Share

06 | The engagement party

"Javier!!" Riuh teriakan langsung terdengar begitu Serena dan Javier memasuki area rumah keluarga Wijaya.

Meja disjoki ditengah-tengah dengan musik menggema, satu meja penuh berisi berbagai minuman alkohol, berbagai orang yang Serena kenal menari bahkan ada sebagian yang berenang di kolam kediaman keluarga Wijaya.

Javier melepaskan tangan Serena dan segera berlari menemui teman-temannya, sementara Serena ditinggalkan sendirian. Wanita itu hanya terdiam sendirian, dia tidak nyaman dengan musik yang terlalu nyaring. Keiza, Yara, dan Lika juga belum kelihatan.

"GUYSSS!" Tiba-tiba suara Kai terdengar dari arah meja disjoki. "MY BROTHER IS GETTING MARRIED!"

Riuh tepuk tangan langsung terdengar, Javier di tarik menuju meja disjoki untuk memberikan pengumuman pernikahannya yang mungkin sudah dipersiapkan oleh keluarga Wijaya yang saat ini sedang di Jogja.

"Gue tahu ini berita buruk buat kalian karena the hottest man alive, Javier Wijaya finally sold out." Ungkap Javier dengan mic sambil tersenyum lebar menatap beberapa orang yang memang terlihat sedih karena gagal menjadi pasangan dari seorang Javier Wijaya, sementara Serena memutar bola matanya.

"But," Sambungnya lagi. "Ini juga berita buruk buat Serena, karena she's stuck with the hottest man alive forever!" Javier memberikan mic pada Kai, dia turun dari meja disjoki dan berjalan ke arah Serena yang menatapnya bingung.

Laki-laki itu tidak berniat berhenti berjalan walau jarak mereka sekarang sudah sangat dekat, "Thanks for stuck with me Serena." Ucapnya lalu mencium bibir Serena, mata Serena membulat. Apa maksudnya? Kenapa tiba-tiba Javier menciumnya?

Javier tidak berniat menjauhkan dirinya dengan segera, dia menarik lengan Serena untuk melingkar di tengkuknya sementara tangannya menarik tubuh Serena lebih dekat dan bersentuhan dengannya. "Just enjoy it." Bisiknya perlahan.

Serena hanya menutup matanya, menikmati momen itu seperti yang Javier perintahkan. Ciuman pertamanya hanya sebuah kebohongan.

Pesta berlanjut, Javier sedari tadi merangkul Serena kemanapun dia pergi. Mengenalkan gadis dengan bangga pada teman-temannya, apalagi di sana juga banyak teman Aidan yang datang sehingga dia bisa menyombongkan diri.

"Aku ke sana dulu." Bisik Serena pada Javier, wanita itu sudah kehabisan energi untuk berkenalan sana sini.

"Hah?!" Javier berteriak karena musik yang terlalu kencang.

Serena mengembuskan nafasnya, ia mendorong tubuh Javier pelan lalu berjalan ke sofa di pojok ruangan. Javier mengerutkan keningnya, ia menyusul Serena dan duduk bersebelahan.

"Kenapa kamu?" Tanya Javier sambil terus meneguk bir langsung dari botolnya, entah sudah berapa banyak jenis alkohol yang dia konsumsi.

"Aku gak biasa sama musik kencang-kencang gitu." Jawab Serena datar.

Javier mengangguk, ia mengeluarkan earphone dari sakunya dan menyambungkan ke handphone miliknya lalu ia pasang di kedua telinga Serena.

Serena tersenyum melihat Javier memasangkan earphone padanya, tak di sangka orang menyebalkan ini bisa bersikap sangat lembut dan pengertian.

"Gimana?" Tanya Javier.

Serena tersenyum, lalu mengangguk. "Makasih" ucapnya perlahan.

"Sini handphone barunya." Javier mengambil handphone dari tas yang di pakai Serena. "Let's take a picture." Ucap Javier sambil membuka kamera, ia mendekatkan wajahnya ke Serena dan mengambil selfie.

Javier mengambil banyak selfie, dia bahkan mengunggahnya di akun sosial media miliknya dan tidak lupa menandai Serena. "Repost." Ketusnya menyuruh Serena.

Serena terkekeh, dia tersenyum memandangi lelaki itu. Dia tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu dari laki-laki manapun.

"Sorry tadi saya cium kamu," Bisik Javier sambil menyengir kuda. "Khilaf, lagian kamu cantik banget hari ini." ia menggaruk tengkuknya.

Serena ingin marah pada awalnya tetapi kalimat Javier membuatnya salah tingkah dan tak tahu harus berbuat apa, "Ehm, aku mau ambil minum dulu." Serena bangkit dan berjalan entah kemana.

"Serena," Panggil Javier sambil tertawa. "Nih minumnya." ia mengangkat gelas minuman yang ada di atas meja tempat Serena duduk.

Serena menggaruk kepalanya. "Ke toilet dulu." Dia mencari alasan dan berjalan cepat meninggalkan Javier.

"Ren!" Panggil Javier lagi. "Toiletnya ke arah kiri bukan kanan" Javier menahan tawanya sambil menunjuk arah yang benar kepada Serena yang salah jalan, wanita itu salah tingkah.

Serena hanya tertunduk malu, ia berbalik mengikuti arah yang ditunjuk oleh Javier. Dia segera masuk ke toilet dan mengunci dirinya.

"Gak boleh!" Serena melihat dirinya sendiri di cermin. "lo gak boleh baper Serena! Dia gak pantas buat elo dan dia cuman orang nyebelin yang ngasih lo pekerjaan, dia begitu cuman karena pengaruh alkohol, gak lebih dan gak kurang." Serena berucap pada dirinya sendiri di depan kaca, meyakinkan hatinya yang sudah mulai tidak karuan karena sikap Javier.

Serena memejamkan matanya, menghembuskan perlahan-lahan nafasnya. "Bisa! lo bisa Serena, jangan biarin keadaanya kayak tadi. Dia cuman bercanda." Serena berbalik, ia membuka pintu toilet dan berjalan dengan percaya diri ke tempat orang-orang tengah berpesta dan ikut menari di tengah-tengah ruangan.

"Yeaaaaaah! Serena!" Teriak Kai saat Serena bergabung dengannya dan yang lainnya.

Javier yang melihat itu tersenyum, ia bangkit perlahan dan berjalan pelan kearah Serena yang mulai menikmati musik dan suasana di pesta itu.

"Tahan juga kamu sama godaan saya!" Teriak Javier di kuping Serena.

"Hah?!" Serena pura-pura tidak mendengar apa yang diucapkan oleh Javier.

Javier mengangguk-angguk melihat Serena, ternyata gadis itu cukup pintar mengatasi perlakuan Javier tadi yang memang disengaja olehnya. Serena juga mulai menikmati suasana party tersebut, dia minum lebih banyak dan mulai membiasakan diri dengan lingkungan Javier.

Hampir tengah malam baru keriuhan di rumah keluarga Wijaya berhenti, semua tamu-tamu pulang satu persatu. Disjoki sudah berhenti memutar musik, tinggal beberapa orang dekat dan keluarga Wijaya yang tinggal.

"Yang nyuruh party beresin." Suruh Kai pada Javier yang sudah tersandar di kursi.

"Panggil bersih-bersih online aja." Javier yang merasa kalimat itu ditujukan untuknya tak mau ambil pusing, ia bangkit dan berjalan sempoyongan menuju kamarnya.

"Heh!" Teriak Keiza, adik ipar Javier. "Ini Serena siapa yang anterin pulang."

"Aku pulang naik taksi online aja." Jawab Serena langsung, sementara Javier sudah menghilang di balik tangga.

"Jangan Serena," Yara ikut melarang Serena melakukan hal itu, "masa Vier gitu sih sama pacarnya?" Yara menyikut Aidan.

"Gakpapa kok kak, aku yang mau." Serena tetap bersikeras.

"Aku yang antar aja." Ucap Gerlan spontan, lalu tersenyum kearah Serena.

Gerlan adalah sahabat Javier sedari SMP.

Aidan melihat ke arah Serena, "Gakpapa Serena?" Tanyanya.

"Ehm..." Serena ragu karena dia belum kenal dekat dengan Gerlan.

Lika yang datang dari belakang merangkul Serena. "Iya sama kita aja." Lika tersenyum meyakinkan Serena.

"Oke deh." Serena langsung mengiyakan karena akan ada Lika di mobil tersebut, dia jadi merasa lebih aman.

Mereka pamit kepada Kai dan Keiza sementara Aidan dan Yara juga pulang lebih dulu karena mereka sudah lama meninggalkan Jaden di rumah bersama baby sitter. Sedangkan Javier, tentu saja tidak peduli dengan siapa yang pergi dan datang.

Saat di mobil Gerlan semuanya biasa saja, Gerlan yang hampir setiap menit menjadi korban ejekan Lika karena dirinya menjomblo selama hidupnya. Dia tidak pernah pacaran.

"True love juga gak bakal datang kalau gak di jemput!" Ucap Lika membantah alasan Gerlan yang tidak ingin pacaran jika tidak menemukan cinta sejatinya.

"Aku gak mau buang-buang waktu kalian!" Balas Gerlan.

"Alasan, dasar jomblo!" Lika melihat Gerlan sambil tertawa kecil. "jomblo, jomblo, Gerlan jomblo!" Ejeknya berulang-ulang di telinga Gerlan.

"Apa salahnya jomblo?" Tanya Serena tiba-tiba.

Gerlan melihat Serena dari spion depan, perlahan menyunggingkan senyumannya. "Akhirnya ada orang normal juga." ucap Gerlan sambil memberikan tangan kirinya ke belakang untuk tos pada Serena.

"Kalian berdua aja yang gak normal, udah stop sini gue udah di jemput." Like menyuruh Gerlan memberhentikan mobilnya.

Gerlan berhenti di pinggir jalan, sementara Lika turun dari mobil dan akan pindah ke mobil depan yang memang sudah berhenti lebih dulu ketimbang mereka.

Serena membuka kaca mobil. "Loh, mau kemana?"

Lika hanya melambaikan tangannya sambil tersenyum, "Dah Serena." Ucapnya.

"Mau ngedate dia." Jawab Gerlan sambil menunggu mobil yang membawa Lika untuk jalan lebih dulu.

"Kenapa gak dijemput dari rumah Javier aja?" Tanya Serena penasaran.

"Hubungan dia complicated." Jawab Gerlan.

"Ooh." Serena tidak bertanya lagi, dia tidak ingin tahu mengenai hubungan orang-orang disekitar Javier, dia ada disana juga karena bekerja.

Anehnya Gerlan tak menyuruh Serena pindah ke kursi saat Lika sudah tidak di mobil, ia melanjutkan perjalanan ke daerah rumah Serena yang memang sudah di sebutkan saat awal.

"Rumah yang mana?" Tanya Gerlan pelan sambil membuka kaca mobilnya.

"Itu depan, sebelah kiri" Serena menunjuk rumahnya.

Gerlan memajukan sedikit mobilnya, ia berhenti tepat di depan rumah Serena. "Ok." Gerlan melihat kearah Serena lalu tersenyum.

"Makasih Gerlan." Serena membalas senyuman laki-laki itu lalu keluar dari mobilnya.

"Bintang 5 ya kak." Gurau Gerlan saat Serena sudah turun.

Serena hanya tersenyum kecil mendengar gurauan Gerlan.

"Serena," Sambungnya lagi.

"Iya?" Jawab Serena cepat.

"kalau Javier nyebelin bilang aku ya."

Serena tertawa, "Pasti." Ucapnya mengacungkan jempol.

Gerlan mengangguk melajukan mobilnya lebih duluan, meninggalkan kediaman Serena dengan perasan lebih hangat. Dia merasa Serena wanita yang berbeda dibandingkan wanita-wanita lain di lingkungannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status