Share

Hari Bahagia

Author: Syamwiek
last update Last Updated: 2025-08-15 13:39:02

Halaman rumah sudah dipenuhi kursi yang tersusun rapi, dilapisi kain putih, dengan hiasan bunga daisy di setiap sudut. Udara pagi terasa segar, tapi jantungku tetap berdebar kencang.

Aku duduk di kursi akad nikah, mengenakan kebaya putih berhias payet halus, lengkap dengan aksesoris khas Jogja yang tertata manis di rambutku. Makeup-ku flawless namun tetap manglingi, cukup membuatku merasa percaya diri.

Di depan, para saksi, penghulu, dan keluarga besar sudah hadir dan sedang menunggu prosesi dimulai. Suasana terasa hening dan khidmat.

Alvaro baru saja duduk di sebelahku. Wajahnya terlihat sedikit tegang, tapi senyum tipisnya cukup membuatku sedikit tenang.

Tak lama, penghulu mulai membacakan khutbah nikah dengan suara tenang. Dan akhirnya, tibalah momen paling mendebarkan—ijab kabul.

Penghulu menatap Alvaro. “Baik, silakan diucapkan dengan jelas.”

Ayah menggenggam tangan Alvaro erat. Semua orang terdiam.

Dengan nafas yang sedikit bergetar, Ayah mengucapkan, “Saya nikahkan dan kawinkan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
kayak nya sehari ngga debat ngga seru ya Al dan El
goodnovel comment avatar
Kania Putri
wah akhirnya dah juga kalian selamat Alvaro nayla akhirnya ya moga jadi pasangan yg bahagia sampai maut memisahkan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Wanita Murahan

    Begitu tiba di apartemen, aku memilih menunggu di lobi. Rey masih lelap di pangkuanku. Koper kecil kutaruh di sisi kaki, sementara mataku beberapa kali melirik ke arah Alvaro yang berdiri agak jauh. Dia tengah sibuk dengan panggilan telepon, wajahnya serius, suara sesekali terdengar tegas.Tadi dia memintaku menunggu di sini saja, supaya aku tidak perlu repot naik lebih dulu. Jadi aku menurut, meski mulai bosan menatap lobi yang ramai oleh orang berlalu-lalang.Aku melihat jam di pergelangan tangan. Hampir sepuluh menit berlalu, tapi Alvaro belum juga selesai. Aku menarik napas panjang, berusaha sabar.Saat itu, pintu lobi terbuka. Aku menoleh sekilas, dan langsung tertegun.Felisha.Dia masuk dengan langkah anggun, wajahnya tersenyum tipis, dan tatapannya langsung mengarah padaku. Yang membuatku kaget, di sampingnya ada Ebra. Mereka berjalan berdampingan, terlihat seperti datang bersama.Tubuhku refleks menegang. Tanganku menggenggam erat gagang koper, sementara jantungku berdetak le

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Pesan Seorang Ayah

    Di ruang tamu, koper sudah siap di dekat pintu. Saatnya aku kembali ke Jakarta. Bedanya, kali ini aku pulang bukan cuma untuk bekerja, tapi juga untuk memulai hidup bersama keluarga kecilku—Alvaro dan Rey.Ibu menghampiriku lebih dulu. Senyum hangatnya sedikit tertutup air mata yang berkilat di sudut mata. Tangannya menggenggam jemariku erat, seakan enggan melepas.“Nayla,” suaranya lembut, penuh kasih, “ingat ya, kamu sekarang sudah berumah tangga. Apa pun yang kamu lakukan, utamakan keluarga lebih dulu. Karir itu penting, tapi keluarga jauh lebih berharga. Jangan sampai kebalik.”Dadaku terasa hangat. Aku tahu pesan itu bukan sekadar kata-kata, melainkan doa yang tulus. Aku menunduk, mencium punggung tangan Ibu dengan lembut.“Iya, Bu,” jawabku lirih. “Aku janji.”Ibu mengusap kepalaku, lalu memelukku erat. Harumnya begitu candu, membuatku ingin kembali kemasa kecil dan bersembunyi di pelukan itu lebih lama. Tapi sekarang aku sudah dewasa. Aku harus belajar menggantikan peran Ibu di

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Jangan Tinggalkan Aku!

    Aku sibuk menyuapi Rey yang duduk di sampingku. Wajahnya tampak pucat, hidungnya kemerahan, dan sesekali bersin. Dengan manja, dia menyandarkan kepala di lenganku. “Mama, nggak mau sup. Maunya es krim,” rengeknya pelan. Dada terasa sesak. Setelah semalam tahu siapa Febiola yang sebenarnya, aku berusaha menyingkirkan rasa kecewa pada Alvaro. Meskipun begitu, aku tidak akan mengubah sikapku pada Rey. Aku akan tetap menyayanginya seperti anakku sendiri. “Rey pilek karena kebanyakan makan es krim kemarin. Kalau mau cepat sembuh, harus makan yang hangat dulu.” Dengan sabar, aku menyuapkan makanannya sedikit demi sedikit. Rey sempat meringis, tapi tetap mau membuka mulut. Anak ini memang gampang luluh kalau aku yang bujuk. Di seberang meja, Ila beberapa kali melirik ke arahku. Akhirnya dia membuka suara. “Nayla, are you okay?” Aku tersenyum, “I’m fine, really.” Masalah Febiola semalam hanya Ila dan Alvaro yang tahu. Karena itu, hanya mereka berdua yang terlihat was-was sejak aku ikut

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Waktu Yang Tidak Tepat

    Baru saja aku selesai berkenalan dengan tamu-tamu dari luar negeri, lenganku disentuh pelan dari belakang. Aku menoleh— ternyata Ila. Tanpa banyak bicara, dia langsung menarik lenganku. “Nay, ayo ikut aku sebentar. Para sepupu udah nungguin kamu,” ujarnya antusias. Aku menoleh ke arah Alvaro yang langsung memicingkan mata curiga. “Sepupu yang mana?” tanyanya dengan nada menginterogasi. Ila memutar bola mata. “Di sebelah sana. Mereka semua sepupu jauh kita.” Aku nyaris terkekeh, tapi buru-buru menutup mulut. Alvaro masih menatap tajam ke arah Ila, tapi akhirnya menghela napas. “Jangan lama-lama.” Ila mengacungkan jempol seolah baru mendapat izin dari satpam komplek, lalu menarikku pergi ke meja di sisi ballroom. Di sana, beberapa pria dan wanita muda berdiri sambil memegang gelas mocktail, wajahnya langsung sumringah begitu melihatku datang. “Naylaaa!” salah satu sepupu perempuan berambut ikal langsung memelukku hangat. “Akhirnya ketemu juga! Dari tadi Ila bilang mau bawa kamu, ta

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Menantu Kesayangan

    Saat pintu ballroom terbuka, cahaya lampu kristal langsung memantul ke segala arah, membuat ruangan besar itu terlihat semakin mewah. Dekorasinya tertata rapi dengan nuansa internasional. Warna putih gading dan emas mendominasi, sementara lilin-lilin kecil di meja tamu memberi sentuhan hangat. Udara pun dipenuhi aroma segar dari mawar putih dan lily.Semua tamu serentak menoleh. Mereka bangkit berdiri dan menyambut kami dengan tepuk tangan saat aku dan Alvaro melangkah masuk.Tanganku menggenggam lengannya erat. Dari caranya menuntunku, jelas dia ingin memastikan aku merasa tenang di tengah semua sorotan.Beberapa detik kemudian, lagu Perfect dari Ed Sheeran mulai dimainkan live oleh band di sudut ruangan. Suara vokalisnya yang tenang membuat langkah kami di atas karpet putih terasa lebih istimewa.Alvaro menunduk sedikit ke arahku, berbicara di tengah riuh tepuk tangan. “Kamu dengar lagunya? Pas banget buat kita.”Aku menahan senyum, jantungku berdetak cepat. “Lagunya memang manis— t

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Pengantin Posesif

    “Sayang,” panggil Alvaro dengan nada manja.Aku menatapnya dari cermin. “Hmm? Kok belum siap?”“Sedikit lagi siap. Tinggal satu yang kurang.” Dia mengangkat dasi kupu-kupu di tangannya. “Aku nggak bisa pasang ini.”Stylist di sebelahku refleks berdiri. “Biar saya bantu, Pak Al.”Namun Alvaro cepat mengangkat tangan, menolak. “Nggak usah, Mbak. Saya maunya istri saya yang pasang.”Aku mengerling dari cermin. “Mas, aku belum selesai makeup. Jangan ganggu dulu, ya.”“Aku nggak ganggu. Cuma minta tolong sama istriku sendiri. Kan sah-sah aja.” Dia menaruh dasi itu di tanganku, lalu menunduk sedikit di depanku.MUA yang sedang merapikan riasanku terkekeh kecil. “Wah, Pak Alvaro romantis juga ya, minta dibantu istrinya.”“Saya nggak romantis,” sahut Alvaro cepat. “Tapi— kalau kamu anggap begitu, ya—terima kasih.”Aku hanya menggeleng pelan melihat sikap manja suamiku. “Sini, biar cepat.” Tanganku mulai melilitkan dasi itu di lehernya, mengencangkannya perlahan.“Pelan-pelan, Sayang,” bisikny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status