Share

07 | Konsep Pernikahan

Hari ini Serena bisa istirahat sejenak dirumahnya, Kafeel yang sedang di Singapura membuatnya bisa menikmati waktu sendirian bersantai menonton televisi dan mungkin makan mie ayam favoritnya.

"Serena." Ketukan pintu terdengar dari arah luar beserta suara memanggil Serena, dia sudah tahu suara itu. Entah kegiatan apalagi yang harus Serena lakukan untuk memenuhi tugas sebagai calon istri seorang Javier Wijaya.

"Serena!" Panggilnya lagi.

"Sebentar!" Balas Serena ketus sambil berjalan ke pintu depan.

Saat Serena membuka pintu laki-laki itu sudah bersandar di dinding memakai kacamata hitam, tubuhnya lemas karena akibat pengar semalam yang belum sepenuhnya hilang.

"Lama banget sih buka pintunya." Ucapnya lalu berjalan masuk tanpa Serena persilahkan lebih dulu.

Javier langsung menuju kursi tamu di rumah Serena, kursi yang tidak sebanding dengan sofa di rumah keluarga Wijaya. Namun laki-laki itu sudah merebahkan badannya di sana.

"Sana siap-siap." Ucapnya pelan sambil memejamkan mata, kacamatanya sudah dia lempar sembarangan entah kemana.

"Ngapain?"

"Di rumah udah ada tim dari Bridestory, meeting buat konsep pernikahan." Kata Javier menjelaskan dengan malas, dia sepertinya tidak ada energi untuk sekedar berbicara.

"Javier!" Serena langsung duduk di kursi hadapan Javier, dia tidak mengira pernikahan ini akan sangat serius sampai harus memakai Bridestory untuk mempersiapkan pernikahan mereka. "Ini kita nikahnya ramean gitu?"

"Hmm." Jawabnya sambil tetap menutup mata.

"Jadi bakal ada prewedding, pengajian, dan lain-lain gitu? kayak pernikahan beneran?" Tanya Serena tak sabaran, dia kira ini hanya pernikahan antar keluarga yang cuman dihadiri keluarga Wijaya.

Javier menghembuskan nafasnya berat, dia duduk bersandar menatap Serena. "Namanya juga pernikahan Serena, ya pasti gitu. Mendingan kamu mandi ganti baju, kepala saya pusing."

Serena memajukan bibirnya cemberut, Javier malah tersenyum melihat itu. Dia tidak pernah melihat Serena seperti itu sebelumnya.

"Ih, orang kan cuman nanya." Ketus Serena pada dirinya sendiri, sebal.

"Kamu tuh suka ngomong sendiri ya?" Tanya Javier penasaran sambil menahan tawa, mengingat kejadian di lift juga Serena berbicara sendiri.

"Eh, enggak." Ucap Serena kikuk, dia memang sering berbicara sendiri karena dari kecil dia selalu mengandalkan dirinya sendiri, namun Javier adalah orang pertama yang menyadari kebiasannya itu.

Wanita itu beranjak ke dapur, mengambilkan segelas air putih dan satu buah pisang. "Nih makan, katanya bagus buat pengar."

Javier tersenyum hangat pada Serena, dia menegakkan duduknya dan langsung menyambut segelas air dari tangan Serena. "Terima kasih, Serena." Ucapnya.

Serena hanya mengangguk lalu segera hendak pergi bersiap ke kamar.

"Kok tau ini bagus buat pengar," Sambungnya lagi membuka kulit pisang. "Suka mabuk-mabukan ya?" Gurau Javier dengan senyum menyebalkan.

"Ih apaan sih, kamu kali suka mabuk-mabukan." Jawabnya sebal dan berlalu ke kamar meninggalkan Javier sendirian diluar.

Laki-laki itu awalnya hanya duduk memainkan handphone miliknya, namun lama-kelamaan dia juga bosan dan memilih berdiri melihat foto yang terpajang di rumah Serena.

Diantara banyak foto tersebut tidak ada foto orang lain selain Serena dan Kafeel, Javier jadi penasaran tentang orang tua Serena, tapi disaat yang bersamaan dia juga tidak mau lancang bertanya mengenai hal tersebut tanpa Serena menceritakannya sendiri.

"Ayo pergi." Ucap Serena keluar, dia terlihat sangat elegan dengan celana trouser dan kemejanya.

Javier langsung menampilkan senyumnya.

"Itu adik aku yang kemarin ke Singapura," Sebut Serena saat dia melihat Javier masih memperhatikan foto-foto dirinya dan Kafeel. "SMA kelas 11." Sambung Serena lagi sambil membereskan bantalan sofa diruang tamunya dan berdiri disamping Javier.

Laki-laki itu hanya mengangguk, berjalan keluar lebih dulu. "Dia ke Singapura liburan?" Tanyanya sambil menunggu Serena mengunci pintu.

"Olimpiade sains."

Javier mengangkat alisnya, dahinya berkerut. Dia kagum dengan kemampuan akademik Kafeel. "Nanti rencananya kuliah dimana?"

"Belum tau deh, dia belum ngomong mau kuliah dimana."

Javier tidak merespon lagi ucapan Serena, mereka langsung pergi menuju kediaman keluarga Wijaya, di mobil juga mereka hanya diam saja. Mau bagaimanapun mereka baru kenal beberapa hari, pasti masih ada canggung diantara keduanya.

Saat sampai di kediaman keluarga Wijaya sudah ada beberapa mobil terparkir, namun tidak seramai saat pesta kemarin. Mira dan Devandra juga sudah pulang dari Jogja, hari ini memang akan ada pertemuan keluarga membicarakan konsep pernikahan Javier dan Serena.

Semua anggota keluarga Wijaya sudah hadir, ada Lika juga di sana untuk membantu Javier mengambil keputusan dan beberapa tim serta staff dari Bridestory yang membantu kelurga Wijaya merencanakan pernikahan anak tengah mereka.

Javier menggenggam tangan Serena, masuk menuju halaman belakang. Keluarga Wijaya sudah menyiapkan bufee untuk tamu-tamu yang datang hari ini, bahkan tasting food dan wedding cake untuk pernikahan juga dilakukan hari ini. Serena dan Javier tidak perlu repot berpergian memilih semua keperluan pernikahan mereka, berbagai konsep sudah didatangkan untuk Javier dan Serena.

Wanita itu terkejut saat mendapati banyak orang di halaman belakang rumah Javier, tidak sebanyak kemarin tapi mereka semua datang dengan persiapan. Berbagai gaun pengantin tersusun rapi dengan manequin di depan Mira yang sepertinya sedang memilih mana yang cocok untuk Serena, berbagai makanan dan wedding cake sedang dicicipi, beberapa contoh undangan hingga souvernir sudah ada disana. Serena merasakan jantungnya berdegup, nafasnya tertahan. Dia tidak tahu semuanya akan seserius ini.

"Nafas." Bisik Javier pelan padannya dan mengusap perlahan punggung wanita tersebut.

Serena memandangi Javier sesaat, mengembuskan nafasnya perlahan.

"Serena!" Kezia dan Yara langsung mendatangi Serena.

"Sana kamu, ini masalah perempuan." Yara mendorong Javier yang dari tadi berdiri disamping Serena, berusaha menenangkan gadis itu.

"Iya, cerewet." Javier langsung menuju Kai yang sedang sibuk mencicipi tiap makanan yang akan disediakan untuk pernikahan Javier dan Serena nanti.

"Emang gini kok Serena, jaman aku juga gini." Ucap Keiza, berusaha menenangkan Serena.

"Iya, aku juga." Tambah Yara. "Mama open minded kok, kalau gak mau ikutin konsepnya mama bisa kamu bilang kamu maunya gimana." Sambungnya lagi.

Serena bukan tidak mau dengan konsep yang sudah disiapkan oleh Mira untuk pernikahannya, dia kaget karena tidak menyangka kontrak kerja untuk menikah dengan Javier ternyata hal yang sangat serius, dia merasa takut mempermainkan keluarga Wijaya yang sudah mempersiapkan semua hal untuk putra mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status