kala berdeham lebih dulu sebelum akhirnya dia menjawab pertanyaan Senja yang sama dengan pertanyaannya.

            “42 tahun.” Kala menjawab dengan malu-malu.

            Ekspresi tak jauh beda pun Senja tunjukkan di depan Kala, saat dia mengetahui usia pria yang telah menyewa jasanya melebihi teman tidur dua jamnya.

            “Ternyata jarak usia kita jauh sekali ya?” Kala merasa canggung.

            “Iya. Jadi... wajar dong kalau saya panggil kamu dengan sebutan om?”

            “Wa-wajar. Tapi, kalau di depan orang tua saya nanti kamu panggil saya cukup nama saja, jangan diberi tambahan apapun.”

            “Okey. Siap!” Senja agak ragu untuk bisa membiasakan memanggil Kala hanya dengan nama saja.

            “Ayo, turun.” Kala membantu Senja membuka seatbelt.

            Mereka turun bersama dari mobil, lalu Senja melingkarkan tangannya ke tangan Kala dan mereka berjalan masuk ke dalam rumah itu.

            “Welcome, tampan!” Inge langsung menyambut kedatangan putranya. Dia langsung memeluk Kala, setelah Senja melepaskan tangannya dari lingkaran tangan Kala.

            Inge melepaskan pelukannya lalu melihat ke arah Senja. Dia menyusuri seluruh tubuh Senja dari ujung rambut hingga ujung kaki.

            “Siapa nama kamu?”

            “Senja, tan- Inge.” Senja hampir saja kelepasan bicara memanggil Inge dengan sebutan tante.

            “Bagus sekali nama kamu. Indah. Seindah wajahmu.” Inge memuji Senja.

            Pujian yang langsung melegakan Kala, karena itu artinya mamanya cukup menyukai Senja.

            “Ayo, kita langsung makan malam saja.” Inge langsung mengajak Senja ke ruang makan.

            Kala pun tahu kalau mamanya ingin melihat table manner Senja saat makan nanti. Tapi dia sudah merasa aman, karena dia yakin kalau Senja punya table manner yang bagus.

            “Pap, ini loh calon menantu kita. Cantik kan?” Inge memperkenalkan Senja pada suaminya.

            Seketika, Senja yang berdiri tepat di samping Kala langsung melirik kuat ke arah Kala. Lirikannya merujuk pada pertanyaannya drai maksud perkataan Inge tersebut.

            Kala kikuk. Dia sengaja mengabaikan pertanyaan Senja yang melalui lirikan matanya itu.

            “Ya. Dia cantik dan--- terlihat smart.” Duta memuj Senja dengan senyuman ramah.

            Makan malam pun dimulai. Beberapa pelayan menjamu tuannya dengan menyajikan makanan secara berurutan ala American habit. Para pelayan mulai menyajikan appetizer, main course, dan ditutup dengan dessert.

            Selama makan malam berlangsung, berbagai pertanyaan demi pertanyaan Inge dan Duta tanyakan pada Senja secara silih berganti. Meskipun cukup gugup ketika menjawab berbagai pertanyaan dari kedua orang tua Kala, tapi semua jawaban Senja meyakinkan Inge dan Duta kalau Senja tidak terlihat berbohong pada mereka.

            Sampai akhirnya, mereka berada dipuncak pertanyaan Inge dan Duta yang ingin mereka tanyakan secara langsung pada sepasang kekasih yang ada di depan mereka.

            “Senja, kapan kami bisa bertemu dengan kedua orang tua kamu?” Tanya Inge.

            Senja langsung panik, begitu juga Kala. Mereka saling melirik satu sama lain.         

            “Maaf. Untuk apa Inge ingin bertemu dengan orang tua saya?”

            “Tentu saja untuk membicarakan tentang pernikahan kalian berdua.”

            “Wah. Ini sih sudah di luar dari kesepakatan aku sama si om. Jangan-jangan dia berniat ingin menjebak aku.” Batin Senja.

            “Minggu depan.” Tiba-tiba saja Kala menjanjikan itu pada kedua orang tuanya.

            Kepala Senja langsung memutar perlahan ke arah Kala. Dia melihat Kala yang tampak gugup saat menjanjikan hal itu pada Inge dan Duta.

            “Tamat riwayatmu Kala dan juga— aku!” Senja tidak mampu berkata-kata. Entah apa yang harus dia lakukan setelah janji itu diucapkan oleh manusia di sampingnya saat ini.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status