Share

Geri bertindak

Ketika maka malam dirumah keluarga Dion, Papanya bertanya tentang malam pertama mereka sebagai suami istri.

“Kapan kalian bulan madu?” tanya Papa Dion.

“Belum ada rencana aku lagi sibuk,” jawab Dion singkat.

“Gimana Nanda rasanya sudah menjadi istri sah Dion, ada perubahan gak dari sikap Dion ke kamu?” tanya Papanya Dion.

“Banyak berunah Pa. Dia semakin terbuka dan jauh lebih baik memperlakukan aku sebagai istri,” jawab Nanda yakin.

“Sebelum menikah Kak Nanda diperlakukan buruk ya sama Dion seperti wanita sewaan gitu,” sindir Geri melirik pada Nanda.

Sontak Dion dan Nanda kaget atas ucapan Geri seperti mengarah pernikahan kontrak mereka.

Dion menghentakan sendoknya karena ulah Geri berusaha mengorek urusan pribadinya.

Nanda dengan cepat mencegah tindakan buruk Dion didepan Papanya.

“Sebelum menikah dia agak kaku tapi setelah menikah dengannya, aku yakin dia sangat menghargai seorang wanita seperti dia menyayangi Mamanya.” Omongan Nanda membuat semua keluarga Dion berpusat padanya.

Nanda juga terkejut dengan omongannya sendiri membahas Mamanya Dion.

“Jadi kamu sudah mengenal Mamanya Dion?” tanya Papanya Dion.

Dion menoleh pada Nanda dengan tatapan Dion gelisah kalau sampai mereka salah langkah mengungkit Mamanya.

“Iya Papa aku sudah bertemu dengan Mamanya Dion,” jawab Nanda.

“Berarti kamu sudah tahu semua tentang Mamanya Dion?” tanya Papanya lagi.

“Aku tahu semua Pa tentang Mamanya Dion tapi beda orang beda cerita hidup tidak perlu untuk dibahas.” Kata Nanda berusaha menyudahi omongan tentang Mamanya Dion.

“Di rawat rumah sakit mana Mama kamu?” tanya Papanya Dion.

“Papa tidak perlu tahu, kalau ada kaitannya dengan saham Mama. Papa bisa berurusan dengan ku jangan mencari Mama, kalian tahu akibatnya,” tegas Dion.

Alhasil Atmosfer mencekam pikiran masing-masing anggota keluarga Dion selama melanjutkan maka malam bersama.

***

Usai makan malam, tepat di ruang keluarga sudah ada Bianca, Feni dan Nanda sedang minum teh di ruang keluarga.

“Besok kita belanja yuk mom, entah kenapa hawa rumah ini jadi suram gak betah. Aku kangen rumah ku istana ku yang dulu sebelum ada orang asing datang,” kata kiasan dari Bianca meresap langsung ke Nanda.

“Benar kata kamu besok kita belanja saja, mata Mami nyeri melihat penampakan asing di rumah ini berkedok keluarga.” Sahut Feni menancapkan sindiran pada Nanda.

Nanda tidak peduli obrolan Feni dan Bianca, dia fokus menghirup wangi aroma teh hangat

di cangkir.

Tidak lama Bianca pergi kembali ke kamarnya, tinggal Feni dan Nanda seorang diruang keluarga.

“Ruang keluarga ini tempat besejarah sekaligus awal dari aku dan Papa Dion menikah secara sah,” ujar Feni dengan wajah angkuh.

“Tempat di mana awal mulainya penderitaan Mamanya Dion sampai duduk di atas kursi roda,” sengit Feni menjelit.

Nanda meneguk ludahnya menatap paras wajah Feni yang menakutkan.

“Jangan sampai ruang keluarga ini jadi awal penderitaan kamu bernasib sama dengan mertua kamu,” ancam Feni sadis.

Batin Nanda, “Aku harus atut emosi jangan tersulut omongannya, bisa makin tertantang dia mengajak ku ribut}

Hati dan pikiran Nanda tidak gentar, dia tidak terpancing emosi. Dia memilih tidak menggubris omongan Feni dan kedua matanya mengedar tidak ingin bertatapan dengan Feni.

***

Di tempat berbeda, Papanya dan Dion bicara tentang kemajuan perusahaan mereka masing-masing. Geri hanya menjadi pendengar karena dia belum terjun ke perusahaan Papanya.

“Aku izin pergi balik ke kamar,” ucap Dion berpamitan pada Papanya.

Dion bangun dari tempat duduknya keluar dari ruang kerja Papanya. Dia merasa seperti ada yang kurang lalu ia meraba saku celana tidak ada ponsel miliknya. Dia pun kembali lagi ke ruang kerja Papanya untuk mengambil ponsel yang mungkin tertinggal di kursi.

Ketika dia membuka pelan pintu ruang kerja Papanya, terdengar jika pembicaraan Geri merujuk ke arah perusahaan milik Papanya.

“Pa, selesai wisuda aku mau kerja di perusahaan Papa. Sudah waktunya aku kerja perusahaan milik Papa, Dion sudah punya bisnisnya sendiri bahkan Papa sponsor terbesar perusahaannya. Aku juga ingin sukses seperti dia,” terang Geri berusaha membujuk Papanya.

“Kamu harus panggil Dion dengan sebuatan Abang hargai suaudara tua kamu,” bentak Papanya Dion.

“Aku sudah coba rukun dengannya. Waktu kecil aku panggil dia Abang tapi asal Papa tahu, dia tidak suka aku panggil Abang. Dion bilang kalau dia anak tunggal dari orang tuanya,” jelas Geri bikin Papanya Dion.

Geri tersenyum miring karena omongannya berhasil di tangkap Papanya. Dia akan terus mempengaruhi Papanya agar tidak berpihak pada Dion.

Dion meradang karena Geri menghasut Papanya, dia membuka pintu ruang kerja Papanya dan segera mengambil ponselnya yang tertinggal

di kursi.

Tatapan Papanya berubah kesal denganya. Dion pun berjalan memasang wajah acuh keluar dari ruang kerja Papanya.

Dion bergumam, “Kali ini aku biarkan dia menjelekkan aku, besok akan aku buat dia terperangah, tidak bisa menggeser posisi ku sebagai pewaris perusahaan Papa.”

Kemudian Dion dan Nanda kembali ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.

***

Paginya, Dion sarapan di ruang tv tengah kamarnya, dia sibuk membaca. Lalu Nanda mengintip-intip sambil mengolesi selai diatas roti tawar.

“Kenapa mata kamu lirik-lirik terus?” tanya Dion.

“Kamu baca Apa?” tanya Nanda Balik.

“Aku lagi baca ulang hasil proposal kerjasama dengan pemerintah kota bikin fitur buat lansia dan anak-anak.” Jawab Dion.

Sontak, terbesit ide di kepala Nanda. Dia mengutarakan ide itu pada Dion.

"Kalau mau kerja sama dengan pemerintah, misalnya ada subsidi dari pemerintah. Tokoh online dan tokoh offline bisa ngajuin tokoh mereka yang masuk kriteria pemerintah untuk kerja sama pakai fitur perusahaan kamu. Pasti membantu banget buat masyarakat menengah ke bawah. Dari dulu aku berharap banget loh ada yang bikin ginian." Nanda bertanya dengan wajah antusias

"Ide kamu bagus juga, nanti aku usulkan.” Respon Dion antusias memahami ide Nanda. Dia merasa aura positif Nanda makin keluar ditambah wajah cantiknya kian terawat. Dion makin merasa kagum melihat Nanda. Dia berniat untuk mengajak Nanda ke kantor agar tidak bosan dirumah.

“Mau ikut aku gak ke kantor?” tanya Dion.

“Mau, aku juga mau berkunjung lihat Pak de Ali.” Sahut Nanda.

“Ok bersiaplah,” kata Dion.

“Siap,” Nanda langsung buru-buru merapikan diri.

Tidak lama kemudian Hanif mengetuk pintu lalu masuk ke ruang tv kamar Dion.

“Pagi pak Dion,” sapa Hanif.

“Pagi Hanif, Geri sudah mulai bertindak. Dia mau masuk ke perusahaan Papa, saya ingin memenangkan hati Papa. Atur jadwal ku buat bulan madu, saya harus mempertahankan harta keluarga ku. Jangan sampai jatuh pada Geri maupun Feni,” Ujar Dion.

“Baik Pak Dion.” Sahut Hanif.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status