Share

Bab 3

          Kala memohon-mohon pada Senja agar Senja mau melanjutkan drama kepalsuan mereka pada kedua orang tua Kala.

            “Om ini gimana sih? Perjanjian kita kan hanya sampai jam 12 teng, tapi kenapa om malah ingkar.” Tentu Senja tidak bisa menerima permintaan Kala.

            “Please, Senja. Masa kamu tidak mau membantu saya sih?”

            “Lagian, salah om. Kenapa membohongi orang tua om soal kekasih om? Kenapa sih tidak cari kekasih asli saja untuk dijadikan pacar? Saya ini kan bukan perempuan baik untuk bisa dijadikan kekasihan sungguhan om.” Senja bersedekap. Dia memalingkan pandangannya karena kesal dengan tingkah Kala.

            “Memangnya cari kekasih yang tulus dan baik semudah seperti membalikkan tangan? Saya ini sudah kapok cari perempuan yang bisa benar-benar tulus mencintai saya. Apalagi sampai bisa disukai oleh kedua orang tua saya. Hanya kamu perempuan satu-satunya yang bisa disukai oleh kedua orang tua saya.”

            “Memangnya biasanya kedua orang tua om tidak menyukai kekasih om, begitu?”

            “Aneh saja. Kalau pun mereka menyukai kekasih saya, ya mereka sukanya tidak berbarengan seperti ini. Hanya salah satu saja. Makanya, alasan saya tidak juga menikah sampai detik ini karena mereka. Kriteria orang tua saya suka tidak sejalan. Baru kali ini mereka bisa sejalan suka sama kekasih saya. Kan bukan salah saya kalau tiba-tiba saja orang tua saya menyukai kamu. Kebetulan. Benar-benar kebetulan.”

            “Tapi persoalannya adalah kedua orang tua saya bukanlah orang kaya. Mereka miskin dan tidak mungkin sepadan dengan orang tua om yang kaya raya dan memiliki selera tinggi.”

            “Jadi, kamu beneran tidak mau menolong saya?”

            “Maaf, om. Saya punya urusan yang jauh lebih penting daripada urusan ini.”

            “Apa urusan kamu yang lebih penting itu adalah bapak kamu yang sedang sakit? Kamu membutuhkan biaya banyak untuk pengobatan bapak kamu kan? Kalau memang itu urusan penting yang kamu maksud, saya bisa membantu kamu. Saya akan membiayai seluruh pengobatan bapak kamu. Asalkan kamu mau membantu saya.”

            “Kalau pun saya membantu om, bagaimana dengan orang tua saya? Orang tua om tidak akan mau menerima orang tua saya yang sangat berbeda kelas dari persoalan ekonomi.”

            “Simple. Katakan saja dengan jujur tentang siapa orang tua kamu yang sebenarnya. Selama pertemuan tadi, kamu tidak mengatakan tentang kondisi orang tua kamu yang bukan dari kalangan konglomerat, kan?”

            “Apa mereka akan setuju setelah mereka mengetahui tentang orang tua saya?”

            “Pasti. Karena yang terpenting untuk mama dan papa saya adalah kamu. Mereka menyukai kamu dan selama orang tua kamu bukanlah orang yang jahat, maka orang tua saya akan welcome.”

            Senja terdiam sejenak. Dia masih terus memikirkan perihal perbedaan derajat dan kelas antara dia dan Kala.

            “Om yakin? Kalau hubungan palsu kita tidak akan sampai diketahui oleh orang tua om? Yang mereka minta menikah loh, bukan hanya sekedar hubungan pasangan kekasih saja.”

            “Ya memang itu tujuan saya memohon sama kamu. Saya ingin kita menikah pura-pura.”

            “APA!???” Senja kaget bukan main begitu dia mengetahui alasan Kala memohonnya untuk terus membantunya meneruskan drama mereka.

            “Kenapa? Apa ada yang salah dengan pernikahan?”

            “Om memang sudah tidak waras. Kalau drama kita terus berlanjut sampai pernikahan, itu sama saja om mengikat saya seumur hidup saya untuk menikah denga pria yang tidak saya cintai sama sekali.”

            Kala tersenyum mendengar perkataan Senja yang penuh emosi. “Kamu pikir, saya mencintai kamu? Atau, love at firs sight sama kamu, begitu?”

            “Maksud om?”

            “Saya juga tidak punya rasa cinta ke kamu, sedikit pun. Kamu hanya perempuan yang awalnya saya sewa untuk bercinta, lalu saya menyewa kamu untuk pura-pura menjadi kekasih saya, dan sekarang saya pun juga akan menyewa kamu sebagai istri bayaran untuk saya. Intinya, kita menikah kontrak!”

            Deg!

            Senja terkecut mendengar inti dari permintaan yang Kala jabarkan padanya secara bertel-tele sejak tadi.

            “Kita akan sama-sama saling menguntungkan loh. Saya bisa mendapatkan kebebasan saya karena menikahi perempuan yang tidak akan peduli dengan kelakuan saya seperti apapun, dan kamu juga akan mendapatkan biaya pengobatan bapak kamu dari secara sebanyak 100 persen. Bagaimana? Deal enough?”

            Senja menelan cepat savilanya yang terasa menyesakkan dadanya. Dia memang sangat membutuhkan uang untuk mengobati penyakit bapaknya. Jika dia harus terus menjadi perempuan sewaan hanya untuk mnelayani hasrat bercinta para hidung belang, lama-lama Senja merasa tidak sanggup. Tubuhnya sudah sering kelelahan saat melayani beberapa pria dalam sehari, belum lagi jika ada yang bermain kasar padanya. Senja merasa sangat tersiksa. Setidaknya, tawaran dari Kala akan membuatnya terbebas sejenak dari kehidupan gelapnya selama ini.

            “Memangnya, berapa lama om akan mengontrak jasa saya untuk menjadi istri palsu om?”

            “Kamu maunya berapa lama? Saya sih terserah kamu saja.”

            “Loh kok malah terserah saya sih om? Kan yang punya uang adalah om.”

            “Tapi saya sudah terlalu tua untuk bisa menikmati sisa hidup saya. Sedangkan, kamu?”

            Senja kembali memikirkannya.

            “Bagaimana kalau satu tahun?”  

            “Secepat itu?”

            “Bukannya satu tahun itu lama? Saya kirain pernikahan kontrak kita hanya akan berjalan beberapa bulan saja.”           

            “Memangnya sakit bapak kamu akan sembuh dalam waktu satu tahun?”

            “Bapak itu akan sakit seumur hidup.”

            “Memangnya bapak kamu sakit apa?”

            “Dia punya gagal ginjal dan harus cuci darah seumur hidup.”

            Kala langsung diam. Dia turut prihatin atas sakit yang dialami oleh bapaknya Senja.

            “Om Kala jangan kasih tahu orang tua saya ya tentang pekerjaan saya selama di Ibu kota. Karena yang mereka tahu kalau saya bekerja sebagai pegawai kantor.”

            “Iya, saya akan menjaga rahasia kamu itu.”

            “Terima kasih om.”        

            “Kalau begitu kita harus membuat perjanjian kontrak pernikahan, sebelum drama selanjutnya kita mulai di depan kedua orang tua kita.”

            “Iya.”

            “Yuk. Saya antar kamu pulang ke kosan kamu.”

            “Tidak usah sampai kosan. Om cukup antar saya sampai halte bis saja.”

            “Loh. Saya ini kan calon suami kamu. Jadi saya harus tahu di mana kamu ngekos sekarang.”

            “Nanti akan saya kasih tahu kalau saya sudah siap. Soalnya kosan saya berantakan sekali, jauh pula.”           “Ya sudah. Saya akan antar kamu sampai halte bis.”

            Kala segera melajukan mobilnya menuju halte bis yang cukup jauh dari rumah orang tuanya.

            Tiba di halte bis, ternyata seorang pemuda yang tampak seumuran dengan Senja sudah menunggu Senja. Kala tidak sempat bertanya siapa pemuda itu, karena Senja sudah keburu keluar mobilnya duluan dengan tergesa-gesa.

            Dari dalam mobilnya, Kala memperhatikan Senja dan pemuda itu untuk beberapa saat. Dia pun terpaksa pergi dari tempat itu setelah mendapat telpon dari asistennya yang memintanya untuk segera datang menemuinya di sebuah Bar.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status