Share

Bab 2

Penulis: Nur Hayati
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-16 20:17:49

Freya tidak bisa menerima itu, sebab Barry tetap harus bertanggung jawab atas kedua putrinya sekali pun mereka sudah bercerai. Wanita itu protes dan menegaskan kembali akan melapor ke polisi atas penganiayaan yang diterima dari mantan suaminya sebelum mereka bercerai. Hera tidak ingin calon suaminya berurusan dengan polisi karena sebentar lagi mereka akan menikah, jadi mau tidak mau harus menuruti permintaan Freya.

"Baik, aku tidak akan melarang Barry memberikan jatah bulanan kepada kedua putrinya. Namun, uang yang diberikan hanya separuh dari uang yang biasa kalian terima!" Hera mempertegas kalimatnya karena tidak ingin merugi.

Freya tidak bisa menerima itu, sebab uang yang biasa diberikan saja masih kurang. Bagaimana bisa dia dan kedua putrinya bertahan dengan jatah uang bulanan yang dikurangi separuh?

"Kalau kamu tidak mau, ya sudah. Tidak akan ada jatah lagi untuk kalian," ancam Hera yang memiliki tipu muslihat yang bagus. Dia kemudian mengajak Barry pergi dari rumah kontrakan Freya karena sudah malas berdebat dengan mantan istri calon suaminya itu.

Wanita cantik yang memiliki rambut lurus itu hanya mematung, melihat Barry dan Hera pergi menjauh dari halaman rumahnya.

"Aku gak bisa terus begini, aku akan pergi mencari pekerjaan besok." Freya bermonolog. Dia mulai mencari-cari lowongan pekerjaan dari sosial media, memilih serta memilah pekerjaan apa yang cocok untuknya yang cuma lulusan SMA. Menyesal sudah pasti, sebab dulu memutuskan menikah dengan Barry dibandingkan melanjutkan ke perguruan tinggi. Padahal, dia sudah mendapatkan beasiswa. Malah menyia-nyiakan begitu saja hanya karena mengedepankan perasaannya pada pria yang tidak bertanggung jawab.

Dia datang ke cafe yang membutuhkan pelayan, siapa tahu diterima kerja di sana. Kebetulan cafe elite itu sedang membuka lowongan. Setelah menunggu manajer cafe, ternyata sudah ada orang yang mengisi kekosongan pelayan di sana. Freya menarik napas panjang, lalu mengembuskan secara perlahan.

"Harus ke mana lagi aku mencari pekerjaan?" gumamnya. Dia terus melangkahkan kaki untuk mencari tempat yang terdapat poster lowongan.

Hingga hari mulai gelap, tapi Freya belum juga mendapatkan apa yang dia inginkan. Tubuhnya mulai kelelahan karena berjalan sepanjang hari, jadi dia memutuskan pulang untuk beristirahat. Untuk mencari pekerjaan akan dilanjutkan besok pagi. Dia kembali melangkahkan kakinya untuk sampai di rumah, sebab tidak mungkin wanita itu naik ojek atau kendaraan umum dengan uang yang telah tersisa sedikit.

Jarak yang ditempuh lumayan jauh dari rumah, tapi dia terus melangkahkan kaki. Sesekali berhenti sejenak untuk istirahat jika perlu. Demi kedua anaknya, dia rela hingga seperti itu.

Sesampainya di rumah, Freya disambut baik oleh kedua anaknya yang sedari tadi menunggunya. Desi yang merupakan anak pertama dan tertua langsung menanyakan bagaimana kabar mamanya?

"Mama tidak apa-apa 'kan?" Desi terlihat cemas, pun Dina yang saat ini sudah jatuh ke dalam pelukan Freya.

"Mama gapapa, kalian gak perlu khawatir. Oya, apakah kalian sudah makan malam?" tanya Freya saat teringat kalau dirinya telah meninggalkan kedua anaknya terlalu lama.

"Kita sudah makan roti, Ma." Desi menyahut.

Freya perlahan melangkahkan kaki ke dapur, kemudian dia berkata, "Kalian pasti masih lapar, biarkan Mama memasak nasi goreng untuk kalian."

Sisa nasi tadi siang masih ada, sedangkan lauk pauknya sudah tandas. Jadi, tidak ada pilihan lain yang bisa dilakukan Freya selain memasak nasi goreng untuk kedua anaknya. Dia harus hemat karena untuk berjaga-jaga agar besok masih ada sisa uang yang bisa dibelikan makanan untuk Desi dan Dina.

"Aku akan membantumu, Ma." Desi dengan sigap membantu Freya, memotong bawang putih untuk membuat bumbu nasi goreng.

"Kamu jaga saja adikmu, Desi. Biar Mama yang masak, kasihan adikmu cuma duduk sendiri saja. Ajak main dia agar tidak bosan menunggu," perintah Freya saat melihat anak keduanya cuma memperhatikan saja.

Tanpa berbicara lagi, Desi mematuhi perintah sang Mama. Tanpa sepengetahuan kedua anaknya, air mata Freya mengalir begitu saja. Meskipun di luar terlihat kuat, tetap saja jauh dari dalam hatinya begitu rapuh. Dia bingung memikirkan masa depan yang akan dilaluinya bersama kedua putrinya. Rasanya sudah tidak kuat, tapi wanita itu terus meyakinkan dirinya sendiri. Cuma pengandaian saja yang tersisa dalam benaknya malam ini.

Andai saja dulu tidak terlalu bodoh dalam memilih keputusan, andai saja dulu tidak terlalu diperbudak oleh cinta. Dan masih banyak lagi pengandaian yang terus disesalinya. Freya segera menghapus kasar air mata sebelum dilihat oleh Desi dan Dina. Bagaimanapun, kedua putrinya tidak boleh melihat dirinya dalam keadaan terpuruk seperti ini.

Selesai memasak nasi goreng, Freya dengan wajah gembira menyajikan untuk kedua putrinya.

"Kalian makan yang banyak ya, Mama mau cuci piring dulu di dapur." Freya pamit pergi, tapi dihentikan oleh Desi.

"Mama makan dulu sama kita, Mama pasti belum makan 'kan?" tanya gadis yang masih polos itu.

"Kamu jangan khawatir, Mama sudah makan kok. Mending kalian habiskan saja makanannya, Mama juga sudah kenyang," dusta Freya. Semua dilakukan demi kebaikan kedua putrinya, juga tidak mungkin wanita itu ikutan makan dengan nasi goreng yang cuma cukup untuk dua orang saja.

Desi begitu peka dengan pengorbanan serta dusta yang terlihat dari netra sang Mama. Jadi, dia memilih untuk menganggukkan kepala. Bersedia memakan nasi goreng yang sudah dimasak oleh Freya. Namun, satu hal yang tidak diketahui mamanya bahwa Desi memiliki sebuah rencana.

Freya kemudian pergi ke dapur, mulai mencuci piring kotor yang ada. Selanjutnya, dia kembali memutar otak agar bisa mendapatkan uang untuk kedua putrinya.

"Aku tidak boleh terus terpuruk dengan kondisiku saat ini, harus berupaya agar aku mendapatkan pekerjaan dan membahagiakan mereka berdua." Freya bermonolog.

Dia kembali membuka ponsel yang sudah biasa disimpan dalam saku celananya. Freya kembali mencari lowongan pekerjaan lewat sosial media. Sejauh ini yang ditemukan lowongan pekerjaan sebagai pelayan, jadi dia berpikir mungkin memang pekerjaan itu cocok untuk dirinya yang cuma lulusan SMA.

"Aku tidak boleh menyerah sebelum mendapatkan pekerjaan. Sekalipun aku ditolak berkali-kali, sebab masih banyak kesempatan yang ada." Freya terus menyemangati diri sendiri. Di saat jari jemarinya asik berselancar di sosial media, tiba-tiba saja kedatangan Desi mengangetkannya.

"Desi!" panggilnya kaget.

"Iya, Ma. Aku dan adik sudah makan," kata Desi memberikan piring kepada Freya. Namun, satu piring masih ada sisa nasi goreng di atasnya.

"Kenapa gak dihabiskan?" tanya Freya heran. "Apa nasi gorengnya tidak enak?" timpalnya.

Desi dengan cepat menggelengkan kepala. "Enak kok, Ma. Hanya saja aku sudah kenyang." Gadis itu berdusta, tapi tidak bisa berbohong pada Freya.

"Kenapa kamu melakukan ini, Desi?" tanya wanita cantik berambut cokelat itu.

"Aku gak ingin melihat Mama menahan lapar hanya karena kita. Paling tidak Mama juga harus makan meskipun sedikit, aku tidak mau melihat Mama sakit." Desi berbicara dengan netra berkaca-kaca.

Freya langsung memeluk tubuh putrinya dengan perasaan yang penuh haru.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 39

    Sesampainya mereka di rumah, Dina masih teringat akan kejahatan Hera. Bahkan menimbulkan rasa trauma dalam dirinya.Freya mengelus rambut Dina dengan penuh kasih sayang, mencoba menenangkan gemuruh di hati putrinya. Malam itu, mereka berdua duduk di sofa ruang tamu, dibalut selimut tebal untuk mengusir dinginnya malam. Di luar, hujan rintik-rintik mengiringi suara lembut Freya yang terus berusaha menenangkan Dina."Nak, ingatlah selalu bahwa kamu aman sekarang. Mama akan selalu ada di sini untukmu," kata Freya sambil mengecup kening Dina.Dina mengangguk pelan, matanya mulai berat karena rasa kantuk. "Ma, apakah Hera tidak akan kembali lagi?"Freya tersenyum, meskipun ada kekhawatiran di dalam hatinya. "Tidak, sayang. Hera sudah pergi jauh dan tidak akan mengganggu kita lagi. Kita sudah aman di sini."Mata Dina perlahan terpejam, merasakan kehangatan dan kenyamanan dalam pelukan ibunya. Freya terus membisikkan kata-kata penghiburan, berharap bahwa perlahan-lahan luka di hati Dina akan

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 38

    Sesampainya Freya di tempat tujuan, dia langsung menghampiri Juminten yang sedang kebingungan."Kamu sudah cari, mbok? Apa belum ketemu juga?" tanyanya cemas."Sudah, hanya saja non Dina tidak ditemukan." Juminten merasa bersalah karena lengah menjaga gadis kecil itu. "Lebih baik kita berpencar, Mbok. Siapa tahu saja nanti ketemu," ujar Freya. Pada saat itu juga, ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari nomor tidak dikenal masuk. Wanita cantik itu pun tanpa pikir panjang langsung mengangkat panggilan tersebut. Dia yakin, pasti nomor asing itu akan memberitahu di mana anaknya berada.Memang benar, ternyata panggilan itu dari Hera. Dia meminta wanita cantik itu untuk menemuinya di suatu tempat. Bahkan dia mengancam akan berbuat sesuatu yang buruk pada Dina jika Freya tidak datang seorang diri. Dengan terpaksa, Freya mengiyakannya. Dia tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada putrinya. Freya merasakan jantungnya berdetak kencang saat menutup telepon. Pikirannya berkecamuk denga

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 37

    "Kamu jangan menangis ya, sebab aku akan menikah dengan Hera." Barry berbicara penuh jumawa.Freya terdiam tanpa berkata apa pun lagi, lalu mengambil undangan yang diberikan oleh mantan suaminya. "Kamu harus datang ke pernikahanku." Barry berbicara penuh harap. Freya memandangi undangan itu dengan tatapan kosong. Sampulnya berwarna emas dengan hiasan bunga-bunga yang tampak mewah."Aku pasti datang." Freya menjawab dengan tegas."Jangan lupa bawa pasanganmu juga," ucap Barry memberikan senyuman meremehkan."Tenang saja, aku akan membawa pasanganku." Freya menaruh undangan tersebut dalam tasnya."Sudah tidak ada kepentingan lagi 'kan?" tanya Freya sinis. "Kalau memang sudah tidak ada kepentingan lagi, lebih baik kamu pergi sekarang juga." Dengan tegas wanita cantik itu mengusir mantan suaminya."Oh ... ternyata kamu sudah semakin sombong sekarang?" cetus Barry tidak terima dengan perlakuan mantan istrinya. Freya menatap Barry dengan dingin, bibirnya mengerucut dalam ekspresi yang pe

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 36

    Aarav merasakan gelombang ketegangan yang menjalar melalui tubuhnya. Kata-kata Sisca menggema dalam pikirannya, memunculkan kekhawatiran yang belum sempat dia tanggapi. Bagaimana ia bisa menjelaskan kepada orang tuanya tentang kondisi Freya tanpa mengungkit masa lalunya yang rumit?Freya merasakan perubahan dalam diri Aarav, dan dengan lembut, dia meremas tangannya. "Aku tahu ini sulit," bisiknya, "Tapi aku yakin mereka akan mengerti, terutama setelah mereka mengenalku lebih baik."Aarav menatap mata Freya yang penuh keyakinan. Keberanian dan ketulusan dalam dirinya memberikan dorongan yang ia butuhkan. "Aku akan berbicara dengan mereka," jawabnya akhirnya, menghela napas panjang. "Orang tuaku memang sangat konservatif, tetapi mereka selalu menginginkan yang terbaik untukku. Aku yakin mereka akan menerima Freya dan anak-anaknya, meskipun mungkin butuh waktu."Sisca tersenyum penuh pengertian, mengetahui bahwa Aarav akan menghadapi tantangan yang berat. Tanpa pikir panjang, wanita sete

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 35

    Malam itu menjadi malam yang membahagiakan bagi Aarav, sebab Freya sudah mau terbuka padanya. Bahkan dia merasa hubungan mereka semakin dekat saja, bahkan perihal pertemuan orang tua mereka masing-masing. Sebenarnya ada rasa takut dalam hati wanita cantik itu karena selama ini telah bersikap tidak baik pada kedua orang tuanya karena memaksa menikah dengan Barry. "Kalau memang kamu belum siap bertemu dengan kedua orang tuamu, biarkan aku saja yang menemui mereka untuk meminta restu," ujar Aarav memberikan usulan."Gak bisa, Aarav. Tidak semudah itu, kedua orang tuaku keras. Terlebih, mereka pasti tidak tahu kalau aku sudah berpisah dari Barry." Freya berusaha untuk tidak membuat Aarav kesulitan jika harus meminta restu, apalagi pernikahan mereka bisa dibilang palsu. "Lantas, bagaimana kita akan menjelaskan pada Mamaku?" tanya Aarav penasaran. "Aku juga gak punya solusi." Freya ikut kebingungan. Sudah tidak ada jalan keluar, jadi pria itu pun memiliki ide untuk memperlancar pernikah

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 34

    Hera menghentikan mobil Aarav secara tiba-tiba, lalu mulai mengancam untuk tidak ikut campur dengan urusannya dengan Freya. "Aku tidak bermaksud ikut campur, aku dan dia akan menikah." Aarav mulai berterus terang. Hera terpaku sejenak, menatap Aarav dengan mata menyala penuh amarah. "Menikah? Dengan Freya?" suaranya bergetar, antara tidak percaya dan marah. "Kau pikir ini lelucon? Kau bahkan tidak tahu siapa Freya sebenarnya."Aarav menatap Hera dengan tenang, mencoba menenangkan diri. "Aku tahu lebih dari yang kau kira, Hera. Freya adalah wanita yang luar biasa, dan aku mencintainya."Hera menggelengkan kepala, bibirnya mengecil menjadi garis tipis. "Kau benar-benar tidak mengerti. Urusan ini jauh lebih rumit daripada yang kau bayangkan. Freya memiliki masa lalu yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Dan sekarang, kau sudah terlibat terlalu dalam."Aarav merasakan ada sesuatu yang gelap dan tidak terkatakan di balik kata-kata Hera. "Apa maksudmu? Masa lalu apa yang begitu mengerika

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status