Home / Romansa / Kontrak Pemikat CEO Dingin / BAB III MENCARI BUKTI

Share

BAB III MENCARI BUKTI

Author: Ilastriasanim
last update Last Updated: 2025-01-23 15:06:55

"Bagaimana, Ken? Apa yang kau temukan?" tanya Andrew tergopoh-gopoh menghampiri Ken yang sedang memperhatikan putaran ulang cctv oleh petugas hotel.

Ken tidak menjawab dan memberi kode mata untuk sedikit bergeser menjauh dari petugas hotel. Khawatir petugas itu ikut menguping dan bisa jadi pembicaraan internal karena mereka tahu Ken berhubungan dekat dengan bosnya. Walaupun sebenarnya sudah menjadi hal lumrah setiap hari melihat para gadis keluar masuk hotel. Akan tetapi ini berurusan dengan citra Ken dan perusahaan ke depannya.

"Saya putar dari berbagai area cctv, ada dua gadis mabuk berjalan di koridor hotel dan gadis gila itu salah satunya seperti salah masuk kamar. Nah, teman yang mengantarnya hanya membantu memapah ke arah kamar saya," bisik Ken menunjukkan putaran ulang cctv yang telah ia salin ke ponsel miliknya.

Andrew yang penasaran merebut ponsel Ken dari tangannya, mengamati dengan seksama. Di video dua gadis itu terlihat tidak mencurigakan karena dari sepersekian detik setelah pelayan bar pergi, gadis itu langsung masuk dengan tubuh yang terhuyung-huyung.

"Apa ini ulahmu, Ndrew? Apa kau sengaja menyewa gadis gila itu agar saya segera melupakan Laura?" selidik Ken yang menyipit, curiga.

Andrew yang merasa ditodong dengan tuduhan tidak berdasar itu mengangkat kedua tangannya gelagapan.

"Hey, apa maksudmu? Saya bahkan baru tahu kejadian ini karena kau menghubungiku."

"Jangan mencoba mengerjaiku, Ndrew! Laura adalah masalah pribadiku! Dari zaman sekolah kita selalu bersama, sebagai sahabat hingga hari ini saya menjaga kepercayaanmu. Tapi kali ini saya mencurigaimu apalagi tampangmu yang suka berlagak polos seperti tidak tahu menahu," cecar Ken menyudutkan.

"Tunggu dulu! Justru ini perlu diluruskan, kau bisa tenang dan santai dulu. Saya tahu kau patah hati, tapi saya tak akan tega menjerumuskanmu dalam masalah seperti ini. Apakah semalam kau ingat? Bisa jadi saat pelayan bar mengantar ke kamarmu, kau berbelok merayu gadis itu dan mengajaknya tidur bersama."

"Semalam kau mabuk berat, Ken. Saya membantumu untuk istirahat di hotel. Saya bahkan sedikit muak saat kau meracau terus menerus memanggil mantanmu yang sudah pergi itu. Jadi, saya biarkan kau tidur di sana," jawab Andrew menjelaskan. Ken tertegun sejenak.

"Nah, sekarang masalahnya, kenapa gadis itu bisa dengan mudahnya masuk kamarmu? Sementara setiap kamar ada kartu aksesnya?!" tambah Andrew mencoba membuka ingatan Ken atas kejadian semalam.

"Apakah dia jin atau penyihir? Bisa masuk dengan mudahnya ke kamarmu?" Andrew menyidik balik sambil tersenyum menggoda.

Ken mengerutkan kening, mencoba mengingat-ingat, tetapi tidak ada satu pun ingatan yang memberinya petunjuk bagaimana gadis itu bisa masuk ke kamarnya. Rasa kesal dan penasaran bercampur aduk di dadanya, terutama mengingat gadis itu mengancamnya dengan mencuri dompetnya dan pergi begitu saja. Seolah kejadian semalam akan menjadi senjata yang digunakannya di kemudian hari.

"Saya akan menemukannya, saya pastikan itu. Gadis itu harus membayar atas apa yang sudah terjadi." Ken akhirnya melangkah menuju lobi dan meminta data para gadis yang masuk semalam.

***

Sementara di tempat yang lain, Naira sedang menikmati guyuran shower yang membasahi tubuhnya. Ia mengusap lembut tiap bagian tubuhnya yg terkena busa sabun beraroma mawar segar.

"Hari ini, aku tidak akan membiarkan sisa-sisa tempelan tubuh dari pria itu masih melekat di tubuhku! Kalau harus mengingatnya, jadi bergidik, ih ..." Naira memejamkan matanya merasa jijik pada dirinya, seketika bayangan tubuh kekar Ken melintas di pikirannya. Imajinasi liarnya mulai aktif, tapi dengan cepat ia tepis dan guyur kembali kepalanya agar segera hilang ingatan tentang tubuh Ken. Kejadian semalam coba ia lupakan, rencananya hari ini hanya ingin beristirahat sambil menikmati kopi americano untuk menyegarkan tubuh dan pikirannya.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, tak lama terdengar suara bel pintu berbunyi. Jantung Naira tiba-tiba berdegub kencang, seperti instingnya mulai aktif dan berjaga-jaga.

"Aduh, siapa ya?! Jangan-jangan orang itu sudah menemukan tempat tinggalku!" Naira menggigit bibir bawahnya, mematung, tidak segera menghampiri pintu apartemennya. Ia mulai banyak berpikir bahwa orang di depan pintu adalah orang yang dimaksud, ia harus mulai merencanakan strategi apa saja yang akan terjadi dengan beberapa pilihan di kepalanya. Mengingat kejadian semalam adalah hal pertama yang ia lakukan selama hidupnya—yang mana hanya bermodalkan keberanian dan tanpa banyak pertimbangan. Namun, saat menyadari hari ini, ada rasa kegelisahan dan rasa bersalah menyelimuti dirinya.

Selama beberapa menit tubuh Naira mondar-mandir di depan pintu masih ragu untuk membukanya. Meskipun suara ketukan pintu dan bel berbunyi beberapa kali, tubuhnya tak cukup berani untuk segera menghadapinya. Sampai pada akhirnya, ia mencoba meyakinkan dirinya akan baik-baik saja dan berusaha tenang dengan beberapa kali melakukan teknik pernapasan dan pelenturan tubuhnya.

"Oke, aku adalah Naira. Ya! Jangan takut! Kau Cantik, cerdas, dan seksi! Kau pasti bisa!" Naira memejamkan matanya sambil menarik daun pintu pelan-pelan.

Ceklek!

"Halo Nona? Kita bertemu lagi."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CLX OVERDOSIS

    outline "Tawamu terdengar mencurigakan, Ken? Apa kau sedang menyembunyikan hal lain dariku?" "Apa?! Ti-tidak! Bukan apa-apa, hanya saja tuan Fred adalah sahabat Papa dan juga tuan William yang kumaksud sepuluh tahun yang lalu." Naira membelalak. "Ja-jadi ..." "Ya, beliau juga ada di sana pada hari itu. Dan beliaulah, yang membantu permodalan perusahaan Papa dan juga—" Tiba-tiba suara ponsel Naira berdering, menghentikan kalimat Ken yang sempat terputus. Naira menatap layar, Irene meneleponnya. "Halo, Ren, ada apa?" "Nai, gawat! Papa mengeluarkan busa di mulutnya. Aku melihat ada banyak obat berserakan." "Apa?! Astaga! Kau cepat hubungi ambulans, aku akan menyusul ke sana!" seru Naira yang di setujui Irene di ujung sana. Ia pun buru-buru hendak turun, namun rasa nyeri di perut menghantamnya kembali. "Nai? Ada apa? Apa yang terjadi dengan papamu?" Ken ikut khawatir. "Papa, Ken ...Papa ...! Sepertinya Papa overdosis. Aku harus segera ke sana!" "Ah, ya Tuhan ..." Ken

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CLIX HADIAH UNTUK NAIRA

    "Halo ...selamat datang tuan Fred ..." sapa Wilson tersenyum merekah menyambut kedatangan pria tua yang membuat Naira membeku sesaat. 'Hah? Tuan Fred?! Tuan Wilson mengenalnya?!' Naira membatin dengan mata yang masih membelalak ketika melirik Ken yang juga menyalami Fred dengan sikap santainya. Seolah keakraban itu sudah terjalin lama. 'Apa ini sebuah kebetulan? Kenapa tuan Fred itu bisa begitu mudah bertemu lagi denganku setelah hari sebelumnya kami berpapasan?'. Dalam benaknya, ia teringat bagaimana awal mula pertemuannya di rumah sakit. Itu terjadi saat tuan Fred menjenguk Papa karena sudah menyelamatkan. Apakah dunia sesempit itu?! "Halo, kita bertemu lagi, Nona ..." Suara Fred tiba-tiba menghentikan lamunan Naira. "Ah! Tu-tuan Fred? Hai ...rupanya Anda sedang di rumah sakit juga, ya?" "Lho?!" Fred bertukar pandang menunjuk ke arah Ken dan Wilson. Namun, mata Wilson seakan memberi isyarat untuk tak terbaca. "Hahah

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CLVIII HADIAH UNTUK KEN

    Sorot cahaya putih tiba-tiba menyilaukan mata. Naira mengerjap-ngerjap memperjelas pandangan. Suhu ruangan itu terasa dingin. Bau aroma antiseptik sangat kental menusuk penciumannya. "Di mana aku?" "Kau sudah siuman, Nai?" Suara Ken terdengar serak. Nadanya penuh kecemasan. Ia menyentuh wajah Naira yang baru saja terbangun. "Jam berapa ini?" Sejenak Ken terdiam. Lalu, ia menatap lekat Naira. "Jam sembilan malam," jawabnya pelan. "Kau tadi pingsan di depan lift. Aku sangat panik ketika melihatmu tak sadarkan diri. Maaf, karena aku terlambat mengetahui kalau sebelumnya kau mengejar Mama dan Cath." Naira mengedarkan pandangannya. Tampak peralatan rumah sakit berjejer sesuai tempatnya. 'Ha? Aku di rumah sakit?' batinnya. "Aku cemas sekali saat di apartemen. Makanya aku telepon sopirku, lalu buru-buru membawamu ke sini." "Ha ... Ah ...ya, aku baru teringat," gumam Naira lirih, bangkit untuk duduk. Namun, saat tu

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CLVII DI ANTARA TIGA WANITA

    "Kakak ...." panggil Cath menghampiri Ken, sambil terisak memegang pipinya yang terkena tamparan Naira. 'Syukurlah, Ken melihatnya langsung bagaimana perbuatan Naira,' batin Jasmine, meremas jemarinya di dada. Sementara Naira menelan kasar salivanya. Ken datang, disaat ia reflek menampar Cath yang bicara keterlaluan padanya. "Kakak ...lihat! Wanita penipu itu menamparku ...pipiku sakit sekali...dia sudah keterlaluan, Kak!" rengek Cath merasa tersakiti. Naira hanya menggelengkan kepalanya. Ingin rasanya menjelaskan, namun suaranya seakan tercekat ketika tatapan Ken memicing tajam padanya. Ken mengabaikan rengekan adiknya. Ia langsung berjalan mendekat ke arah Naira yang mulai terlihat gugup dan cemas. "Ken ...bukan maksudku ..." Suara Naira terdengar pelan. Namun, tiba-tiba, tangan Ken memegang lembut bahunya. Naira menatap dalam kebisuan saat mata Ken lekat menatapnya. "Maafkan adikku, Nai ..." Sontak, Cath dan Jasmine tercengang mendengar kalimat yang baru saja keluar dari m

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CLVI SETERU

    "Mama ...?! Cath ...?!" "Kenapa? Kau terkejut dengan kedatangan kami?!" Naira spontan menggeleng. "Ah, tidak! Hanya saja ...apakah Ken tahu kalian ada di sini?" Suaranya terdengar rendah. Cath tersenyum menyeringai. "Memangnya perlu ya, seorang adik dan Mamanya datang harus meminta izin pada kakaknya?! Bukankah, dulu saat kau menjebak kak Ken, kami tak perlu meminta izin padanya saat kau sedang menjalankan aksi?!" Dahi Naira sedikit berkerut. Ia menatap keduanya berjalan mendekat ke arahnya. Jasmine, menepuk lembut bahu Naira, namun dengan sentuhan yang tersirat. Ia mendekatkan kepalanya sambil berbisik menekankan, "Mama tebak, kau datang ke sini karena sesuatu, kan? Tampaknya, wajahmu terlihat berseri. Seperti sebuah kabar baik datang padamu. Apakah benar dugaanku?" Deg! Jantung Naira mencelos. 'apa maksud ucapan Mama? Apa itu artinya mereka juga mengeta

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CLV HADIAH TAK TERDUGA

    Di sebuah taman tak jauh dari apartemen Naira, Irene menemui sahabatnya sedang duduk dalam lamunan. Sambil menyodorkan satu kaleng minuman dingin, dia duduk di sampingnya. "Minumlah. Ini tak ada sodanya. Aman untuk ibu hamil." Naira melirik ke arah minuman itu, lalu pelan menerimanya. "Terimakasih," ucapnya terdengar lesu. Irene meneguk minuman miliknya, lalu terdengar desahan napas panjangnya. "Jika aku berada di posisimu, aku juga pasti akan sulit menentukan pilihan, Nai. Papamu sudah merawat dan menjadi peran ayahmu selama 20 tahun. Jadi, perasaan merelakan itu takkan mudah ia lakukan. Itulah kenapa, beliau masih menyembunyikannya selama ini." Naira ikut membuka tutup kaleng minumannya, lalu meneguknya juga hingga tersisa setengah. Sambil menarik napas panjangnya, ia mengatakan dengan lesu,"Ya. Aku tahu itu, Ren. Hanya saja, menurutku Papa dari dulu belum berubah. Keegoisannya selalu menukar apa yang harusnya jadi pilihanku, dengan apa yang harus kuturuti. Aku hanya sedikit k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status