Share

Menantu Kesayangan

Penulis: Syamwiek
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-16 09:29:33

Saat pintu ballroom terbuka, cahaya lampu kristal langsung memantul ke segala arah, membuat ruangan besar itu terlihat semakin mewah. Dekorasinya tertata rapi dengan nuansa internasional. Warna putih gading dan emas mendominasi, sementara lilin-lilin kecil di meja tamu memberi sentuhan hangat. Udara pun dipenuhi aroma segar dari mawar putih dan lily.

Semua tamu serentak menoleh. Mereka bangkit berdiri dan menyambut kami dengan tepuk tangan saat aku dan Alvaro melangkah masuk.

Tanganku menggenggam lengannya erat. Dari caranya menuntunku, jelas dia ingin memastikan aku merasa tenang di tengah semua sorotan.

Beberapa detik kemudian, lagu Perfect dari Ed Sheeran mulai dimainkan live oleh band di sudut ruangan. Suara vokalisnya yang tenang membuat langkah kami di atas karpet putih terasa lebih istimewa.

Alvaro menunduk sedikit ke arahku, berbicara di tengah riuh tepuk tangan. “Kamu dengar lagunya? Pas banget buat kita.”

Aku menahan senyum, jantungku berdetak cepat. “Lagunya memang manis— t
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
niat hati mau menjatuhkan ya mba tapi maaf ngga mempan
goodnovel comment avatar
Rina Damayanti
Alvaro konsisten....genggam tangan Nayla terus ...
goodnovel comment avatar
Kania Putri
mampus mang enak kena mental kan kalian enak banget mau julidin nayla langsung di kasih paham sama si mama
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Wanita Murahan

    Begitu tiba di apartemen, aku memilih menunggu di lobi. Rey masih lelap di pangkuanku. Koper kecil kutaruh di sisi kaki, sementara mataku beberapa kali melirik ke arah Alvaro yang berdiri agak jauh. Dia tengah sibuk dengan panggilan telepon, wajahnya serius, suara sesekali terdengar tegas.Tadi dia memintaku menunggu di sini saja, supaya aku tidak perlu repot naik lebih dulu. Jadi aku menurut, meski mulai bosan menatap lobi yang ramai oleh orang berlalu-lalang.Aku melihat jam di pergelangan tangan. Hampir sepuluh menit berlalu, tapi Alvaro belum juga selesai. Aku menarik napas panjang, berusaha sabar.Saat itu, pintu lobi terbuka. Aku menoleh sekilas, dan langsung tertegun.Felisha.Dia masuk dengan langkah anggun, wajahnya tersenyum tipis, dan tatapannya langsung mengarah padaku. Yang membuatku kaget, di sampingnya ada Ebra. Mereka berjalan berdampingan, terlihat seperti datang bersama.Tubuhku refleks menegang. Tanganku menggenggam erat gagang koper, sementara jantungku berdetak le

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Pesan Seorang Ayah

    Di ruang tamu, koper sudah siap di dekat pintu. Saatnya aku kembali ke Jakarta. Bedanya, kali ini aku pulang bukan cuma untuk bekerja, tapi juga untuk memulai hidup bersama keluarga kecilku—Alvaro dan Rey.Ibu menghampiriku lebih dulu. Senyum hangatnya sedikit tertutup air mata yang berkilat di sudut mata. Tangannya menggenggam jemariku erat, seakan enggan melepas.“Nayla,” suaranya lembut, penuh kasih, “ingat ya, kamu sekarang sudah berumah tangga. Apa pun yang kamu lakukan, utamakan keluarga lebih dulu. Karir itu penting, tapi keluarga jauh lebih berharga. Jangan sampai kebalik.”Dadaku terasa hangat. Aku tahu pesan itu bukan sekadar kata-kata, melainkan doa yang tulus. Aku menunduk, mencium punggung tangan Ibu dengan lembut.“Iya, Bu,” jawabku lirih. “Aku janji.”Ibu mengusap kepalaku, lalu memelukku erat. Harumnya begitu candu, membuatku ingin kembali kemasa kecil dan bersembunyi di pelukan itu lebih lama. Tapi sekarang aku sudah dewasa. Aku harus belajar menggantikan peran Ibu di

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Jangan Tinggalkan Aku!

    Aku sibuk menyuapi Rey yang duduk di sampingku. Wajahnya tampak pucat, hidungnya kemerahan, dan sesekali bersin. Dengan manja, dia menyandarkan kepala di lenganku. “Mama, nggak mau sup. Maunya es krim,” rengeknya pelan. Dada terasa sesak. Setelah semalam tahu siapa Febiola yang sebenarnya, aku berusaha menyingkirkan rasa kecewa pada Alvaro. Meskipun begitu, aku tidak akan mengubah sikapku pada Rey. Aku akan tetap menyayanginya seperti anakku sendiri. “Rey pilek karena kebanyakan makan es krim kemarin. Kalau mau cepat sembuh, harus makan yang hangat dulu.” Dengan sabar, aku menyuapkan makanannya sedikit demi sedikit. Rey sempat meringis, tapi tetap mau membuka mulut. Anak ini memang gampang luluh kalau aku yang bujuk. Di seberang meja, Ila beberapa kali melirik ke arahku. Akhirnya dia membuka suara. “Nayla, are you okay?” Aku tersenyum, “I’m fine, really.” Masalah Febiola semalam hanya Ila dan Alvaro yang tahu. Karena itu, hanya mereka berdua yang terlihat was-was sejak aku ikut

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Waktu Yang Tidak Tepat

    Baru saja aku selesai berkenalan dengan tamu-tamu dari luar negeri, lenganku disentuh pelan dari belakang. Aku menoleh— ternyata Ila. Tanpa banyak bicara, dia langsung menarik lenganku. “Nay, ayo ikut aku sebentar. Para sepupu udah nungguin kamu,” ujarnya antusias. Aku menoleh ke arah Alvaro yang langsung memicingkan mata curiga. “Sepupu yang mana?” tanyanya dengan nada menginterogasi. Ila memutar bola mata. “Di sebelah sana. Mereka semua sepupu jauh kita.” Aku nyaris terkekeh, tapi buru-buru menutup mulut. Alvaro masih menatap tajam ke arah Ila, tapi akhirnya menghela napas. “Jangan lama-lama.” Ila mengacungkan jempol seolah baru mendapat izin dari satpam komplek, lalu menarikku pergi ke meja di sisi ballroom. Di sana, beberapa pria dan wanita muda berdiri sambil memegang gelas mocktail, wajahnya langsung sumringah begitu melihatku datang. “Naylaaa!” salah satu sepupu perempuan berambut ikal langsung memelukku hangat. “Akhirnya ketemu juga! Dari tadi Ila bilang mau bawa kamu, ta

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Menantu Kesayangan

    Saat pintu ballroom terbuka, cahaya lampu kristal langsung memantul ke segala arah, membuat ruangan besar itu terlihat semakin mewah. Dekorasinya tertata rapi dengan nuansa internasional. Warna putih gading dan emas mendominasi, sementara lilin-lilin kecil di meja tamu memberi sentuhan hangat. Udara pun dipenuhi aroma segar dari mawar putih dan lily.Semua tamu serentak menoleh. Mereka bangkit berdiri dan menyambut kami dengan tepuk tangan saat aku dan Alvaro melangkah masuk.Tanganku menggenggam lengannya erat. Dari caranya menuntunku, jelas dia ingin memastikan aku merasa tenang di tengah semua sorotan.Beberapa detik kemudian, lagu Perfect dari Ed Sheeran mulai dimainkan live oleh band di sudut ruangan. Suara vokalisnya yang tenang membuat langkah kami di atas karpet putih terasa lebih istimewa.Alvaro menunduk sedikit ke arahku, berbicara di tengah riuh tepuk tangan. “Kamu dengar lagunya? Pas banget buat kita.”Aku menahan senyum, jantungku berdetak cepat. “Lagunya memang manis— t

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Pengantin Posesif

    “Sayang,” panggil Alvaro dengan nada manja.Aku menatapnya dari cermin. “Hmm? Kok belum siap?”“Sedikit lagi siap. Tinggal satu yang kurang.” Dia mengangkat dasi kupu-kupu di tangannya. “Aku nggak bisa pasang ini.”Stylist di sebelahku refleks berdiri. “Biar saya bantu, Pak Al.”Namun Alvaro cepat mengangkat tangan, menolak. “Nggak usah, Mbak. Saya maunya istri saya yang pasang.”Aku mengerling dari cermin. “Mas, aku belum selesai makeup. Jangan ganggu dulu, ya.”“Aku nggak ganggu. Cuma minta tolong sama istriku sendiri. Kan sah-sah aja.” Dia menaruh dasi itu di tanganku, lalu menunduk sedikit di depanku.MUA yang sedang merapikan riasanku terkekeh kecil. “Wah, Pak Alvaro romantis juga ya, minta dibantu istrinya.”“Saya nggak romantis,” sahut Alvaro cepat. “Tapi— kalau kamu anggap begitu, ya—terima kasih.”Aku hanya menggeleng pelan melihat sikap manja suamiku. “Sini, biar cepat.” Tanganku mulai melilitkan dasi itu di lehernya, mengencangkannya perlahan.“Pelan-pelan, Sayang,” bisikny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status