Home / Romansa / Kontrak Pemikat CEO Dingin / BAB II MALAM KEJADIAN

Share

BAB II MALAM KEJADIAN

Author: Ilastriasanim
last update Last Updated: 2025-01-23 15:02:52

Situasi bar cukup ramai, orang-orang dengan segala suasana hatinya menduduki tiap kursi yang mengelilingi meja bulat. Berbagai minuman keras dan makanan ringan mengisi hampir separuh meja di bar itu. Di antara deretan pengunjung, Kendrick dan Andrew tengah menikmati wiski. Andrew yang memegang botolnya dan Ken yang terus menerus meminta gelasnya untuk diisi.

"Ken, kau sudah terlalu banyak minum. Dua botol sudah kau habiskan,"

"Sudahlah ... di luaran sana banyak wanita seperti Laura. Kau tak perlu sepatah hati ini sampai harus menghabiskan banyak gelas dan membuatmu mabuk tak karuan,"

"Setelah ini, saya akan kenalkan kamu pada gadis-gadis cantik kenalanku." Andrew terus membujuk Ken untuk berhenti minum.

"Diam, kau! Ka-lau kau tak su-ka Ndrew, kau pu-lang sa-ja. Biar saya ...sendiri! Saya ingin ...sen ...di ...ri ..." ucap Ken meracau sedikit terbata-bata.

Andrew menepuk keningnya merasa menyesal sudah membawa Ken ke bar miliknya.

"Kalau tahu kau sampai begini, lebih baik kau kulempar ke tempat pacuan kuda saja," Andrew menggerutu sendiri melihat tingkah Ken yang mabuk terkulai, meracau mengata-ngatai mantannya yang bernama Laura.

"Laura ...jangan tinggalkan aku, Sayang ...aku janji, setelah ini kita bertemu ... "

Ken terdiam sejenak, " Bertemu ...siapa ya tadi?"

"Hahaha ..." Ken tertawa terbahak-bahak.

Andrew yang mendengarnya mulai menutupi sedikit wajahnya, khawatir jika para pengunjung sekitar memperhatikan tingkah aneh Ken. Ini akan merepotkannya di kemudian hari, karena citranya sebagai pria tampan pemilik bisnis bar dan resto serta hotel yang banyak cabangnya bisa terpengaruh akibat perilaku Ken malam ini.

"Ayolah Ken, please ..." bisik Andrew memohon,

"Kau kuantar pulang saja ya, saya sudah muak melihatmu."

Andrew mencoba mengangkatnya, tapi badan Ken yang lebih tinggi lima sentimeter dari dirinya, terasa begitu berat dan kewalahan. Ia pun memanggil seorang pelayan pria untuk membantunya menyeret.

"Antarkan pria malang ini ke kamar nomor 123."

Pelayan pria itu mengangguk dengan sigap berusaha menyeret tubuh Ken yang terkulai lemas. Sepanjang perjalanan masuk ke kamar hotel, Ken tetap meracau tidak jelas kemana-mana sambil memanggil nama 'Laura' berkali-kali.

Andrew menarik napas panjang setelah kepergian Ken. Merasa lega dan tidak mau ambil pusing dengan perilaku sahabatnya, ia pun bergegas keluar dari bar untuk pulang.

Sementara di sudut meja lain, dua gadis cantik dan seksi sedari awal sudah mengamati mereka. Kedua gadis itu saling berbisik dan melihat Andrew keluar dari bar. Mereka segera menjalankan aksinya mengikuti pelayan pria yang menyeret tubuh Ken masuk ke kamar 123.

Sejak mendekati pintu kamar nomor 123, entah Tuhan sedang membiarkan kesempatan emas ini datang merestui aksi mereka atau memang sengaja iblis memberi jalan dan ikut tertawa. Karena salah satu dari mereka ternyata bisa masuk ke kamar Ken ketika pintu itu ternyata terganjal oleh ponsel yang berdering tergeletak, menjadi jalan masuk bagi gadis licik yang mengharapkan sesuatu dari Ken. Gadis itu bernama Cleopatra, berumur 27 tahun yang mengubah diri menjadi sosok Naira yang liar.

Mulai malam ini, ia akan menjadi sosok Naira yang bekerja di dunia gelap dan instan. Meskipun ia tahu, ini pertama kalinya dalam hidup melakukan hal gila di luar kepribadiannya. Namun, demi rencana seseorang yang menjanjikannya akan memberikan sejumlah uang yang banyak, Ia bertekat harus melakukannya. Jangan sampai gagal karena ini menyangkut hidup dan matinya selama ini.

Dengan senyumnya yang memikat, pemilik tubuh indah dan molek ini, Naira mulai melucuti pakaian luarnya dan kemeja milik Ken hingga menampakkan dada bidangnya yang putih bersih, ditambah area perutnya yang membentuk kotak-kotak bak roti sobek membuat mata Naira terpana. Jemari tangannya sedikit gemetar, pelan-pelan menyentuh area dada Ken. Takut sekali jika Ken terbangun dan rencananya bisa saja gagal.

Karena ini pertama kalinya bagi Naira menyentuh kulit pria secara dekat, membuat Ken yang tertidur mabuk refleks menarik tubuh Naira. Menindihnya dan memeluknya. Naira terperanjat tak siap dan tak berkutik begitu Ken mendekapnya sangat erat, memunculkan otot-otot lengannya yang kencang sambil bergumam memanggil nama "Laura".

Kepala Naira mendongak ke arah wajah Ken yang tampan. Bak terkena sihir, ia mengamati dari alisnya yang hitam tebal terbentuk sempurna, bulu mata panjang, hidungnya yang mancung, dan bibir bawahnya yang tebal sedikit berwarna pink. Tak hanya itu, wajahnya sangat proporsional karena rahangnya yang tegas. Naira menelan salivanya, untuk beberapa saat Naira merelakan dirinya dalam pelukan Ken.

"Tuan, bekerjasamalah denganku malam ini. Hanya untuk kali ini," bisik Naira pelan.

"Aku butuh uangmu, maaf ..."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CLX OVERDOSIS

    "Tawamu terdengar mencurigakan, Ken? Apa kau sedang menyembunyikan hal lain dariku?" "Apa?! Ti-tidak! Bukan apa-apa, hanya saja tuan Fred adalah sahabat Papa dan juga tuan William yang kumaksud sepuluh tahun yang lalu." Naira membelalak. "Ja-jadi ..." "Ya, beliau juga ada di sana pada hari itu. Dan beliaulah, yang membantu permodalan perusahaan Papa dan juga—" Tiba-tiba suara ponsel Naira berdering, menghentikan kalimat Ken yang sempat terputus. Naira menatap layar, Irene meneleponnya. "Halo, Ren, ada apa?" "Nai, gawat! Papa mengeluarkan busa di mulutnya. Aku melihat ada banyak obat berserakan." "Apa?! Astaga! Kau cepat hubungi ambulans, aku akan menyusul ke sana!" seru Naira yang di setujui Irene di ujung sana. Ia pun buru-buru hendak turun, namun rasa nyeri di perut menghantamnya kembali. "Nai? Ada apa? Apa yang terjadi dengan papamu?" Ken ikut khawatir. "Papa, Ken ...Papa ...! Sepertinya Papa overdosis. Aku harus segera ke sana!" "Ah, ya Tuhan ..." Ken mengusap k

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CLIX HADIAH UNTUK NAIRA

    "Halo ...selamat datang tuan Fred ..." sapa Wilson tersenyum merekah menyambut kedatangan pria tua yang membuat Naira membeku sesaat. 'Hah? Tuan Fred?! Tuan Wilson mengenalnya?!' Naira membatin dengan mata yang masih membelalak ketika melirik Ken yang juga menyalami Fred dengan sikap santainya. Seolah keakraban itu sudah terjalin lama. 'Apa ini sebuah kebetulan? Kenapa tuan Fred itu bisa begitu mudah bertemu lagi denganku setelah hari sebelumnya kami berpapasan?'. Dalam benaknya, ia teringat bagaimana awal mula pertemuannya di rumah sakit. Itu terjadi saat tuan Fred menjenguk Papa karena sudah menyelamatkan. Apakah dunia sesempit itu?! "Halo, kita bertemu lagi, Nona ..." Suara Fred tiba-tiba menghentikan lamunan Naira. "Ah! Tu-tuan Fred? Hai ...rupanya Anda sedang di rumah sakit juga, ya?" "Lho?!" Fred bertukar pandang menunjuk ke arah Ken dan Wilson. Namun, mata Wilson seakan memberi isyarat untuk tak terbaca. "Hahah

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CLVIII HADIAH UNTUK KEN

    Sorot cahaya putih tiba-tiba menyilaukan mata. Naira mengerjap-ngerjap memperjelas pandangan. Suhu ruangan itu terasa dingin. Bau aroma antiseptik sangat kental menusuk penciumannya. "Di mana aku?" "Kau sudah siuman, Nai?" Suara Ken terdengar serak. Nadanya penuh kecemasan. Ia menyentuh wajah Naira yang baru saja terbangun. "Jam berapa ini?" Sejenak Ken terdiam. Lalu, ia menatap lekat Naira. "Jam sembilan malam," jawabnya pelan. "Kau tadi pingsan di depan lift. Aku sangat panik ketika melihatmu tak sadarkan diri. Maaf, karena aku terlambat mengetahui kalau sebelumnya kau mengejar Mama dan Cath." Naira mengedarkan pandangannya. Tampak peralatan rumah sakit berjejer sesuai tempatnya. 'Ha? Aku di rumah sakit?' batinnya. "Aku cemas sekali saat di apartemen. Makanya aku telepon sopirku, lalu buru-buru membawamu ke sini." "Ha ... Ah ...ya, aku baru teringat," gumam Naira lirih, bangkit untuk duduk. Namun, saat tu

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CLVII DI ANTARA TIGA WANITA

    "Kakak ...." panggil Cath menghampiri Ken, sambil terisak memegang pipinya yang terkena tamparan Naira. 'Syukurlah, Ken melihatnya langsung bagaimana perbuatan Naira,' batin Jasmine, meremas jemarinya di dada. Sementara Naira menelan kasar salivanya. Ken datang, disaat ia reflek menampar Cath yang bicara keterlaluan padanya. "Kakak ...lihat! Wanita penipu itu menamparku ...pipiku sakit sekali...dia sudah keterlaluan, Kak!" rengek Cath merasa tersakiti. Naira hanya menggelengkan kepalanya. Ingin rasanya menjelaskan, namun suaranya seakan tercekat ketika tatapan Ken memicing tajam padanya. Ken mengabaikan rengekan adiknya. Ia langsung berjalan mendekat ke arah Naira yang mulai terlihat gugup dan cemas. "Ken ...bukan maksudku ..." Suara Naira terdengar pelan. Namun, tiba-tiba, tangan Ken memegang lembut bahunya. Naira menatap dalam kebisuan saat mata Ken lekat menatapnya. "Maafkan adikku, Nai ..." Sontak, Cath dan Jasmine tercengang mendengar kalimat yang baru saja keluar dari m

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CLVI SETERU

    "Mama ...?! Cath ...?!" "Kenapa? Kau terkejut dengan kedatangan kami?!" Naira spontan menggeleng. "Ah, tidak! Hanya saja ...apakah Ken tahu kalian ada di sini?" Suaranya terdengar rendah. Cath tersenyum menyeringai. "Memangnya perlu ya, seorang adik dan Mamanya datang harus meminta izin pada kakaknya?! Bukankah, dulu saat kau menjebak kak Ken, kami tak perlu meminta izin padanya saat kau sedang menjalankan aksi?!" Dahi Naira sedikit berkerut. Ia menatap keduanya berjalan mendekat ke arahnya. Jasmine, menepuk lembut bahu Naira, namun dengan sentuhan yang tersirat. Ia mendekatkan kepalanya sambil berbisik menekankan, "Mama tebak, kau datang ke sini karena sesuatu, kan? Tampaknya, wajahmu terlihat berseri. Seperti sebuah kabar baik datang padamu. Apakah benar dugaanku?" Deg! Jantung Naira mencelos. 'apa maksud ucapan Mama? Apa itu artinya mereka juga mengeta

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CLV HADIAH TAK TERDUGA

    Di sebuah taman tak jauh dari apartemen Naira, Irene menemui sahabatnya sedang duduk dalam lamunan. Sambil menyodorkan satu kaleng minuman dingin, dia duduk di sampingnya. "Minumlah. Ini tak ada sodanya. Aman untuk ibu hamil." Naira melirik ke arah minuman itu, lalu pelan menerimanya. "Terimakasih," ucapnya terdengar lesu. Irene meneguk minuman miliknya, lalu terdengar desahan napas panjangnya. "Jika aku berada di posisimu, aku juga pasti akan sulit menentukan pilihan, Nai. Papamu sudah merawat dan menjadi peran ayahmu selama 20 tahun. Jadi, perasaan merelakan itu takkan mudah ia lakukan. Itulah kenapa, beliau masih menyembunyikannya selama ini." Naira ikut membuka tutup kaleng minumannya, lalu meneguknya juga hingga tersisa setengah. Sambil menarik napas panjangnya, ia mengatakan dengan lesu,"Ya. Aku tahu itu, Ren. Hanya saja, menurutku Papa dari dulu belum berubah. Keegoisannya selalu menukar apa yang harusnya jadi pilihanku, dengan apa yang harus kuturuti. Aku hanya sedikit k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status