Sienna membeku ketika dia sadar kalau dia sudah salah masuk kamar.
“Apa lagi yang kamu tunggu? Cepat keluar dari kamarku sekarang juga!” Titah lelaki muda itu dengan hentakan kasar.
Sienna dengan raut wajah sedihnya segera menuruni ranjang dan memungut semua pakaiannya yang berserakan di atas lantai, lalu dia memakainya di dalam kamar mandi setelah meminta izin pada lelaki muda itu.
Usai memakai pakaiannya, Sienna berpamitan untuk meninggalkan kamar itu. Dengan sikap dinginnya yang masih berada di atas ranjang, lelaki muda itu mengiyakan ucapan Sienna dengan dehaman lugas.
“Bodoh! Dasar bodoh!” Sienna mengutuk dirinya sendiri setelah dia masuk ke dalam kamarnya kembali sambil menyandarkan tubuhnya pada pintu.
“Memangnya kebodohan apa yang telah kamu lakukan?” Tanya Kala, yang muncul secara tiba-tiba di dalam kamar Sienna.
Kedua mata Sienna langsung membeliak sempurna begitu dia melihat sosok Tuan rentenir sudah berada di dalam kamarnya.
Sienna pun perlahan melepaskan sandarannya dan berdiri gugup seraya menurunkan pandangan matanya ke bawah.
“Jawab pertanyaan saya! Apa kebodohan yang telah kamu lakukan? HA?!!!” Kala membentak sambil berjalan mendekati Sienna.
“Saya belum mandi.” Sienna menjawab cepat dengan asal.
“Hah?!! Maksudnya belum mandi? Itu kebodohan yang telah kamu lakukan?”
“I-iya.”
Kala langsung tertawa kecut. Dia pun segera menjauhkan tubuhnya dari Sienna sambil bergumam, “Bisa gila saya kalau terlalu banyak berkomunikasi dengan kamu! Lebih baik—“ Kala kembali mendekati Sienna dengan langkah cepat, lalu dia meraih dagu Sienna dengan kasar dan menaikkannya ke atas. “Kita lakukan saja sekarang juga!”
“Me-melakukan apa, Tu-Tuan rentenir?”
“Berhenti memanggil saya Tuan rentenir!”
“La-lalu saya harus memanggil kamu dengan panggilan apa?”
“Terserah! Yang penting jangan panggil saya Tuan rentenir lagi!!” Kala gusar.
“Ba-bagaimana dengan panggilan— Om?” Sienna tengah menahan sakit dari tekanan kuat tangan Kala yang memegangi dagunya.
Kala tidak menjawabnya. Dia hanya menghembuskan nafas kasar karena lelah menghadapi Sienna.
Akhirnya, tanpa mau berkompromi lagi, Kala pun segera melakukan sesuatu pada Sienna.
Kala melepaskan tangannya dari dagu Sienna dan memindahkannya ke bahu Sienna, lalu dia meluncurkan ciuman brutal di seluruh leher Sienna tanpa ampun hingga membuat Sienna bersimbah air mata sambil memohon pada Kala agar Kala melepaskan tubuhnya setelah Sienna menyerah memberontak dari cengkraman kuat tangan dan tubuh Kala pada tubuhnya saat ini.
Tangisan Sienna diabaikan oleh Kala yang tetap menjamah seluruh bagian leher Sienna. Bahkan, tubuh Sienna yang sudah tidak lagi berontak malah dia hempaskan di atas ranjang untuk melakukan lebih dari yang dia inginkan.
Tetapi, gerakan tubuh Kala berhenti seketika ketika dia tiba-tiba saja dia teringat sesuatu yang pernah terjadi padanya di masa lalu. Kala jadi lemah dan punah untuk meniduri gadis muda itu.
Kala pun segera mengangkat tubuhnya dari atas tubuh Sienna. Kemudian, dia duduk di tepi ranjang dan menundukkan kepalanya.
Sienna bingung. Dia segera membangunkan tubuhnya dan melihat ke arah Kala dengan tanda tanya besar.
“Keluarlah dari kamar ini. Tinggalkan aku sendiri. CEPAT!!”
Teriakan Kala di akhir kalimatnya langsung mengagetkan Sienna. Bergegas Sienna langsung pergi meninggalkan kamar itu.
Baru beberapa langkah saja dia meninggalkan kamarnya, Sienna sudah harus bertemu kembali dengan laki-laki muda yang telah menidurinya semalam.
Langkah kaki Sienna pun berhenti untuk menatap laki-laki muda itu dari kejauhan. Rasa sakit di area inti tubuhnya masih sangat terasa, bercak darah yang dia lihat di selimut yang menutupi tubuhnya saat itu bisa dia lihat dengan jelas. Sienna tidak menyangka sama sekali kalau keperawanannya akan direnggut oleh laki-laki yang tidak dia kenali sama sekali, dan yang sekarang Sienna paling takuti adalah—
“Apa aku akan hamil dari sperma laki-laki itu?” Sienna mengalirkan air matanya di kedua pipinya.
Bersamaan dengan air mata Sienna yang membasahi kedua pipinya, laki-laki muda itu menoleh ke arahnya dan perlahan dia menjauhkan ponsel dari telinganya saat sambungan telpon dengan seseorang masih berlangsung.
Keduanya pun saling menatap dari kejauhan dengan tatapan teduh. Ada rasa bersalah yang tersirat dari raut wajah laki-laki itu karena telah meniduri Sienna tanpa sengaja. Sedangkan Sienna, dia diam dan hanya membisu dengan segala kelelahan hidupnya yang semakin dia rasakan.
Saat langkah kaki laki-laki muda itu ingin berjalan menghampiri Sienna, seorang pria berjas datang menghampirinya.
“Tuan muda Kava, saya sudah menerima kabar dari...”
Laki-laki muda yang bernama Kava itu segera melepaskan tatapan matanya dari Sienna dan beralih pada pria berjas yang sedang melaporkan sesuatu padanya.
Tapi, tatapan mata Sienna tetap tertuju pada Kava yang sedang bicara berdua dengan pria itu.
Tak lama kemudian, tiba-tiba saja Kala berjalan melewati Sienna begitu saja dan berjalan menghampiri Kava.
Sienna pun bertanya mengenai hubungan dua laki-laki yang berbeda usia itu. Dari kejauhan, tanpa bisa mendengar apapun yang sedang mereka bicarakan. Sienna mencoba menerka hubungan mereka yang Sienna pikir kalau mereka adalah Om dan Keponakan. Tapi ternyata,
“Cepat ke sini!” Kala mentitah Sienna untuk segera datang menghampirinya.
Sienna pun patuh dan segera menghampiri Kala.
“Kava, tolong urus gadis muda ini terlebih dahulu. Aku merasa kewalahan mengurusnya karena terlalu bocah untuk aku hadapi.”
“Baik, Kak.”
“Kak???” Sienna bergumam di dalam hati. Ternyata Kala adalah Kakaknya Kava.
Setelah Kala pergi bersama dengan pria tua berjas itu, Kava pun langsung merangkul bahu Sienna tiba-tiba.
Kontak fisik yang dilakukan oleh Kava secara tiba-tiba itu sangat mengagetkan Sienna.
“Apa yang mau kamu lakukan? Cepat jauhkan tangan kamu dari bahuku!”
“Tidak mau!” Kava meluaskan tawa ledekan.
“Hah!? Kenapa?”
“Berjanji dulu padaku. Kalau kamu tidak akan memberitahu pada Kakakku soal kejadian yang kita lakukan semalam.”
Meski tidak peduli dengan janji yang harus Sienna tepati itu, tapi permintaan Kava membuat Sienna penasaran.
“Memangnya kenapa kalau Kakak kamu tidak boleh mengetahuinya?”
“Kamu tidak perlu tahu alasannya. Yang penting kamu tutup mulut kalau kamu mau hidup kamu aman.”
Perkataan Kava seolah terdengar seperti ancaman yang mematikan untuk Sienna.
***
Langkah kaki Sienna bergerak sangat cepat menuruni banyak anak tangga dari tangga darurat yang ada di Hotel itu. Mengingat waktu yang dia punya tidaklah banyak, Sienna semakin mempercepat langkah kakinya. Setelah menuruni lebih dari empat lantai, akhirnya Sienna bisa menemukan Kava di lantai enam. Sienna pun langsung merasa lega dan langkah kakinya menjadi dia perlambat saat ingin menghampiri Kava yang sedang duduk sendirian di salah satu anak tangga sambil mendengarkan musik melalui eraphone di telinganya. Tanpa memanggil nama Kava lebih dulu, Sienna duduk di samping Kava lalu dia meraih salah satu tali earphone dan memasangkannya ke telinganya untuk mengetahui lagu yang sedang Kava dengarkan saat ini. Kemunculan Sienna yang secara tiba-tiba sudah ada di sampingnya membuat Kava langsung tersentak kaget. Sienna pun memberikan senyuman hangat dan tatapan mata yang teduh pada Kava. “Senyumanmu selalu berhasil menena
“Katanya, dia terluka karena aku. Padahal, akulah yang terluka karenanya.” Itulah pengakuan Kava, sebelum akhirnya Kava tertidur di atas pangkuan Sienna di dalam mobil. Sementara Kala mengurus masalah yang sedang Kava hadapi dengan bijak. “Kamu bisa melihatnya bukan, apa yang terjadi pada Sabira? Ha!!?” Victo menunjuk ke arah Sabira yang sedang terbaring di atas ranjang dengan murka. Kala hanya diam saja tanpa mau berkomentar soal kondisi Sabira saat ini. “Aku tidak akan melibatkan kedua orang tua kita, asalkan kamu mau melakukan tiga hal padaku.” “Apa tiga hal yang kamu inginkan dariku?”** “Aku ingin menikahi Sienna.” Kava sudah mengetahui hal itu dari Sienna. Hanya saja, saat keinginan itu diutarakan secara langsung oleh Kala padanya, ternyata Kava merasa sakit dan sulit untuknya merestui hubungan Kakaknya dengan perempuan yang sangat dia cintai itu. Tidak seperti saat dirinya mudah memb
Sienna hanya ingin bermalas-malasan saja sepanjang hari ini. Dia hanya ingin diam di atas ranjang tanpa melakukan apapun, hanya itu saja kegiatan yang sudah dia agendakan untuk dirinya sendiri. Tetapi, suara bel rumahnya terpaksa membuat tubuhnya harus bergerak.Ting-tong... ting-tong... Sienna segera membangkitkan tubuhnya dari atas ranjang di tengah renungannya yang tidak ingin dia akhiri, walau sudah 5 jam lamanya dia hanya membeku di bawah selimut tapi dia tetap ingin berada di posisinya lebih lama lagi. Cklek, Sienna terpaksa menerima kedatangan tamu itu. Tamu yang ternyata adalah Kala. Baik Sienna maupun Kala langsung saling terdiam dengan canggung satu sama lain. “Bolehkah aku masuk ke dalam?” “I-iya. Silahkan.” Sienna mengizinkan Kala masuk ke dalam rumahnya dan Kala pun mengikutinya dari belakang. Saat Sienna mempersilahkannya untuk duduk di atas sofa, tempat biasa Kala
“Apa yang terjadi denganmu?” “Aku ingin mati saja.” Deg! Kala syok sekali begitu mendengar ucapan Kava yang sangat diluar ekspektasinya. “Bolehkah aku bunuh diri saja sekarang juga?” “Kenapa? Apa alasannya sampai kamu ingin bunuh diri sekarang?” “Masa lalu yang tiba-tiba saja menyengat sesekali di dalam ingatanku tentang seorang perempuan yang sangat aku cintai.” Deg! Kala kembali tersentak kaget. Ingatan Kava yang dia pikir akan pulih secara tiba-tiba membuatnya merasa ketakutan. “Tapi, perempuan itu bukanlah Sabira. Bukan dia...” Kava menaikkan wajahnya perlahan lalu menatap Kala dengan lirih dan dengan mata berkaca. “Apa kamu bisa memberitahu aku, siapa perempuan itu?” Kala kebingungan untuk menjawab pertanyaan Kava. Dia tidak bisa memberitahu siapa sosok perempuan itu karena dia juga sangat menginginkan Sienna menjadi miliknya seutuhnya. “Tolong berit
“Argaza tidak bisa menyelesaikan misi itu dengan baik, jadi baiknya dia diganti saja dengan Tuan muda Kava karena di tangannya misi itu akan mudah dia selesaikan dengan baik.” “Pria itu memang tidka berguna.” Kala memekik pelan. “Sudah dari awal aku tidak yakin meletakkan dia pada misi ini sekalipun dia hanya sebagai umpan saja.” Gumamnya, sambil menatap ke luar jendela menara di lantai 35. “Lantas, bagaimana dia bisa lolos dari serangan musuh klien?” Dengan berat hati Bian pun menceritakan kronologinya yang dia ketahui saja. Setelah mengetahuinya, Kala langsung geram dan sangat murka pada Argaza. Saking murkanya, kedua tangan Kala sampai mengepal erat sambil merasakan amarah yang luar biasa atas kebodohan yang telah Argaza lakukan. Tanpa pikir panjang, Kala langsung mendatangi Argaza yang masih berada di kediaman rumahnya. Serangan kemarahan Kala langsung menghantam seluruh wajah dan beberapa bagian tubuh dengan pukulan kuat tangannya. Para pengawa
Ting-tong... ting-tong... Sienna langsung membuka pintu rumahnya begitu dia mendengar bunyi bel berulang kali dengan jeda panjang. Tanpa melihat terlebih dahulu siapa tamu yang datang, Sienna langsung menerima kedatangan tamu itu, tamu yang sangat tidak terduga olehnya. “Halo, Sienna sayang. Apa kabar kamu?” Melihat sosok orang yang ada di hadapannya saat ini membuat Sienna ingin marah dan memakinya habis-habisan, tetapi... Tiba-tiba saja orang itu memeluk Sienna dan mengatakan, “Ibu kangen sama kamu, Sienna.” Sienna tidak ingin mempersilahkan wanita itu masuk, tapi dia juga tidak bisa menolak kehadirannya. Ranum pun langsung berjalan masuk ke dalam rumah Sienna dan duduk di atas sofa. Sementara Sienna masih dibuat syok oleh kehadiran Ranum yang muncul kembali di depannya secara tiba-tiba. Sienna diam mematung sambil memandangi pilu Ranum yang justru tampak biasa saja, seperti tidak pernah melakukan ke