Share

5. Harapan Baru

Author: Intan SR
last update Last Updated: 2022-11-02 21:32:14

Delicia tak sabar mengirimkan kabar baik pada Andres bahwa dia telah mendapatkan panggilan interview di perusahaan Cortez.

Meski masih dalam tahap interview tapi setidaknya dia masih memiliki harapan untuk diterima kendati kecil kemungkinan.

Usai mengirimkan pesan pada Andres. Delicia pun berangkat menuju perusahaan Cortez menggunakan bus.

Setelah tiga puluh lima menit berlalu. Dia pun sampai di halte dekat perusahaan tersebut.

Butuh waktu sampai sepuluh menit baginya untuk sampai ke sana dengan berjalan kaki.

Meski panas—dan mengenakan sepatu hak tinggi, Delicia tampak semangat seakan menemukan harapan dalam hidupnya. Ya, setidaknya begitu.

Di sisi lain sebuah mobil sedan berwarna hitam keluaran paling terbaru melintasi Delicia yang berjalan dengan semangat.

Lucio yang melihat bayangan tak asing itu meminta Khaleed untuk memperlambat laju mobilnya.

“Tunggu dulu, dia si gadis muntah itu, kan?” tanya Lucio. Matanya memandang ke arah Delicia yang tidak tahu jika saat ini dirinya tengah dilihat oleh Lucio dengan tatapan mengajak perang.

Khaleed melirik bayangan yang dimaksud menggunakan kaca spion.

“Namanya Delicia. Anda yang meminta saya untuk memanggilnya,” jawab Khaleed.

“Oh ya benar. Bagus lah kalau begitu. Pakaian waktu itu kamu letakkan di mana?”

“Itu—” Khaleed tau jika dia menjawab dengan jujur pasti Lucio akan memarahinya sampai sepuluh tahun lamanya. Bahkan ketika mereka sudah tua pun Lucio akan terus mengungkitnya. “Di bawah meja sekertaris,” jawab Khaleed.

Meski sebenarnya pakaian yang ada di dalam plastik itu diletakkan tak jauh dari meja Lucio. Namun lelaki itu sepertinya belum menyadarinya.

“Bawa ke ruang interview karyawan kalau begitu,” perintah Lucio.

“Baik.”

**

Jantung Delicia berdegup kencang ketika dia memasuki lobi. Satpam yang berjaga beberapa hari yang lalu tidak mengenalinya. Entah lupa atau memang dia tidak ada niatan untuk mengingat wajah Delicia.

Delicia ke resepsionis untuk memberitahukan maksudnya datang ke sana. Dan oleh resepsionis tersebut ia diminta untuk langsung naik ke ruang interview karyawan.

Di sana, rupanya Delicia tidak sendirian. Melainkan dengan beberapa calon karyawan yang datang.

Delicia menaiki lift dengan seorang wanita berpakaian sangat seksi. Bahkan terlihat jelas lekuk tubuhnya yang berbentuk.

Kancing bagian atas dibuka beberapa bagian hingga memperlihatkan belahan dadanya.

Delicia diam diam menelan ludah keringnya. Dalam hatinya dia berpikir, memangnya dia ke sini mau interview atau menggoda, sih?

Apalagi rok yang dipakai. Berada di atas lutut. Membuat Delicia tiba tiba berpikir, apakah dirinya saja yang salah mengenakan pakaian?

Pakaiannya agak longgar tapi rapi. Dia mengenakan rok berwarna hitam di bawah lutut. Kemudian ia memakai hak tinggi untuk menutupi tinggi tubuhnya yang tidak ada 160 CM.

KLING!

Pintu lift terbuka, Delicia dan wanita seksi itu keluar dengan bersamaan.

Beberapa peserta pria langsung melihat ke arah mereka berdua. Tapi tentunya mata mereka lebih tertarik pada wanita seksi itu daripada Delicia.

Sudah ada beberapa yang masuk. Setiap interview dibagi menjadi tiga orang. Sepertinya Delicia akan mendapatkan giliran terakhir terlihat dari nomor di kartunya.

Lift terbuka lagi. Semua calon karyawan refleks melihat ke arah pintu lift. Mereka pikir akan ada calon karyawan lagi. Namun ternyata bukan.

Yang keluar dari sana adalah Lucio. Ya, Lucio bersama dengan Khaleed yang berjalan seperti disorot lampu yang terang di tengah panggung.

Aroma wangi menguar ketika Lucio melewati mereka. Membuat Delicia terpaksa harus memalingkan wajahnya karna tak mau Lucio tahu bahwa dirinya ada di sana.

Kini jantungnya berdebar lagi.

“Jangan-jangan dia yang mewawancaraiku,” bisik Delicia dalam hati.

“Yang tadi itu bukankah cucu pemilik perusahaan ini ya? Pak Lucio, CEO perusahaan ini?” tanya seorang lelaki yang duduk berhadapan dengan wanita seksi itu.

“Ya, dia Lucio.” Seakan sudah mengenalnya, wanita itu menyebut nama Lucio tanpa ragu.

“Wah, jadi dia yang akan mewawancarai kita?” tanyanya takjub. “Gawat! Aku belum mempersiapkan jawaban yang bagus untuknya!” sahut perempuan yang lain.

Wanita berambut cokelat bernama Bellinda itu tersenyum penuh kemenangan.

“Kalian tahu? Lucio datang melakukan wawancara itu karena dia disuruh oleh neneknya,” bisik Bellinda dengan percaya diri.

“Benarkah? Bagaimana kamu tahu?”

“Neneknya yang mengatakan padaku. Nyonya Dolores memintaku untuk datang ke perusahaan ini sekarang. Dia ingin menjodohkan Lucio denganku, karena sudah waktunya dia menikah tapi dia tak pernah mau.” Bellinda berkata seakan Lucio akan menerima dirinya.

Namun karena banyak yang percaya pada Bellinda yang berparas cantik itu. Jadi mereka pun ber-oh-oh saja.

“Jadi Lucio sengaja datang ke ruangan itu disuruh oleh neneknya? Lalu kamu datang untuk membuatnya jatuh cinta seolah semua kebetulan?”

Bellinda mengangguk yakin.

“Hebat! Jadi—kamu bisa menjadi istri dari Lucio!” seru yang lain tak menyangka.

Bellinda meletakan telunjuknya di depan bibirnya, meminta yang lain agar diam dan tidak membuat kegaduhan di sana.

Bellinda juga mengatakan jika sebenarnya ayahnya adalah pemilik perusahaan di bidang fashion.

Delicia diam diam mencibir. Nasib orang kaya memang berbeda dengan dirinya. Di saat orang lain datang untuk menemukan jodoh. Tapi dia ke sana datang untuk mendapatkan pekerjaan.

**

Hampir dua jam berlalu. Kelompok Bellinda keluar satu persatu. Namun yang membuat Delicia heran adalah mengapa muka wanita seksi itu ditekuk murung.

Bellinda berdecak kesal sambil mengumpat pelan ke arah pintu ruang interview tersebut.

Begitu Bellinda pergi dan masuk ke lift. Kelompok Bellinda yang keluar tapi masih ada di sana pun mulai menyebar gossip.

“Aku sepertinya tidak bisa lagi percaya dengan wanita tadi,” katanya membuka gossip.

Delicia menguping pembicaraan tersebut dengan wajah sok tak mau tahu.

“Kenapa memang?” tanya yang lain.

“Waktu kami masuk. Pak Lucio sedang tidur di kursinya. Dia tidak mengatakan apa apa. Bahkan melihat Bellinda.”

“Terus?”

“Dan yang paling memalukan adalah ketika pak Lucio bangun dan melihat Bellinda yang menyilangkan kakinya dia langsung menyuruh Bellinda untuk keluar.”

Suara tawa di depan ruang interview itu pun langsung meledak. Tidak menyangka jika hasilnya akan seperti itu.

“Jadi, intinya dia ditolak oleh Pak Lucio kan?”

“Benar, mungkin dia akan mengadukan hal itu pada nyonya Dolores.”

**

Ketika lamat lamat calon karyawan sudah keluar dari ruang interview. Kini tinggal Delicia yang ada di sana sendirian.

“Ini tidak salah kan?” gumamnya.

Tak lama kemudian para petinggi yang mewawancarai karyawan keluar dari ruangan tersebut membuat Delicia bertambah heran.

“Maaf, apa interviewnya sudah selesai?” tanya Delicia dengan kecewa.

Para petinggi itu kemudian melirik ke arah pintu. Ada Khaleed yang berdiri di ambang pintu dan menatap Delicia.

“Silakan masuk, Anda peserta terakhir hari ini,” kata Khaleed mempersilakan masuk Delicia.

Delicia tidak merasa bahagia. Ia merasa ada yang aneh setelah ini. Namun dia tidak yakin itu apa.

“Kenapa perasaanku tiba tiba jadi tak enak,” gumam Delicia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   bab 121. lelaki yang aku kenal

    Lordes mendengar pertengkaran antara ayah dan ibunya. Dan secara tidak langsung dia tahu bagaimana sifatnya selama ini yang memang kurang baik.Setengah jam berlalu, ibu Lordes membawa makanan bersama dengan pelayan di belakangnya.Ada banyak makanan yang terhidang hingga membuat Lordes bingung.“Kamu sebelumnya tidak mau makan selama lima hari, makanya ibu khawatir,” kata ibu Lordes.“Kenapa? Kenapa aku tidak mau makan?”Ibunya diam saja.“Sudahlah, itu sudah berlalu, yang penting kamu mau makan sekarang,” kata ibu Lordes.Lordes pun menelan makanannya pelan pelan, setiap sendok makanan yang masuk ke dalam mulutnya membuat ibu Lordes merasa tenang dan lega.“Ibu tidak makan?”“Tidak, melihatmu makan sudah membuat ibu kenyang.”Lordes tersenyum.“Bu, kenapa aku asing berada di kamar ini?” tanya Lordes.“Itu karena kamu kehilangan ingatan kamu, Lordes. Tapi kata dokter ingatan itu akan kembali, karena bukan amnesia permanen.”“Begitu?”“Setidaknya, kamu bisa melupakan hal yang menyakit

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   bab 120. hidup yang baru

    “Bagaimana dengan urusanmu? Sudah selesai?” tanya Lucio ketika melihat Khaleed menyusulnya ke kantin di kantor.“Sebentar lagi akan selesai,” desahnya kemudian duduk.“Kenapa wajahmu murung?”Khaleed menggeleng.“Harusnya yang murung sekarang bukan kamu tapi aku,” keluh Lucio.“Kenapa? Masalah Delicia bukankah sudah selesai? Dia sudah pulang dan kesehatannya semakin membaik.”“Bukan seperti itu.”Lucio kemudian menceritakan semuanya kepada Khaleed, bahwa sejak kecelakaan Delicia menjadi sedikit berbeda. Delicia seperti jauh dari anaknya tapi perasaan untuk dirinya sama saja.“Bukannya kamu bilang kalau dia mengalami hilang ingatan sebagian? Mungkin karena itu, kan?”“Tapi, kenapa sifatnya bisa berubah? Aku sempat memergokinya berteriak pada Jose. Apakah Delicia seperti itu sebelum menikah denganku? Aku bertanya pada Jose, dan Delicia tidak pernah membentaknya meskipun sangat marah.”“Apakah karena efek kecelakaan?” tanya Khaleed.“Aku tidak tahu, aku bingung,” jawab Lucio yang dia sen

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 119. Aku menyukaimu Om

    Sudah bermenit menit yang lalu, Nina hanya diam saja. Dia duduk di kursi sofa dengan tubuh menghadap ke arah jendela.Khaleed sudah memesan pizza, tapi sampai pizza itu dingin, Nina tak mau menyentuhnya sama sekali.“Aku sudah menghubungi ibumu, dan mengatakan untuk sementara kamu ada di sini,” kata Khaleed.Nina hanya mengangguk.“Kamu kenapa?”Khaleed duduk di sebelah Nina, tapi yang dia lihat hanyalah punggung Nina yang menyedihkan.Belum ada satu hari, Nina sudah berubah menjadi murung begitu.“Besok pagi, aku akan temani kamu ke kantor polisi,” kata Khaleed.“Pekerjaanmu bagaimana?”“Aku akan datang sedikit terlambat, aku sudah izin pada bosku.”Nina kemudian diam.“Kalau kamu diam, aku tidak tahu harus berkata apa lagi padamu. Aku tidak pandai menghibur, katakan padaku. Aku harus bagaimana?”“Terima kasih,” kata Nina pelan.Mata Khaleed melebar.“Karena sudah mau menolongku dan berkorban untuk gadis hina sepertiku.” Nina menenggelamkan wajahnya di antara kedua kakinya. “Aku malu

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 118. Antara hidup dan mati

    Khaleed berlari menuju rumah Nina, tahu bahwa pasti akan ada hal yang buruk akan terjadi.Dengan napas yang tersengal, Khaleed terus berlari agar tidak terlambat untuk menyelamatkan Nina.**Nina mendengar suara bel pintu berbunyi berkali-kali. Ia pikir Khaleed kembali karena ketinggalan barangnya.Akan tetapi, ketika Nina membuka pintu. Dia melihat suaminya sudah berada di depan pintu dengan senyum menyeringai.Nina mencoba untuk menutup pintu, tapi tenaganya tidak lebih besar daripada suaminya.“Biarkan aku masuk!” ujarnya dengan geram. “Kamu sudah membuatku menjadi bulan bulanan oleh rentenir!”Suami Nina masuk kemudian mendorong gadis itu sampai terjatuh di atas sofa.“Harusnya kamu menurutiku! Tak ada yang salah karena kamu membantu suamimu!”Suami Nina menamparnya membuat gadis itu takut gemetaran. Bayangan bayangan buruk itu telah terhempas sejak dia bersama dengan Khaleed. Sejak dia mengenal lelaki itu, dia merasa bahwa dirinya berharga.Namun, kini… saat dia bersama dengan su

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 117. Dalam bahaya

    Lima hari berlalu, Delicia yang tak lain adalah Lordes akhirnya bisa pulang ke rumah Lucio yang selama ini begitu dia inginkan.Pagi pagi sekali Lucio sudah menjemput istrinya dari rumah sakit.“Akhirnya aku bisa pulang,” kata Lordes dengan senang.“Pasti sangat membosankan di sini, kan?”Lordes mengangguk.“Oh ya, Lordes… dia sudah siuman. Tapi dia belum bisa banyak bergerak.”Bibir Lordes tiba tiba berkedut. Ia pikir Delicia akan koma untuk waktu yang lama agar dia bisa menikmati waktunya bersama dengan Lucio. Jika Delicia sadar, bagaimana jika wanita itu mengaku sebagai Delicia?Lucio yang melihat istrinya berhenti menoleh ke belakang.“Ada apa?”Lordes dengan tangan gemetar mencoba meraih tangan Lucio.“Aku tahu, kamu pasti takut dengan Lordes. Dia sangat nekat,” kata Lucio menambahkan.“Ya… ya.. aku sangat takut setelah tahu penyebab kecelakaanku adalah dia.”“Tak apa apa, ada aku di sini,” kata Lucio menenangkan.Ketika mereka melewati koridor. Tanpa sengaja melihat ibunya dari

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 116. Seperti keponakan

    Saat ini Lucio sedang berada di atas ranjang rumah sakit bersama dengan Delicia di mana jiwanya adalah milik Lordes. Lordes meminta Lucio agar menemaninya sampai dia pulang dari rumah sakit.“Bagaimana dengan anak anak tadi? Apakah mereka kecewa padaku?” tanya Lordes.“Tidak, mereka mengerti keadaanmu. Mereka mungkin masih kecil, tapi sifat mereka sudah dewasa,” jelas Lucio. “Jangan khawatir.” Lucio mengusap kepala Lordes dengan lembut.“Setelah keluar dari rumah sakit. Aku ingin kita berbulan madu,” ajak Lordes.Lucio diam.“Apa ada yang salah?”Lucio menggeleng. “Kamu kemarin menolak ajakanku berbulan madu karena ingin bersama dengan anak anak.”“Benarkah?”“Tapi kalau kamu ingin kita berbulan madu tak masalah.”“Aku ingin menghabiskan waktu berdua denganmu.”Lucio tersenyum.“Aku akan mengaturnya nanti.”Lordes tidur memeluk Lucio. Dia merasa sangat bahagia karena setidaknya dia bersama dengan lelaki yang sangat dia inginkan selama ini.Meski berada di dalam tubuh Delicia, tapi dia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status