Share

5. Harapan Baru

Delicia tak sabar mengirimkan kabar baik pada Andres bahwa dia telah mendapatkan panggilan interview di perusahaan Cortez.

Meski masih dalam tahap interview tapi setidaknya dia masih memiliki harapan untuk diterima kendati kecil kemungkinan.

Usai mengirimkan pesan pada Andres. Delicia pun berangkat menuju perusahaan Cortez menggunakan bus.

Setelah tiga puluh lima menit berlalu. Dia pun sampai di halte dekat perusahaan tersebut.

Butuh waktu sampai sepuluh menit baginya untuk sampai ke sana dengan berjalan kaki.

Meski panas—dan mengenakan sepatu hak tinggi, Delicia tampak semangat seakan menemukan harapan dalam hidupnya. Ya, setidaknya begitu.

Di sisi lain sebuah mobil sedan berwarna hitam keluaran paling terbaru melintasi Delicia yang berjalan dengan semangat.

Lucio yang melihat bayangan tak asing itu meminta Khaleed untuk memperlambat laju mobilnya.

“Tunggu dulu, dia si gadis muntah itu, kan?” tanya Lucio. Matanya memandang ke arah Delicia yang tidak tahu jika saat ini dirinya tengah dilihat oleh Lucio dengan tatapan mengajak perang.

Khaleed melirik bayangan yang dimaksud menggunakan kaca spion.

“Namanya Delicia. Anda yang meminta saya untuk memanggilnya,” jawab Khaleed.

“Oh ya benar. Bagus lah kalau begitu. Pakaian waktu itu kamu letakkan di mana?”

“Itu—” Khaleed tau jika dia menjawab dengan jujur pasti Lucio akan memarahinya sampai sepuluh tahun lamanya. Bahkan ketika mereka sudah tua pun Lucio akan terus mengungkitnya. “Di bawah meja sekertaris,” jawab Khaleed.

Meski sebenarnya pakaian yang ada di dalam plastik itu diletakkan tak jauh dari meja Lucio. Namun lelaki itu sepertinya belum menyadarinya.

“Bawa ke ruang interview karyawan kalau begitu,” perintah Lucio.

“Baik.”

**

Jantung Delicia berdegup kencang ketika dia memasuki lobi. Satpam yang berjaga beberapa hari yang lalu tidak mengenalinya. Entah lupa atau memang dia tidak ada niatan untuk mengingat wajah Delicia.

Delicia ke resepsionis untuk memberitahukan maksudnya datang ke sana. Dan oleh resepsionis tersebut ia diminta untuk langsung naik ke ruang interview karyawan.

Di sana, rupanya Delicia tidak sendirian. Melainkan dengan beberapa calon karyawan yang datang.

Delicia menaiki lift dengan seorang wanita berpakaian sangat seksi. Bahkan terlihat jelas lekuk tubuhnya yang berbentuk.

Kancing bagian atas dibuka beberapa bagian hingga memperlihatkan belahan dadanya.

Delicia diam diam menelan ludah keringnya. Dalam hatinya dia berpikir, memangnya dia ke sini mau interview atau menggoda, sih?

Apalagi rok yang dipakai. Berada di atas lutut. Membuat Delicia tiba tiba berpikir, apakah dirinya saja yang salah mengenakan pakaian?

Pakaiannya agak longgar tapi rapi. Dia mengenakan rok berwarna hitam di bawah lutut. Kemudian ia memakai hak tinggi untuk menutupi tinggi tubuhnya yang tidak ada 160 CM.

KLING!

Pintu lift terbuka, Delicia dan wanita seksi itu keluar dengan bersamaan.

Beberapa peserta pria langsung melihat ke arah mereka berdua. Tapi tentunya mata mereka lebih tertarik pada wanita seksi itu daripada Delicia.

Sudah ada beberapa yang masuk. Setiap interview dibagi menjadi tiga orang. Sepertinya Delicia akan mendapatkan giliran terakhir terlihat dari nomor di kartunya.

Lift terbuka lagi. Semua calon karyawan refleks melihat ke arah pintu lift. Mereka pikir akan ada calon karyawan lagi. Namun ternyata bukan.

Yang keluar dari sana adalah Lucio. Ya, Lucio bersama dengan Khaleed yang berjalan seperti disorot lampu yang terang di tengah panggung.

Aroma wangi menguar ketika Lucio melewati mereka. Membuat Delicia terpaksa harus memalingkan wajahnya karna tak mau Lucio tahu bahwa dirinya ada di sana.

Kini jantungnya berdebar lagi.

“Jangan-jangan dia yang mewawancaraiku,” bisik Delicia dalam hati.

“Yang tadi itu bukankah cucu pemilik perusahaan ini ya? Pak Lucio, CEO perusahaan ini?” tanya seorang lelaki yang duduk berhadapan dengan wanita seksi itu.

“Ya, dia Lucio.” Seakan sudah mengenalnya, wanita itu menyebut nama Lucio tanpa ragu.

“Wah, jadi dia yang akan mewawancarai kita?” tanyanya takjub. “Gawat! Aku belum mempersiapkan jawaban yang bagus untuknya!” sahut perempuan yang lain.

Wanita berambut cokelat bernama Bellinda itu tersenyum penuh kemenangan.

“Kalian tahu? Lucio datang melakukan wawancara itu karena dia disuruh oleh neneknya,” bisik Bellinda dengan percaya diri.

“Benarkah? Bagaimana kamu tahu?”

“Neneknya yang mengatakan padaku. Nyonya Dolores memintaku untuk datang ke perusahaan ini sekarang. Dia ingin menjodohkan Lucio denganku, karena sudah waktunya dia menikah tapi dia tak pernah mau.” Bellinda berkata seakan Lucio akan menerima dirinya.

Namun karena banyak yang percaya pada Bellinda yang berparas cantik itu. Jadi mereka pun ber-oh-oh saja.

“Jadi Lucio sengaja datang ke ruangan itu disuruh oleh neneknya? Lalu kamu datang untuk membuatnya jatuh cinta seolah semua kebetulan?”

Bellinda mengangguk yakin.

“Hebat! Jadi—kamu bisa menjadi istri dari Lucio!” seru yang lain tak menyangka.

Bellinda meletakan telunjuknya di depan bibirnya, meminta yang lain agar diam dan tidak membuat kegaduhan di sana.

Bellinda juga mengatakan jika sebenarnya ayahnya adalah pemilik perusahaan di bidang fashion.

Delicia diam diam mencibir. Nasib orang kaya memang berbeda dengan dirinya. Di saat orang lain datang untuk menemukan jodoh. Tapi dia ke sana datang untuk mendapatkan pekerjaan.

**

Hampir dua jam berlalu. Kelompok Bellinda keluar satu persatu. Namun yang membuat Delicia heran adalah mengapa muka wanita seksi itu ditekuk murung.

Bellinda berdecak kesal sambil mengumpat pelan ke arah pintu ruang interview tersebut.

Begitu Bellinda pergi dan masuk ke lift. Kelompok Bellinda yang keluar tapi masih ada di sana pun mulai menyebar gossip.

“Aku sepertinya tidak bisa lagi percaya dengan wanita tadi,” katanya membuka gossip.

Delicia menguping pembicaraan tersebut dengan wajah sok tak mau tahu.

“Kenapa memang?” tanya yang lain.

“Waktu kami masuk. Pak Lucio sedang tidur di kursinya. Dia tidak mengatakan apa apa. Bahkan melihat Bellinda.”

“Terus?”

“Dan yang paling memalukan adalah ketika pak Lucio bangun dan melihat Bellinda yang menyilangkan kakinya dia langsung menyuruh Bellinda untuk keluar.”

Suara tawa di depan ruang interview itu pun langsung meledak. Tidak menyangka jika hasilnya akan seperti itu.

“Jadi, intinya dia ditolak oleh Pak Lucio kan?”

“Benar, mungkin dia akan mengadukan hal itu pada nyonya Dolores.”

**

Ketika lamat lamat calon karyawan sudah keluar dari ruang interview. Kini tinggal Delicia yang ada di sana sendirian.

“Ini tidak salah kan?” gumamnya.

Tak lama kemudian para petinggi yang mewawancarai karyawan keluar dari ruangan tersebut membuat Delicia bertambah heran.

“Maaf, apa interviewnya sudah selesai?” tanya Delicia dengan kecewa.

Para petinggi itu kemudian melirik ke arah pintu. Ada Khaleed yang berdiri di ambang pintu dan menatap Delicia.

“Silakan masuk, Anda peserta terakhir hari ini,” kata Khaleed mempersilakan masuk Delicia.

Delicia tidak merasa bahagia. Ia merasa ada yang aneh setelah ini. Namun dia tidak yakin itu apa.

“Kenapa perasaanku tiba tiba jadi tak enak,” gumam Delicia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status