Share

Bab 8

Penulis: Nur Hayati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-22 10:55:21

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat. Barry menoleh, dan Freya melihat celah untuk membebaskan diri. Dengan tenaga yang tersisa, dia menarik tangannya dan berhasil melepaskan diri dari genggaman Barry.

Sebuah suara pria terdengar dari arah pintu. "Ada apa ini?" tanya pria itu dengan tegas. Freya menoleh dan melihat Aarav berdiri di sana dengan raut wajah serius.

Barry mundur selangkah, jelas terganggu oleh kehadiran saksi yang tidak diharapkannya. "Kamu tidak usah ikut campur dengan urusan kami," kata Barry dengan nada defensif.

Freya segera bergerak mendekati Aarav, merasakan sedikit rasa aman dengan kehadirannya. "Dia menggangguku, Aarav. Mohon bantuannya," kata Freya dengan suara yang masih gemetar.

Aarav menatap Barry dengan tajam. "Aku rasa sebaiknya Anda pergi sekarang, Barry. Jangan membuat masalah di sini."

Barry menatap Freya dan Aarav dengan tatapan penuh kebencian. "Aku tahu kamu pasti akan datang membantu mantan istriku ini, makanya aku sengaja berbuat ulah."

"Lebih baik kita pergi saja dari sini, Aarav. Percuma saja meladeni pria tidak tahu diri ini." Freya mengajak pria tampan itu pergi.

"Jangan kira aku tidak tahu, kalian sudah lama berselingkuh 'kan? Ternyata firasat dan dugaanku benar, Freya. Kamu bukan wanita baik-baik, persis seperti yang Mama katakan padaku." Barry terus mengatakan asumsi yang dimilikinya.

Hati pria itu belum puas, tapi satu pesan yang diterima membuat dirinya harus pergi saat itu juga.

"Ingat, urusan kita belum selesai."

Barry akhirnya berbalik dan pergi tanpa berkata apa-apa lagi. Freya menghela napas lega, merasa sedikit aman setelah kepergian mantan suaminya.

"Terima kasih, Aarav. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi jika Anda tidak datang," ucap Freya dengan suara pelan, penuh rasa syukur.

Aarav mengangguk. "Tidak apa-apa, Freya. Yang penting kamu aman sekarang. Kalau ada apa-apa, jangan ragu untuk meminta bantuan."

Freya tersenyum lemah. "Terima kasih. Saya akan ingat itu."

Setelah memastikan Barry benar-benar pergi, wanita cantik itu pun berniat untuk pulang ke rumah. Namun, langkah kakinya berhenti saat Aarav mengajaknya berbicara.

"Kamu mau ke mana sekarang? Biar aku antar kamu," ujar Aarav menawarkan.

"Gak usah repot-repot, Aarav. Aku bisa pergi sendiri." Freya menolak dengan lembut.

"Tidak merepotkan kok, lagi pula aku sekarang gak ada kesibukan." Aarav ingin memastikan bahwa wanita cantik itu akan pulang dengan selamat hingga sampai ke rumah.

Freya terus menolak, tapi perkataan Aarav pada akhirnya bisa membuat wanita cantik itu berpikir untuk ke sekian kalinya.

"Kamu tentu tidak mau 'kan kalau kejadian tadi terulang kembali? Terlebih barang belanjaanmu begitu banyak." Aarav tidak menyerah begitu saja untuk menawarkan bantuan pada Freya.

Wanita cantik itu pun tidak memiliki pilihan selain menganggukkan kepala dengan perlahan.

"Baiklah, terima kasih banyak, Aarav. Aku tinggal di jalan yang tidak terlalu jauh dari sini." Wanita cantik itu pun memberitahu alamat tempat tinggalnya bersama kedua putrinya.

Aarav membukakan pintu mobil untuk Freya dan menunggu sampai ia duduk dengan nyaman sebelum masuk dan menyalakan mesin. Pria tampan itu juga tidak lupa memasukkan barang-barang belanjaan wanita cantik ke dalam mobil.

Freya melihat ke luar jendela, menikmati pemandangan di jalanan. Hal itu dilakukan untuk menenangkan hati serta pikirannya karena perbuatan Barry barusan. Tanpa disadari Aarav diam-diam melihat ke arah wanita cantik di sebelahnya yang tampak murung.

"Kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Aarav sedikit khawatir.

"Aku gapapa. Oya, kamu kenapa bisa ada di saat aku butuh bantuan? Apakah kamu mengikutiku?" tanya Freya yang memang dari awal penasaran kenapa tiba-tiba Aarav datang di saat mantan suaminya ingin berbuat jahat. Setahu wanita cantik itu, pria tampan yang bertemu di taman dengannya sudah pulang terlebih dulu.

"Aku kebetulan lewat saja," ujar Aarav berdusta. Tidak mungkin juga pria tampan terus terang kalau dirinya selalu memperhatikan serta mengikuti gerak-gerik Freya. Bisa-bisa, dia nanti dianggap sebagai penguntit saja.

"Oh." Hanya itu yang Freya katakan tanpa memiliki perasaan curiga apa pun pada pria yang baru saja dikenalnya.

"Apa dia masih sering mengganggumu?" tanya Aarav memastikan.

Wanita cantik itu pun menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Aku tidak tahu apa yang telah merasukinya hingga ingin berbuat jahat padaku. Sikapnya sering berubah-ubah, hingga membuatku bingung apa yang sebenarnya yang masih dia inginkan. Padahal, aku sudah tidak mengganggu kehidupan barunya." Freya mulai curhat panjang lebar. Dengan seksama, pria di sebelahnya mendengarkan setiap ucapannya.

"Maaf, aku jadi curhat." Wanita cantik itu pun tersadar bahwa dirinya terlalu banyak bicara.

"Gapapa, kamu bebas mau cerita apa pun padaku. Selama membuat hatimu lega, aku akan setia menjadi pendengarmu." Aarav berbicara dengan tatapan mata yang fokus ke depan.

Freya tersenyum lemah, merasa terhibur oleh sikap ramah Aarav. "Terima kasih, Aarav. Kadang-kadang memang butuh seseorang untuk mendengarkan, apalagi di saat hati dan pikiran kacau begini."

Aarav mengangguk, mengerti sepenuhnya. "Aku tahu perasaan itu. Jadi, maukah kamu bekerjasama denganku sekarang?" Lagi-lagi pria tampan itu mengajak bernegosiasi perihal pernikahan kontrak yang ditawarkan.

Freya menatap Aarav dengan perasaan ragu, tapi dengan cepat pria tampan menyadari akan tatapan wanita yang duduk di sebelahnya.

"Jadi kamu masih ragu denganku?" tanya pria tampan itu tanpa mengalihkan pandangannya.

"Bukan begitu, hanya saja aku butuh waktu." Freya tidak tahu harus memberikan jawaban apa, sebab dirinya juga butuh melihat situasi serta kondisinya.

"Mau sampai kapan? Lagi pula, kalau kita menikah. Barry tidak akan mengganggumu lagi, Freya."

Apa yang dikatakan oleh Aarav memang ada benarnya juga, hal itu membuat wanita cantik itu pun mulai merubah keputusannya tentang tawaran pernikahan kontrak dengan pria tampan yang kaya itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 39

    Sesampainya mereka di rumah, Dina masih teringat akan kejahatan Hera. Bahkan menimbulkan rasa trauma dalam dirinya.Freya mengelus rambut Dina dengan penuh kasih sayang, mencoba menenangkan gemuruh di hati putrinya. Malam itu, mereka berdua duduk di sofa ruang tamu, dibalut selimut tebal untuk mengusir dinginnya malam. Di luar, hujan rintik-rintik mengiringi suara lembut Freya yang terus berusaha menenangkan Dina."Nak, ingatlah selalu bahwa kamu aman sekarang. Mama akan selalu ada di sini untukmu," kata Freya sambil mengecup kening Dina.Dina mengangguk pelan, matanya mulai berat karena rasa kantuk. "Ma, apakah Hera tidak akan kembali lagi?"Freya tersenyum, meskipun ada kekhawatiran di dalam hatinya. "Tidak, sayang. Hera sudah pergi jauh dan tidak akan mengganggu kita lagi. Kita sudah aman di sini."Mata Dina perlahan terpejam, merasakan kehangatan dan kenyamanan dalam pelukan ibunya. Freya terus membisikkan kata-kata penghiburan, berharap bahwa perlahan-lahan luka di hati Dina akan

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 38

    Sesampainya Freya di tempat tujuan, dia langsung menghampiri Juminten yang sedang kebingungan."Kamu sudah cari, mbok? Apa belum ketemu juga?" tanyanya cemas."Sudah, hanya saja non Dina tidak ditemukan." Juminten merasa bersalah karena lengah menjaga gadis kecil itu. "Lebih baik kita berpencar, Mbok. Siapa tahu saja nanti ketemu," ujar Freya. Pada saat itu juga, ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari nomor tidak dikenal masuk. Wanita cantik itu pun tanpa pikir panjang langsung mengangkat panggilan tersebut. Dia yakin, pasti nomor asing itu akan memberitahu di mana anaknya berada.Memang benar, ternyata panggilan itu dari Hera. Dia meminta wanita cantik itu untuk menemuinya di suatu tempat. Bahkan dia mengancam akan berbuat sesuatu yang buruk pada Dina jika Freya tidak datang seorang diri. Dengan terpaksa, Freya mengiyakannya. Dia tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada putrinya. Freya merasakan jantungnya berdetak kencang saat menutup telepon. Pikirannya berkecamuk denga

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 37

    "Kamu jangan menangis ya, sebab aku akan menikah dengan Hera." Barry berbicara penuh jumawa.Freya terdiam tanpa berkata apa pun lagi, lalu mengambil undangan yang diberikan oleh mantan suaminya. "Kamu harus datang ke pernikahanku." Barry berbicara penuh harap. Freya memandangi undangan itu dengan tatapan kosong. Sampulnya berwarna emas dengan hiasan bunga-bunga yang tampak mewah."Aku pasti datang." Freya menjawab dengan tegas."Jangan lupa bawa pasanganmu juga," ucap Barry memberikan senyuman meremehkan."Tenang saja, aku akan membawa pasanganku." Freya menaruh undangan tersebut dalam tasnya."Sudah tidak ada kepentingan lagi 'kan?" tanya Freya sinis. "Kalau memang sudah tidak ada kepentingan lagi, lebih baik kamu pergi sekarang juga." Dengan tegas wanita cantik itu mengusir mantan suaminya."Oh ... ternyata kamu sudah semakin sombong sekarang?" cetus Barry tidak terima dengan perlakuan mantan istrinya. Freya menatap Barry dengan dingin, bibirnya mengerucut dalam ekspresi yang pe

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 36

    Aarav merasakan gelombang ketegangan yang menjalar melalui tubuhnya. Kata-kata Sisca menggema dalam pikirannya, memunculkan kekhawatiran yang belum sempat dia tanggapi. Bagaimana ia bisa menjelaskan kepada orang tuanya tentang kondisi Freya tanpa mengungkit masa lalunya yang rumit?Freya merasakan perubahan dalam diri Aarav, dan dengan lembut, dia meremas tangannya. "Aku tahu ini sulit," bisiknya, "Tapi aku yakin mereka akan mengerti, terutama setelah mereka mengenalku lebih baik."Aarav menatap mata Freya yang penuh keyakinan. Keberanian dan ketulusan dalam dirinya memberikan dorongan yang ia butuhkan. "Aku akan berbicara dengan mereka," jawabnya akhirnya, menghela napas panjang. "Orang tuaku memang sangat konservatif, tetapi mereka selalu menginginkan yang terbaik untukku. Aku yakin mereka akan menerima Freya dan anak-anaknya, meskipun mungkin butuh waktu."Sisca tersenyum penuh pengertian, mengetahui bahwa Aarav akan menghadapi tantangan yang berat. Tanpa pikir panjang, wanita sete

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 35

    Malam itu menjadi malam yang membahagiakan bagi Aarav, sebab Freya sudah mau terbuka padanya. Bahkan dia merasa hubungan mereka semakin dekat saja, bahkan perihal pertemuan orang tua mereka masing-masing. Sebenarnya ada rasa takut dalam hati wanita cantik itu karena selama ini telah bersikap tidak baik pada kedua orang tuanya karena memaksa menikah dengan Barry. "Kalau memang kamu belum siap bertemu dengan kedua orang tuamu, biarkan aku saja yang menemui mereka untuk meminta restu," ujar Aarav memberikan usulan."Gak bisa, Aarav. Tidak semudah itu, kedua orang tuaku keras. Terlebih, mereka pasti tidak tahu kalau aku sudah berpisah dari Barry." Freya berusaha untuk tidak membuat Aarav kesulitan jika harus meminta restu, apalagi pernikahan mereka bisa dibilang palsu. "Lantas, bagaimana kita akan menjelaskan pada Mamaku?" tanya Aarav penasaran. "Aku juga gak punya solusi." Freya ikut kebingungan. Sudah tidak ada jalan keluar, jadi pria itu pun memiliki ide untuk memperlancar pernikah

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 34

    Hera menghentikan mobil Aarav secara tiba-tiba, lalu mulai mengancam untuk tidak ikut campur dengan urusannya dengan Freya. "Aku tidak bermaksud ikut campur, aku dan dia akan menikah." Aarav mulai berterus terang. Hera terpaku sejenak, menatap Aarav dengan mata menyala penuh amarah. "Menikah? Dengan Freya?" suaranya bergetar, antara tidak percaya dan marah. "Kau pikir ini lelucon? Kau bahkan tidak tahu siapa Freya sebenarnya."Aarav menatap Hera dengan tenang, mencoba menenangkan diri. "Aku tahu lebih dari yang kau kira, Hera. Freya adalah wanita yang luar biasa, dan aku mencintainya."Hera menggelengkan kepala, bibirnya mengecil menjadi garis tipis. "Kau benar-benar tidak mengerti. Urusan ini jauh lebih rumit daripada yang kau bayangkan. Freya memiliki masa lalu yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Dan sekarang, kau sudah terlibat terlalu dalam."Aarav merasakan ada sesuatu yang gelap dan tidak terkatakan di balik kata-kata Hera. "Apa maksudmu? Masa lalu apa yang begitu mengerika

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 33

    "Sudah lama kenal Aarav? Dan kapan kalian jadian terus memutuskan untuk menikah?" tanya Jenar penasaran. Akan tetapi, Freya gugup dan tidak tahu harus menjawab apa. Beruntung pria tampan itu langsung menjawab dengan senyum tenang."Sebetulnya, kami baru kenal satu bulan," ujar Aarav dengan nada santai. "Saat itu, aku merasa ada sesuatu yang istimewa di antara kami. Jadi, aku langsung mengajaknya menikah."Jenar tercengang mendengar jawaban dari putranya. "Satu bulan? Serius? Kenapa secepat itu?""Kan Mama sendiri yang bilang aku harus secepatnya menikah, ya sudah kalau kita sudah sama-sama cocok. Mau tunggu apalagi?" cetus Aarav memberikan senyuman."Ya gak gitu juga, Aarav. Tetap saja, kamu harus melihat dari segi bibit, bebet dan bobotnya. Gak bisa langsung ajak nikah begini. Kalau ternyata dia keturunan dari keluarga yang tidak baik-baik gimana?" bisik Jenar dengan nada yang begitu pelan agar tidak didengar oleh Freya. "Mama tenang saja, tidak usah khawatir. Aku yang lebih tahu ba

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 32

    Freya masih menatap Aarav dengan mata membulat. Kepanikan bercampur kebingungan jelas terlihat di wajahnya. Aarav menarik napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan kata-kata yang tepat."Freya, aku tahu ini mendadak dan mungkin membuatmu tidak nyaman. Tapi Mama itu sangat tradisional. Dia ingin bertemu dengan calon menantunya sebelum pernikahan, bahkan jika itu hanya pernikahan kontrak," jelas Aarav dengan nada tenang namun tegas.Freya menggeleng pelan. "Tapi Aarav, kita tahu pernikahan ini hanya formalitas. Mengapa harus melibatkan keluargamu? Tidak bisakah kita menjaga jarak dari hal-hal pribadi seperti ini?"Aarav terdiam sejenak, memikirkan jawabannya. "Aku mengerti perasaanmu. Namun, Mama tidak akan menerima begitu saja kalau aku menikah tanpa mengenalkanmu. Dia sudah banyak berkorban untukku, dan aku tidak ingin mengecewakannya."Freya menggigit bibirnya, pertanda pikirannya sedang berkecamuk. Di satu sisi, dia memahami pentingnya memenuhi harapan keluarga Aarav. Namun, di sisi

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 31

    Jelas saja Freya mengambil uang yang diberikan oleh mantan suaminya."Aku harap kamu tidak meminta uang ini kembali setelah diberikan kepada anak-anak." Freya kembali mengingatkan. Mantan suaminya menghela napas panjang. "Aku tahu, Freya. Aku tidak akan meminta kembali. Ini untuk mereka."Freya mengangguk pelan, matanya menunjukkan rasa lega meski ada bayang-bayang kekhawatiran. "Baiklah, terima kasih, Barry. Anak-anak sangat membutuhkan ini untuk masa depan mereka."Barry mengangguk. "Bagaimana kabar mereka?" tanyanya, suaranya lembut namun penuh perhatian."Anak-anak baik-baik saja," jawab Freya. "Kamu gak usah khawatir, selama calon istrimu itu tidak mengganggu kehidupan kami lagi." Barry tidak bisa mengatakan apa pun lagi, melainkan berlalu pergi begitu saja. Freya menatap punggung Barry yang menjauh, menghela napas dalam-dalam. Setelah sejenak menenangkan diri, dia berjalan menuju kafe terdekat tempat dia berjanji untuk bertemu Aarav. Jalanan kota siang itu tidak terlalu ramai

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status