Share

02 | Keputusan gila

Serena dibawa oleh Javier ke salah satu restoran untuk makan siang, mereka duduk berhadapan. Sementara Lika disuruh Vier untuk kembali ke kantor membuat surat kontrak kerja untuk entah gadis dari mana ini.

Serena masih bingung ia tiba-tiba di terima kerja oleh lelaki yang mengaku seorang ceo dari perusahaan yang awalnya menolak dirinya, baru beberapa jam lalu dia mendatangi kantor ini dan protes tak terima dengan keputusan mereka, namun kini dia berhadapan dengan lelaki yang dari tadi sibuk makan steak wagyu a5 dan segelas anggur di siang hari, bahkan tidak bertanya apakah Serena berniat memesan makanan atau tidak.

"Nama anda?" Tanya Javier datar.

"Serena." jawab Serena pelan.

Javier hanya mengangguk, dia tidak tersenyum. Hanya menatap gadis itu tajam.

"Nih," Lika datang ke meja Serena dan Javier sambil membawa map dan pulpen. "Sumpah kamu gila." Ucapnya duduk di samping Vier.

"Berisik," Javier merebut map dari tangan Lika. "Tanda tangan." Javier meletakan map di depan Serena.

"Ini apa?" Serena membuka map itu, bodohnya dia tidak membaca sedikitpun apa isinya.

"Kontrak kerja" Jawab Javier. "Anda bakal saya bayar seumur hidup, terjamin semua keperluan anda dan keluarga." Ucap Javier tegas.

"Seumur hidup?" Serena menandatangani kontrak kerja itu dan langsung diambil kembali oleh Javier "Emang kerjaan saya apa?"

"Aku yakin pasti nyesel." Ucap Lika sambil bersandar di kursi, sebagai sesama wanita menikah dengan CEO mungkin adalah sebuah impian. Menikah dengan Javier? sepertinya pilihan yang sangat buruk.

"Jadi istri saya." Javier tetap santai.

"Hah?!" Serena kaget sehingga pelanggan yang ada di sana melihat kearahnya. "Saya gak mau." Serena berdiri dan berniat pergi meninggalkan Javier dan Lika.

Javier tertawa kecil, "Anda udah tandatanganin kontraknya, kalau mau melakukan pembatalan kontrak secara sepihak akan denda sebesar 10jt rupiah dan jika tidak di bayar maka tahanan selama satu tahun penjara." Javier melipat tangannya di dada, mengangkat sebelah alisnya. Tersenyum kecil menunggu reaksi serena.

Serena diam lalu kembali duduk dengan kesal. Mungkin itu adalah hari paling sial dalam hidup Serena, keinginannya untuk terburu mendapatkan pekerjaan malah merusak segalanya.

"Hidup kamu hancur udah." Lika bertopang dagu. Ikut mengasihani nasib Serena.

"Dengar, saya juga gak mau nikah sama anda. Tapi saya harus nikah sama orang yang keluarga saya akan gak suka dan perceraian kita bisa jadi lebih cepat. Saya jamin kita gak akan pernah jadi suami istri beneran, bahkan bersentuhan saja enggak." Javier menegakkan duduknya.

"Kalau misalnya saya terima tawaran anda?" Serena menatap Javier.

"Kayak saya bilang tadi, hidup anda dan keluarga akan terjamin. Kalau nolak ya penjara." Javier tersenyum.

"Saya pikir-pikir dulu." Serena langsung pergi meninggalkan Lika dan Javier.

"She is so dumb waktu gak baca dulu kontraknya dan langsung tanda tangan." Ucap Javier sambil tertawa melihat ke arah Lika.

"Oh Javier, your such an asshole." Lika menghembuskan nafasnya dan menatap Javier prihatin lalu bangkit dan keluar tak memperdulikan Javier.

Javier meninggalkan beberapa lembar dollar lalu berlari mengejar Lika "Ka, ini demi perusahaan kita." Javier menarik lengan Lika.

"Perusahaan sih perusahaan, kalau papa sama mama kamu tau habis kita. Bukan cuman kamu yang habis Vier, aku juga." Lika masuk ke mobil Javier.

"Mereka gak bakal tau." Javier juga masuk ke mobil dan kembali ke kantor bersama Lika.

***

Serena memikirkan penawaran Javier, ia ingin menolak kontrak tak masuk akal itu. Tapi dia juga bukan orang dengan pengetahuan hukum yang bisa mengerti masalah kontrak. Serena hanya lulusan SMK dan tidak punya perlindungan siapapun selain dirinya sendiri, belum lagi dia harus melindungimu adiknya. Tidak mungkin Serena melawan orang kaya seperti Javier, tetapi menjadi istri seseorang tidak semudah itu. Apalagi istri dari lelaki sombong yang jauh dari tipe idaman Serena.

"Kafeel!" Serena membuka pintu rumahnya yang sederhana namun sangat nyaman, setelah tamat SMK Serena meninggalkan panti asuhan dan tinggal berdua dengan adik angkatnya Kafeel, dia yang harus bertanggung jawab membiayai sekolah Kafeel. Sudah banyak pekerjaan kasar yang pernah Serena kerjakan dan beberapa bulan lalu dia mencoba mencari peruntungan bekerja di kantor memanfaatkan jurusan perkantoran yang dia ambilk sewaktu sekolah. Sekarang ada Javier yang menawarkannya pekerjaan tetapi pekerjaannya tidak normal.

"Apa?" Jawab Kafeel dari arah kamarnya.

"I miss you" Serena memeluk Kafeel yang sedang duduk di meja belajarnya dan menciumi pipi adiknya itu. Hanya Kafeel satu-satunya keluarga yang dia punya dari kecil, dari Kafeel bayi Serena lah yang menjaganya. Makanya itu setelah Serena keluar dari panti, dia memutuskan membawa Kafeel.

"Ewh," Kafeel menjauh dari pelukan kakaknya. "Nih, olimpiade sains tingkat internasional tapi biayanya pribadi dan agak mahal karena harus ke luar negeri." ia memberikan selembar kertas pada Serena.

Serena membaca kertas itu, ia terdiam sesaat. Kafeel punya kemampuan di atas rata-rata untuk anak seusianya, Serena mau Kafeel bisa mencapai mimpi dan pendidikan setinggi-tingginya dan tidak harus kerepotan kerja kasar seperti Serena.

"Aku gak usah ikut aja." ucap Kafeel pelan.

"Kok gitu?" Serena mengelus kepala Kafeel.

"Kalau gak ada uang gakpapa kok, lagian bisa cari lomba lain biar dapet sertifikat buat beasiswa kuliah." lelaki 16 tahun itu bisa membaca dari diamnya Serena kalau kakaknya tak punya banyak biaya.

"Enggak, kamu harus ikut ini dek." Serena memegang pundak Kafeel. "Kakak baru aja dapat kerja kok." Serena tersenyum.

"Beneran?" Kafeel tak percaya.

Serena mengangguk.

Kafeel langsung memeluknya. "Makasih kak Rena"

"Sama-sama," Serena mengusap pundak Kafeel. "tapi kerjaan kakak kayaknya di luar kota deh, jadi kamu sering sendiri di rumah gakpapa 'kan?"

Kafeel menghembuskan nafasnya berat, "Emang kerjaan apa?"

"Assisten pribadi gitu." Serena berbohong, ia tak ingin adiknya tau bahwa dirinya akan jadi istri seseorang.

"Kakak gak macam-macam kan?" Kafeel. menyipitkan matanya, menyelidik.

"Enggak lah." Serena menoyor kepala adiknya.

Kafeel tertawa. "Kirain kan, sering pulang ya."

"Iya adik" Serena tertawa sambil sengaja mengelus kepala Kafeel karena Serena tahu dia tidak suka diperlakuan seperti anak kecil.

Walaupun ia harus jadi istri orang yang tak di kenalnya sama sekali. Tapi, demi hidupnya dan Kafeel lebih baik Serena akan menerima penawaran Javier lagi pula nanti ia akan bercerai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status