Share

3. Membuat Masalah

Author: Intan SR
last update Huling Na-update: 2022-11-02 21:31:35

Lucio diam saja sejak tadi. Bahkan ketika Khaleed memancingnya untuk mengajak bicara padanya.

“Anda marah?” tanya Khaleed, meski diam diam dia tersenyum melihat tingkah Lucio saat ini.

“Menurutmu?” Langkah Lucio terhenti hanya untuk melihat wajah asistennya yang seakan sedang mengejeknya. “Kalau saja tadi siang kamu bilang padaku jika nenekku merencanakan kencan buta itu, mungkin lebih baik aku pura-pura mati saja.”

“Anda yakin? Kalau Anda pura-pura mati pasti nenek Anda akan mengganti posisi Anda dengan Benicio Valeega. Anda mau hal itu terjadi?”

“Kamu mengancamku?” Lucio mendengus kasar. Jika saja asistennya itu bukan sahabatnya sejak masih SMA mungkin dia sudah memecatnya dari dulu karena selalu melakukan hal-hal di luar kendalinya.

“Saya hanya melakukan perintah nyonya Dolores.”

“Nenekku sepertinya sudah kehabisan kenalan wanita. Bagaimana bisa dia mengenalkanku pada—” Ah, kalau Lucio mengingat hal tadi itu, dia ingin sekali marah-marah pada neneknya karena sudah mengenalkan pada wanita yang berusia hampir lima puluh tahun.

Wanita itu memang masih single. Namun yang membuat Lucio tak habis pikir adalah mengapa neneknya harus menyiksanya seperti ini.

Apalagi wanita tadi—benar-benar sudah menganggapnya seperti perjaka yang tidak laku.

Tadi siang ketika Lucio membuka restoran dengan pintu geser. Ia pikir Khaleed mengantarnya pergi ke tempat pertemuan dengan kliennya. Namun ternyata ketika dia melihat wajah wanita tua itu. Perasaan Lucio mendadak tidak enak.

Apalagi ketika wanita itu berdiri dan memaksa Lucio untuk mencium punggung tangannya yang keriput.

“Kamu—Lucio kan? Dolores memintaku untuk ke sini.”

Lucio berharap jika dia adalah ibu dari wanita yang mungkin dikenalkan oleh neneknya. Tapi ternyata salah. Dia tidak memiliki anak, yang dia punya hanyalah anjing berjenis puddle yang duduk di samping kursinya.

Lucio mengangguk. Menatap lurus wanita itu.

“Perkenalkan, aku adalah Valencia. Calon istrimu?”

Mendengar hal itu sontak membuat jantung Lucio seakan jatuh dari tempatnya.

Apa katanya? Calon istri? Bukan calon mertua?

“Sepertinya ada yang membuat keributan di sana.” Khaleed berkata dan membuyarkan lamunan Lucio. Ia menunjuk pos keamanan dengan matanya. Lucio mengikuti ke mana arah mata Khaleed berada.

Seorang gadis dengan tinggi kira-kira hanya 150 CM dan rambut potongan bob sedang memaksa sekuriti untuk masuk.

“Kamu mengenalnya? Dia karyawan di sini?” tanya Lucio.

“Sepertinya—bukan.” Khaleed menggeleng ragu. “Kalau karyawan di sini pasti petugas keamanan tidak akan mencegahnya seperti itu.”

Lucio melangkah maju dengan percaya diri. Ia ingin mengabaikan wanita yang tengah meneriakan keadilan di lobi kantornya.

“AKU TIDAK AKAN PULANG JIKA BELUM MENDAPATKAN KEADILAN!” teriaknya. Suaranya memang terdengar mabuk.

“MEMANGNYA APA SALAHNYA TELAT MEMBAYAR SEWA APARTEMEN!”

“AKU HANYA TELAT EMPAT BULAN. BUKAN EMPAT ABAD ATAU RIBUAN TAHUN!”

“KENAPA KALIAN TIDAK ADIL DENGAN WANITA MISKIN YANG BARU SAJA KEHILANGAN PEKERJAAN!”

Lucio mengeryit menatap gadis yang kini hanya beberapa meter ada di sampingnya.

Sementara itu Delicia yang melihat wajah Lucio yang familiEr pun langsung menghampirinya dan menatapnya dalam dalam.

Lucio memundurkan tubuhnya. Takut jika dia akan ditampar atau dipukul oleh gadis itu.

“Anda CEO perusahaan ini kan? Perkenalkan saya adalah penyewa apartemen Anda selama empat tahun terakhir,” kata Delicia.

“Urus dia,” kata Lucio pada Khaleed.

“Sebaiknya jika ada keluhan, Anda katakan saja pada agen property karena atasan saya tidak menerima keluhan seperti itu,” ucap Khaleed dengan penuh pengertian.

“AKU TIDAK BISA MEMBAYAR SEWA APARTEMEN! BISAKAH ANDA MEMBERIKAN SAYA KERINGANAN!”

Mata Lucio dan Khaleed melebar, kemudian keduanya berpandangan seakan mengatakan mahkluk dari mana wanita ini?

Karena tidak tahan dengan kesialannya hari ini. Lucio pun akhirnya menghampiri Delicia yang ditahan lengannya oleh Khaleed.

“Kalau kamu tidak mampu membayar apartemen, bukankah sebaiknya kamu pergi saja dari sana? Kenapa harus memaksakan diri untuk tinggal di apartemen?” tanya Lucio dengan dingin.

“Dia sedang mabuk, sepertinya Anda tidak perlu berbicara—” Khaleed yang tahu jika taring Lucio sudah keluar pun menahannya.

“Apa kamu malu tinggal di rumah petak atau rumah susun?” tanya Lucio lagi tanpa perasaan. “Aku sangat jijik pada perempuan seperti ini, hidup dengan gaya mewah padahal tak mampu.”

Khaleed mencegah Lucio. Dengan senyum kaku dia meminta Delicia untuk pergi.

Namun Delicia yang diberikan kata-kata pedas oleh Lucio langsung menarik dasi lelaki itu. Hingga Lucio harus menunduk dan memandang wajah kecil Delicia.

“Tahu apa kamu bisa berkata seperti itu Tuan Kaya? Aku mengemis padamu bukan karena aku ingin bergaya wah. Kalau saja aku bisa tinggal di rumah petak atau rumah susun. Maka aku tidak perlu mengemis sampai di sini.”

Lucio menarik dasi dari tangan Delicia dengan kasar. Dia berdeham dan memalingkan matanya.

“Itu juga sama saja. Tak ada alasan apapun yang bisa kuterima,” kata Lucio.

Delicia yang merasa pusing dan mual pun menutup mulutnya. Ia seakan ingin memuntahkan seluruh isi dalam perutnya sekarang.

Khaaled yang menyadari jika Delicia ingin muntah hendak menarik gadis itu. Namun saat itu sepertinya kesialan Lucio harus berlanjut lagi.

“HUEEEK!”

Kemeja dan sepatu mahal Lucio terkena muntahan Delicia yang berwarna putih pucat.

Lucio yang melihat muntahan itu secara langsung merasa mual hingga akhirnya dia pingsan di depan Delicia.

“Delicia!” panggil Andres. Ia sudah melihat semuanya. Dan dia tahu jika apa yang ia lihat saat ini pasti akan menimbulkan masalah suatu hari nanti.

Delicia menoleh dengan wajahnya yang pucat.

“Maafkan teman saya, saya akan bertanggungjawab jika ada masalah dengan atasan Anda. Sebagai gantinya saya akan memberikan kartu nama saya jika Anda ingin saya bertanggungjawab.”

Khaleed mendongak menatap Andres. Ia merebut kartu nama itu dan menaruhnya dalam saku jasnya.

“Telepon ambulans!” teriak Khaleed pada petugas keamanan.

“Kalau sampai terjadi hal hal yang tak diinginkan saya akan menuntut kalian berdua,” ancam Khaleed.

Andres memegang lengan Delicia. Wanita itu kini lemas.

“Ayo pulang.” Dia memapah Delicia. Matanya sesekali melirik ke mana Lucio berada

“Apa-apaan mereka. Memangnya kalau terkena muntahan bisa menyebabkan kematian?” gumam Andres.

“HUEEEK!”

Delicia muntah lagi, dan kali ini mengenai lantai lobi perusahaan Lucio.

“Astaga Delicia, kita bisa dipenjara seumur hidup kalau kamu muntah sekali lagi,” kata Andres dengan berlebihan.

“Sepertinya besok kamu akan mendapatkan masalah yang lebih besar,” kata Andres saat memasukkan temanya ke dalam mobilnya. Ia memandangi perusahaan besar itu dari tempatnya berdiri.

Minggu depan dia akan mengadakan rapat dengan atasannya di perusahaan Cortez. Bisa jadi—Khaleed mengenalnya dan membuat semuanya menjadi rumit.

“Ah, bagaimana ini.” Andres menyugar rambutnya dengan gusar.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   bab 121. lelaki yang aku kenal

    Lordes mendengar pertengkaran antara ayah dan ibunya. Dan secara tidak langsung dia tahu bagaimana sifatnya selama ini yang memang kurang baik.Setengah jam berlalu, ibu Lordes membawa makanan bersama dengan pelayan di belakangnya.Ada banyak makanan yang terhidang hingga membuat Lordes bingung.“Kamu sebelumnya tidak mau makan selama lima hari, makanya ibu khawatir,” kata ibu Lordes.“Kenapa? Kenapa aku tidak mau makan?”Ibunya diam saja.“Sudahlah, itu sudah berlalu, yang penting kamu mau makan sekarang,” kata ibu Lordes.Lordes pun menelan makanannya pelan pelan, setiap sendok makanan yang masuk ke dalam mulutnya membuat ibu Lordes merasa tenang dan lega.“Ibu tidak makan?”“Tidak, melihatmu makan sudah membuat ibu kenyang.”Lordes tersenyum.“Bu, kenapa aku asing berada di kamar ini?” tanya Lordes.“Itu karena kamu kehilangan ingatan kamu, Lordes. Tapi kata dokter ingatan itu akan kembali, karena bukan amnesia permanen.”“Begitu?”“Setidaknya, kamu bisa melupakan hal yang menyakit

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   bab 120. hidup yang baru

    “Bagaimana dengan urusanmu? Sudah selesai?” tanya Lucio ketika melihat Khaleed menyusulnya ke kantin di kantor.“Sebentar lagi akan selesai,” desahnya kemudian duduk.“Kenapa wajahmu murung?”Khaleed menggeleng.“Harusnya yang murung sekarang bukan kamu tapi aku,” keluh Lucio.“Kenapa? Masalah Delicia bukankah sudah selesai? Dia sudah pulang dan kesehatannya semakin membaik.”“Bukan seperti itu.”Lucio kemudian menceritakan semuanya kepada Khaleed, bahwa sejak kecelakaan Delicia menjadi sedikit berbeda. Delicia seperti jauh dari anaknya tapi perasaan untuk dirinya sama saja.“Bukannya kamu bilang kalau dia mengalami hilang ingatan sebagian? Mungkin karena itu, kan?”“Tapi, kenapa sifatnya bisa berubah? Aku sempat memergokinya berteriak pada Jose. Apakah Delicia seperti itu sebelum menikah denganku? Aku bertanya pada Jose, dan Delicia tidak pernah membentaknya meskipun sangat marah.”“Apakah karena efek kecelakaan?” tanya Khaleed.“Aku tidak tahu, aku bingung,” jawab Lucio yang dia sen

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 119. Aku menyukaimu Om

    Sudah bermenit menit yang lalu, Nina hanya diam saja. Dia duduk di kursi sofa dengan tubuh menghadap ke arah jendela.Khaleed sudah memesan pizza, tapi sampai pizza itu dingin, Nina tak mau menyentuhnya sama sekali.“Aku sudah menghubungi ibumu, dan mengatakan untuk sementara kamu ada di sini,” kata Khaleed.Nina hanya mengangguk.“Kamu kenapa?”Khaleed duduk di sebelah Nina, tapi yang dia lihat hanyalah punggung Nina yang menyedihkan.Belum ada satu hari, Nina sudah berubah menjadi murung begitu.“Besok pagi, aku akan temani kamu ke kantor polisi,” kata Khaleed.“Pekerjaanmu bagaimana?”“Aku akan datang sedikit terlambat, aku sudah izin pada bosku.”Nina kemudian diam.“Kalau kamu diam, aku tidak tahu harus berkata apa lagi padamu. Aku tidak pandai menghibur, katakan padaku. Aku harus bagaimana?”“Terima kasih,” kata Nina pelan.Mata Khaleed melebar.“Karena sudah mau menolongku dan berkorban untuk gadis hina sepertiku.” Nina menenggelamkan wajahnya di antara kedua kakinya. “Aku malu

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 118. Antara hidup dan mati

    Khaleed berlari menuju rumah Nina, tahu bahwa pasti akan ada hal yang buruk akan terjadi.Dengan napas yang tersengal, Khaleed terus berlari agar tidak terlambat untuk menyelamatkan Nina.**Nina mendengar suara bel pintu berbunyi berkali-kali. Ia pikir Khaleed kembali karena ketinggalan barangnya.Akan tetapi, ketika Nina membuka pintu. Dia melihat suaminya sudah berada di depan pintu dengan senyum menyeringai.Nina mencoba untuk menutup pintu, tapi tenaganya tidak lebih besar daripada suaminya.“Biarkan aku masuk!” ujarnya dengan geram. “Kamu sudah membuatku menjadi bulan bulanan oleh rentenir!”Suami Nina masuk kemudian mendorong gadis itu sampai terjatuh di atas sofa.“Harusnya kamu menurutiku! Tak ada yang salah karena kamu membantu suamimu!”Suami Nina menamparnya membuat gadis itu takut gemetaran. Bayangan bayangan buruk itu telah terhempas sejak dia bersama dengan Khaleed. Sejak dia mengenal lelaki itu, dia merasa bahwa dirinya berharga.Namun, kini… saat dia bersama dengan su

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 117. Dalam bahaya

    Lima hari berlalu, Delicia yang tak lain adalah Lordes akhirnya bisa pulang ke rumah Lucio yang selama ini begitu dia inginkan.Pagi pagi sekali Lucio sudah menjemput istrinya dari rumah sakit.“Akhirnya aku bisa pulang,” kata Lordes dengan senang.“Pasti sangat membosankan di sini, kan?”Lordes mengangguk.“Oh ya, Lordes… dia sudah siuman. Tapi dia belum bisa banyak bergerak.”Bibir Lordes tiba tiba berkedut. Ia pikir Delicia akan koma untuk waktu yang lama agar dia bisa menikmati waktunya bersama dengan Lucio. Jika Delicia sadar, bagaimana jika wanita itu mengaku sebagai Delicia?Lucio yang melihat istrinya berhenti menoleh ke belakang.“Ada apa?”Lordes dengan tangan gemetar mencoba meraih tangan Lucio.“Aku tahu, kamu pasti takut dengan Lordes. Dia sangat nekat,” kata Lucio menambahkan.“Ya… ya.. aku sangat takut setelah tahu penyebab kecelakaanku adalah dia.”“Tak apa apa, ada aku di sini,” kata Lucio menenangkan.Ketika mereka melewati koridor. Tanpa sengaja melihat ibunya dari

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 116. Seperti keponakan

    Saat ini Lucio sedang berada di atas ranjang rumah sakit bersama dengan Delicia di mana jiwanya adalah milik Lordes. Lordes meminta Lucio agar menemaninya sampai dia pulang dari rumah sakit.“Bagaimana dengan anak anak tadi? Apakah mereka kecewa padaku?” tanya Lordes.“Tidak, mereka mengerti keadaanmu. Mereka mungkin masih kecil, tapi sifat mereka sudah dewasa,” jelas Lucio. “Jangan khawatir.” Lucio mengusap kepala Lordes dengan lembut.“Setelah keluar dari rumah sakit. Aku ingin kita berbulan madu,” ajak Lordes.Lucio diam.“Apa ada yang salah?”Lucio menggeleng. “Kamu kemarin menolak ajakanku berbulan madu karena ingin bersama dengan anak anak.”“Benarkah?”“Tapi kalau kamu ingin kita berbulan madu tak masalah.”“Aku ingin menghabiskan waktu berdua denganmu.”Lucio tersenyum.“Aku akan mengaturnya nanti.”Lordes tidur memeluk Lucio. Dia merasa sangat bahagia karena setidaknya dia bersama dengan lelaki yang sangat dia inginkan selama ini.Meski berada di dalam tubuh Delicia, tapi dia

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status