Share

Kontrak Cinta Sang Pewaris
Kontrak Cinta Sang Pewaris
Author: Blue Apple

Bab 1

Suara desahan panjang berakhir setelah Kala mengeluarkan cairannya di dalam pengaman usai menumbuk lembut area inti seorang perempuan muda.

Aktifitas surga dunia yang baru saja dia lakukan bersama perempuan kenalannya membuat tubuh Kala kelelahan. Dia langsung membaringkan tubuhnya di samping perempuan yang bernama Senja.

“Tak kusangka, ternyata kamu pandai sekali bermain di atas ranjang. Aku merasa tidak sia-sia telah membayarmu mahal hanya untuk melayaniku satu jam saja. Besok, aku ingin melakukannya lagi denganmu. Asistenku akan menghubungimu nanti.”

“Tidak bisa, om. Aku hanya akan melayani om sekali saja. Aku tidak terbiasa melayani seorang pria lebih dari satu kali.”

“Sombong sekali kamu ini. Aku akan membayarmu dua kali lipat dari bayaranmu sekarang.”

“Aku tetap tidak bisa. Meski om mau membayarku 10 kali lipat sekalipun.”

Senja langsung bangkit dari atas ranjang lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Hanya beberapa menit saja Senja berada di dalam kamar mandi, kemudian dia keluar dan pergi meninggalkan kamar hotel. Setelah dia memastikan kalau om yang baru saja memakai jasanya sudah mentransfer sejumlah uang yang telah disepakati sebelum mereka bercinta tadi.

Kala pun tidak bisa mencegah kepergian perempuan muda bernama Senja itu. Baginya, Senja candu. Dari sekian banyak perempuan muda yang dia tiduri, hanya Senja yang paling mampu memuaskannya.

“Aku tidak akan membiarkanmu pergi dariku, Senja. Kau akan menjadi milikku, demi bisa memuaskan hasrat bercintaku.” Kala pastikan itu.

Dddrrrr... dddrrr...

Ponsel Kala bergetar di atas nakas. Dia segera meraih ponselnya untuk menerima panggilan telpon dari seseorang.

“Oh? Mama?”

Kala tidak bisa menolak telpon dari mamanya. Dia pun segera mengangkatnya.

“Halo, ma.”

“[Kala. Mana janjimu yang akan memperkenalkan mama dengan perempuan pilihanmu? Katanya hari ini kamu mau memperkenalkannya pada mama. Tapi sudah jam segini, kamu masih belum juga datang bersama dengan perempuan pilihanmu itu.]”

“Iya, ma. Sabar dong. Aku kan masih sibuk sama pekerjaanku. Malam ini aku janji akan datang ke rumah mama bersama perempuan pilihanku.”

“[Awas ya kalau sampai kamu ingkar janji lagi. Mama tidak akan mau lagi menunggu janji palsu kamu itu, karena mama akan langsung menikahkan kamu dengan Bella minggu depan. Titik.]”

Nut... nut... nut...

Inge langsung memutus telponnya tanpa ada basa basi pada putranya. Dia kesal karena ingkar janji yang berulangkali putra sulungnya lakukan padanya untuk urusan jodoh.

“Aisshhh!! Mama tuh maksa banget sih suruh aku cepat-cepat menikah. Padahal kan single itu jauh lebih enak, tidak beban. Tidak harus repot-repot mikirin perasaan istri dan tetek bengek lainnya. Ini pasti gara-gara Kara yang sudah kebelet ingin buru-buru menikah sama pacarnya, jadinya aku yang kena korban!”

Kala segera bangkit dari ranjang untuk membersihkan tubuhnya. Dia akan kembali ke Kantor untuk bertemu dengan Galih dan meminta asistennya itu untuk mencarikan perempuan sewaan yang akan dijadikan pacar semalam untuknya, untuk diperkenalkan pada mamanya malam ini.

Langkah kaki Kala berjalan dengan tergesa-gesa menyusuri koridor hotel yang sangat sepi. Tapi mendadak langkah kakinya berhenti ketika dia mendengar suara seorang perempuan yang baru saja dia lintasi ketika melewati koridor lain.

Kala kembali memundurkan langkah kakinya satu demi satu. Dia mengintip dan melihat sosok perempuan itu. Suaranya yang tidak asing sudah bisa Kala tebak, kalau perempuan itu adalah Senja, perempuan yang baru saja menerima bayaran mahal darinya karena berhasil memuaskannya dalam bercinta.

Kala bermaksud menguping obrolan Senja dengan seseorang dari balik telpon.

“Iya, bu. Aku akan segera mengirimkan ibu uang untuk pengobatan bapak. Tapi aku kirim setengah dulu ya bu. Sisanya aku kirim dua hari lagi.”

Kalimat itu menjadi penutup obrolan Senja dengan seseorang yang dia panggil ibu.

Senja langsung menghembuskan nafas kasar. Beban berat yang sedang dipikulnya saat ini membuat Senja tidak sanggup menahan air matanya.

Suara isak tangis Senja pun terdengar sampai ke telinga Kala yang masih berdiri di balik dinding.

Kala merasa kasihan setelah mengetahui kesulitan yang sedang Senja hadapi. Dia merasa iba pada perempuan itu, dan rasa ibanya membuat Kala berniat ingin membantu Senja.

Tapi dengan cara apa? Kala tidak tahu. Sementara Senja menolak untuk bertemu dengannya lagi.

Di saat Kala sedang memikirkan cara untuk bisa bertemu dengan Senja lagi dan membantunya, tiba-tiba saja Senja muncul di depannya dan langsung mengagetkannya.

“Lagi ngapain om di sini?”

Kala mendelik kaget saat melihat Senja yang sudah berdiri di dekatnya. Kala pun langsung melepaskan sandaran punggung dari dinding.

“Lagi—“ Kala bingung harus beralasan apa.

“Om nguping obrolan saya barusan, kan?”

“I-iya.” Kala mengakuinya, meski dengan sikap gugup.

Senja hanya tersenyum kecut mendengar pengakuan jujur Kala. Dia pun langsung berlalu meninggalkan Kala begitu saja.

Kala segera mengejar Senja dan berjalan sejajar di samping Senja untuk mengikuti langkah kaki perempuan itu berjalan.

“Saya akan membantu kamu menolong pengobatan bapak kamu.” Ucap Kala, dengan niat baiknya.

“Tidak usah, om. Saya bisa mengatasinya sendiri. Lebih baik om pergi dari hadapan saya sekarang. Karena saya tidak mau kalau istri om sampai memergoki kita lagi berduaan. Hidup saya sudah banyak masalah, jadi saya tidak mau mendapatkan masalah dari orang yang hanya akan saya kenal beberapa jam saja.”

“Kata siapa saya sudah punya istri?” langkah kaki Kala berhenti saat itu juga.

Begitu juga dengan Senja yang langsung menoleh ke belakang saat Kala menyautkan kalimat itu.

“Saya belum menikah. Jangan kan punya istri, punya pacar saja tidak. Saya ini single, perjaka ting ting dan masih gres untuk urusan status kejombloan saya."

Mendengar ucapan Kala membuat Senja merasa geli sendiri. Dia langsung tersenyum menyudut dan mengatakan, “Urusannya dengan saya apa? Saya sama sekali tidak peduli dengan status om. Karena hubungan kita hanya dua jam saja, setelahnya kita tidak akan punya hubungan apa-apa lagi. Kalau om masih ingin memusakan hasrat bercinta om, silahkan cari perempuan lain yang bersedia untuk melayani om.”

“Kamu ini terlalu kaku sekali pada saya.”

“Bukan pada om saja, tapi juga berlaku pada pria lain.”

“Memangnya sudah berapa banyak pria yang tidur denganmu?”

“Pertanyaan om sama sekali tidak sopan!” Senja merasa tersinggung.

“Sorry. Saya tidak bermaksud menyinggung perasaan kamu. Saya hanya ingin minta bantuan kamu, satu kali saja dan hanya untuk malam ini saja.”

“Bantuan?” Seringai sinis di bibir manis Senja kembali menyudut. “Om berniat ingin menipu saya, seperti beberapa pria lain yang pernah menyewa jasa saya ya?”

“Saya tidak ingin menipu kamu. Saya hanya ingin kamu menjadi kekasih saya, hanya untuk malam ini saja. Dan saya akan membayar kamu sebesar 700 juta, jika kamu bersedia.”

“700 ratus juta?”

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status