Home / Romansa / Kontrak Hati Sang CEO / Bab 2 – Lelaki yang Datang Membawa Masalah

Share

Bab 2 – Lelaki yang Datang Membawa Masalah

Author: Yuna lys
last update Last Updated: 2025-07-06 12:52:25

Suara motor tua itu terdengar dari jauh, meraung pelan menembus senja yang mulai turun. Ayla yang sedang meratapi dirinya setelah kembali dari Dirgantara Group. Di benaknya, siapa pun bisa datang… asalkan bukan orang yang sudah lama menghilang tanpa kabar.

Tapi nasib memang suka bercanda. Saat motor itu berhenti di depan pagar rumah, Ayla membeku. Sosok lelaki kurus dengan jaket lusuh dan ransel robek di pundak perlahan membuka helmnya. Lelaki itu tersenyum canggung, seolah tak pernah kabur selama beberapa bulan.

“Hai, Dik.”

Ayla menelan ludah, mencoba meredam emosi yang mulai mendidih. Tapi detik berikutnya, dia sudah membuka pagar dengan hentakan keras.

“Berani-beraninya kamu muncul sekarang!” bentaknya, mendorong bahu kakaknya. “Kamu pikir ini rumah singgah?!”

“Ayla…” suara Andra pelan, lelah. “Aku cuma…”

“Kamu cuma apa? Kabur? Hilang tanpa kabar? Dan sekarang muncul setelah semua berantakan?”

“Cukup, Ayla,” potong Bu Marni yang tiba-tiba muncul dari dalam. “Biar Ibu yang bicara.”

Dingin menyelimuti ruang tamu sejak kedatangan Andra.

“Itu tuduhan, Ayla. Aku nggak ngambil uang itu buat diri sendiri. Aku… dipaksa ikut proyek yang ternyata fiktif. Tanda tanganku dipakai. Tapi karena aku kepala tim, aku yang kena.” kata Andra membela diri.

“Kamu yang bikin masalah, terus lari. Dan karena kamu nggak sanggup bayar, kamu jual aku ke bosmu?!”

“Jadi,” Andra pada akhirnya. “Kamu sudah tahu semuanya?”

“Kamu kakak gila!,” Ayla menatapnya lurus. “Dengan mengorbankan aku?!”

Andra mengangkat tangan. “Dengar dulu. Arka nggak maksa, dia… kasih pilihan. Dan aku tahu kamu orang yang kuat, kamu bisa—”

“Diam!” Ayla berdiri, matanya berkaca-kaca. “Kamu tahu apa yang kamu lakuin, Andra? Kamu kabur, meninggalkan aku dan Ibu. Kamu rusak hidupmu, dan sekarang kamu rusak hidupku juga.”

“Kalau aku bisa ganti tempat, aku akan—”

“Kamu tuh kakakku, Ndra. Kamu seharusnya jagain aku, bukan jual aku!,”

“Aku... waktu itu panik. Aku emang gelapkan dana. Tapi bukan untuk foya-foya, Ayla. Aku ditipu orang. Investasi bodong. Uang kantor ikut lenyap. Pas tahu aku bisa dipenjara... aku nekat.”

“Dan kamu pikir menyerahkan aku pada Arka adalah solusi terbaik?”

Andra menatapnya. “Aku pikir... aku bisa nego. Biar dia maafin aku. Lalu... dia yang bilang syaratnya nikahin kamu. Aku tahu itu salah. Tapi waktu itu... aku mikir, kamu belum punya pacar, belum nikah juga. Dia orang kaya. Mungkin kamu bisa... hidup lebih baik.”

Ayla menahan air mata. Marah dan sedih menjadi satu.

“Terlambat!” Ayla menggeleng. “Semuanya sudah terjadi. Dan satu-satunya alasan aku nggak pergi sekarang juga… karena aku masih punya sisa rasa hormat pada Ibu! Gak kayak kamu!,”

Di restoran yang tampak mewah, tak membuat Ayla goyah dengan dirinya dengan statusnya yang berbeda. Pernikahan kecilnya, tak ada musik. Hanya petugas pencatat sipil, dua saksi, dan selembar surat kontrak di meja.

“Dengan ini, Arka Dirgantara dan Ayla Ramadhani secara hukum dinyatakan sebagai pasangan suami-istri…”

Ayla memejamkan mata sejenak saat kata-kata itu meluncur dari mulut petugas. Perasaan hampa menyelubungi dadanya. Ini bukan hari yang akan ia kenang dengan senyuman. Arka menatapnya, matanya tak menyiratkan emosi.

Selesai.

Mereka suami istri.

Secara hukum.

Secara kontrak.

Secara emosi? Nol.

Setelah penandatanganan kontrak, semua orang beranjak pergi dengan cepat. Andra dan Ibu pamit dengan tatapan kosong. Mereka tinggal berdua di lobi gedung kecil itu. Sunyi. Hanya suara sepatu mereka yang terdengar menggema.

Ayla menunduk. “Mulai hari ini… aku tinggal di mana?”

“Rumahku. Sudah kusiapkan kamar untukmu. Asisten rumah tanggaku sudah diberi instruksi.”

“Baik.”

“Aku tidak akan ikut malam ini. Ada rapat direksi di Singapura.”

Ayla mengangguk pelan. “Kapan aku bertemu keluargamu?,"

“Nanti.”

Masih ada beberapa hari untuk menyiapkan diri… atau mencoba menerima kenyataan.

Arka menyerahkan sebuah map padanya. “Ini salinan kontrak, dan juga akses masuk ke apartemen.”

Ayla meraihnya dengan hati-hati. Tangannya sempat menyentuh tangan Arka, dan pria itu langsung menarik tangannya.

Dingin.

Itulah yang akan dia hadapi. Dan dia sudah tahu sejak awal.

“Dan Ayla…”

Ayla menolehnya. “Ya?”

“Mulai minggu depan… kamu akan mulai bekerja di kantorku. Bukan sebagai istri CEO. Tapi sebagai staf baru di divisi internal audit.”

Ayla tertegun. “Staf biasa?”

Arka menatapnya lurus. “Aku tidak ingin semua orang tahu siapa kamu. Dan kamu juga perlu mengenal dunia ini jika kita ingin pernikahan ini tampak nyata.”

Bagai gemuruh di dalam dada, ia meng-iya-kan sebelum ditinggalkan di lobi dengan semua perasaannya yang penuh pertanyaan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kontrak Hati Sang CEO    Bab 17 – Malam yang Disorot

    Gedung Grand Seraya Ballroom berdiri megah di tengah pusat kota, seluruh fasadnya disinari lampu-lampu putih keemasan yang membuatnya tampak seperti istana dari cerita lama. Malam itu, parkirannya dipenuhi mobil-mobil mewah, dan karpet merah terbentang dari pintu masuk sampai lobi utama.Ayla berdiri di depan cermin apartemen, mengenakan gaun navy pilihan Oma Ratna. Rambutnya disanggul rapi, hanya beberapa helai dibiarkan jatuh lembut di sisi wajah. Riasannya tipis, elegan. Stylist yang dikirim Arka bekerja cepat dan profesional tapi tak ada yang bisa menenangkan gemuruh di dadanya.Ia menarik napas dalam-dalam, lalu keluar dari kamar.Arka sudah menunggunya di ruang tengah. Pria itu mengenakan setelan jas hitam dengan dasi berwarna senada dengan gaun Ayla. Saat melihat Ayla berjalan pelan ke arahnya, langkahnya terhenti.Mata mereka bertemu."Kamu… cocok banget sama warna itu," ucap Arka, singkat tapi tulus.Ayla tersenyum kecil

  • Kontrak Hati Sang CEO    Bab 16 - Di Balik Serangan

    Pagi itu, suasana di Dirgantara Group terlihat seperti biasa. Tapi di lantai 15, beberapa staf terlihat bergerak lebih cepat dari biasanya, membisikkan sesuatu sambil saling menunjukkan layar ponsel mereka. Ayla, yang baru saja turun dari lift, langsung menyadari perbedaan itu.Langkahnya terhenti sejenak saat melihat Cynthia berbicara dengan dua staf dari divisi lain wajah mereka serius, suara mereka tertahan. Begitu melihat Ayla mendekat, mereka langsung diam dan berpura-pura sibuk.Ayla tidak bereaksi. Ia melanjutkan langkahnya menuju ruang kerjanya. Namun sebelum sempat masuk, Cynthia memanggilnya."Ayla, Pak Arka minta kamu ke ruangannya sekarang."Nada suaranya seperti biasa, datar dan formal. Tapi mata Cynthia menatap dengan sorot berbeda lebih tajam dari biasanya.Ayla mengangguk pelan dan menuju ruang CEO. Saat ia membuka pintu, Arka sudah berdiri di depan layar besar yang menampilkan tangkapan layar dari beberapa situs berita da

  • Kontrak Hati Sang CEO    Bab 15 – Ujung Benang yang Mulai Tampak

    Keesokan harinya, kantor Dirgantara Corp lebih ramai dari biasanya. Ruang rapat dipenuhi agenda, dan lantai eksekutif dipenuhi lalu lalang staf senior. Suasana tegang tak terhindarkan, terutama setelah berita mengenai latar belakang Ayla beredar dan menjadi bahan gosip di berbagai kalangan internal.Namun, Ayla tetap datang tepat waktu. Mengenakan setelan sederhana berwarna abu lembut dan membawa map berisi pembaruan dokumen merger. Tatapannya lurus, langkahnya mantap, meski hatinya tetap waspada.Di meja pantry, beberapa staf hanya melirik lalu pura-pura sibuk. Tidak ada yang menyapa. Tidak ada yang terang-terangan mencibir. Tapi keheningan itu sudah cukup tajam untuk membuat napas terasa berat.Ayla memilih fokus. Ia masuk ke ruangannya dan langsung bekerja.Tak lama berselang, Cynthia masuk tanpa mengetuk. Wajahnya serius.“Ada rapat mendadak dengan PT Lathansa jam sebelas. Di ruang video conference lantai atas. Pak Arka minta kamu iku

  • Kontrak Hati Sang CEO    Bab 14 – Tetap Bertahan

    Pagi itu, Ayla berjalan memasuki kantor dengan kepala tegak, meski langkahnya terasa berat. Sejak berita tentang masa lalu kakaknya tersebar, tatapan orang-orang di sekitarnya berubah. Tak ada lagi bisik-bisik mereka terang-terangan, tapi atmosfer itu terasa seperti kabut tipis yang menyelimuti setiap sudut ruangan. Dingin. Sunyi. Menghakimi.Namun ia tak berpaling. Ia datang bukan untuk mencari pengakuan, tapi untuk membuktikan bahwa ia masih bisa berdiri.Ketika lift terbuka di lantai tujuh, beberapa staf yang sedang menunggu langsung berpura-pura sibuk dengan ponsel mereka. Ayla menahan napas, menyapa mereka dengan senyum tipis yang tak mendapat balasan.Di ruang kerjanya, ia langsung tenggelam dalam tumpukan dokumen merger yang semakin kompleks. Arka belum tampak sejak pagi. Biasanya pria itu akan menyempatkan muncul untuk menanyakan laporan atau sekadar memberi arahan. Tapi hari ini, tidak ada kabar.Saat waktu menunjukkan pukul 10.15, sebuah

  • Kontrak Hati Sang CEO    Bab 13 – Luka yang Tak Sempat Pulih

    Pagi itu langit Jakarta mendung, seolah mencerminkan isi hati Ayla yang berat. Sudah dua hari sejak pemberitaan itu mencuat, dan meski kantor terlihat seperti biasa, Ayla tahu ombak tidak selalu datang dengan suara besar. Kadang hanya lewat tatapan dan gumaman halus yang memotong seperti pisau. Saat Ayla menyalakan komputer, notifikasi email masuk beruntun. Salah satunya dari tim PR internal. Kepada: Ayla Ramadhani Kami mendapat pertanyaan dari mitra kerja PT Lathansa terkait pemberitaan yang beredar. Kami akan segera mengatur klarifikasi tertulis. Mohon kerja samanya untuk tetap tenang dan tidak membuat pernyataan ke media tanpa seizin tim PR. Ayla membaca ulang pesan itu, lalu menarik napas panjang. Bukan karena isi emailnya tapi karena ia tahu, ini baru awal. Berita itu mulai menyentuh luar tembok kantor. Dan sekali nama seseorang dikaitkan dengan skandal, stempel itu sulit terhapus. Pukul 10.00 pagi, Cynthia datang menghampirinya di ruang kerja bersama. “Kamu dipanggil Pak A

  • Kontrak Hati Sang CEO    Bab 12 – Riuh yang Tak Terucap

    Pagi itu kantor seperti sarang lebah. Semua terlihat sibuk, tapi jelas bukan karena pekerjaan saja. Ada kegelisahan samar yang beredar di udara bisik-bisik yang ditahan, pandangan yang terlalu cepat dialihkan saat Ayla lewat.Ayla melangkah masuk ke lantai 7, mengenakan kemeja putih sederhana dan celana bahan hitam. Wajahnya tenang, tapi kedua tangannya mengepal di balik tas.Ia tahu hari ini akan berat.Begitu sampai di ruangannya, ia langsung menyalakan laptop dan menatap layar kosong. Tapi fokusnya sulit dikumpulkan. Beberapa menit kemudian, suara langkah tergesa menghampiri.“Ayla.” Cynthia muncul di ambang pintu, kali ini dengan wajah serius, bukan sinis seperti biasanya. “Pak Arka mau bicara sekarang. Di ruangannya.”Ayla berdiri. Napasnya dalam. Jantungnya berdetak lebih cepat saat menapaki lift menuju lantai 20, ruangan CEO. Ia belum tahu akan dihadapkan pada strategi... atau keputusan.Begitu pintu lift terbuka, Arka sud

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status