Share

Chapter 5

Author: Asayake
last update Last Updated: 2025-01-27 23:46:48

Tanpa tahu apa yang terjadi, Audrey kini tengah terperangah takjub kala memasuki kamar yang akan ditempati.

Ruangan yang disebut kamar itu lebih luas dari gubuk tempatnya tinggal bersama Arman!

Di dalam kamar itu, barang-barang milik Aurelie juga sudah tertata rapi, sehingga Audrey tidak perlu menggunakan pakaian dekilnya lagi.

Dengan riang Audrey melompat naik ke ranjang yang luas, berguling-guling diatas atas lembutnya sprei.

Sejenak menikmati sesuatu yang selama ini tidak pernah dia dapatkan dalam hidupnya.

Andai saja Arman ada disini, dia pasti tidak akan lagi sakit sebadan-badan karena tidur diranjang sekeras batu.

Tanpa sadar Audrey tertawa, berpikir bahwa kini dia sedang terjebak dalam negeri dongeng. Dibandingkan seperti sedang disandera, justru Audrey merasa seperti sedang menikmati liburan mewah di sebuah hotel.

Brak!

“Setelah kehilangan kebebasan dan ingatan, apa sekarang kau sudah mulai gila?”

Suara dingin Dante berhasil menghentikan tawa Audrey, perlahan gadis itu bangkit dan duduk di sisi ranjang.

Suasana kamar berubah menjadi sunyi senyap.

Audrey meremas permukaan ranjang dengan kuat, menatap waspada Dante yang menutup pintu dan menguncinya, pria itu melangkah mendekat ke arahnya.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Audrey bernapas berat.

“Tentu saja menuntut tugasmu yang tertunda,” jawab Dante dengan tatapan merendahkan.

Deg!

Wajah Audrey berubah pucat pasi, jantungnya mulai berdebar kencang diserang kepanikan yang tidak mudah dikendalikan. Audrey bergeser menjauh dari jangkauan, namun Dante sudah lebih dulu menangkap pergelangan kakinya dan menarik Audrey untuk kembali mendekat.

Audrey menggeleng dan mulai menangis, tubuhnya menggigil ketakutan tidak dapat melepaskan kakinya dari cengkraman kasar Dante.

“Aku mohon, jangan!” rintih Audrey memohon belas kasihan.

Sayangnya, permohonan Audrey tidak ada artinya bagi Dante, pria itu tidak bergeming, mencengkram lebih kuat kaki Audrey setiap kali gadis itu memberontak berusaha melepaskan diri.

Isak tangisan Audrey terdengar, tubuh kecilnya menggigil tidak lagi mampu melawan kekuatan Dante.

“Tolong!” teriak Audrey beberapa kali, pandangannya mengabur berkabut lapisan air mata yang terus berjatuhan.

Tidak ada yang datang, tidak ada yang menolongnya.

Detik demi detik waktu berjalan begitu mencekam…

Mencabik jiwa Audrey yang polos dan lugu.

Dante tidak memiliki sedikitpun belas kasihan, dengan kasar dia meraih kedua tangan Audrey dan mengikatnya dengan simpul kain yang telah disiapkan.

Audrey menggeleng dengan berat dalam keadaan tangan yang sudah terikat, tidak memiliki banyak kemampuan untuk memberontak dari ketakutan yang semakin mencekiknya.

“Jangan! Aku mohon,” lirih Audrey berderai air mata, dengan lemah tubuhnya menggelinjang berusaha keras untuk melepaskan diri.

“Diam!” bentak Dante menggema, diraihnya wajah Audrey dengan satu cengkraman, lalu mengikat mulutnya dengan simpul yang lain agar Audrey yang Dante kira Aurelie itu berhenti bersuara dan berhenti mengganggu pendengarannya.

Lengkap sudah, kini bukan hanya tangannya saja yang terpenjara, mulutnya pun ikut dibungkam.

Dada Audrey sesak dan sakit, gadis itu mulai pasrah dan hanya bisa meratap tidak berdaya. Derai air mata yang berjatuhan menjadi saksi bisu bagaimana Dante Arnaud, lelaki kejam itu mulai melakukan tindakan tidak manusiawinya.

Mengoyak pakaiannya Audrey, tidak peduli meski itu membuat kulitnya terluka, menggaulinya dengan cara kasar, menulikan setiap rintihan kesakitan Audrey yang menderita diperlakukan seperti benda mati yang tidak berperasaan.

Tenggorokan Audrey mengering, matanya menatap nyalang langit-langit kamar yang beberapa kali mengabur dari pandangan. Gadis itu kembali merintih putus asa, meratapi kehancuran masa depannya.

Kehormatannya, kesuciannya telah direnggut dengan cara yang sadis.

Menorehkan sebuah luka dalam yang tidak akan pernah bisa Audrey lupakan sepanjang hidupnya.

Dunianya serasa runtuh, detik demi detik pergaulannya dengan Dante dia lalui hanya dengan merapalkan permohonan agar semuanya segera usai.

Audrey yang malang, dia terlalu lugu menerima tawaran wanita yang selama ini dia sebut sebagai ibu. Audrey tidak menyadari bahwa dunia ini sangat kejam, harusnya Audrey bisa menyadari ketidak tulusan ibunya sejak pertama kali dia menerima telepon dan membicarakan syarat.

Seorang ibu tidak mungkin menjerumuskan anaknya pada seseorang yang akan menghancurkan hidupnya.

Andai waktu bisa kembali diputar, Audrey akan menjual ginjalnya kepada siapapun demi ayahnya dibandingkan harus menjual kehormatannya.

Mengapa harus kehidupan seperti ini yang Audrey jalani? Apa sebenarnya dosa yang telah dia perbuat hingga harus melalui kemalangan seperti ini? Lebih menyakitkannya lagi, orang yang telah menjerumuskannya kedalam neraka ini adalah ibunya.

Perlahan mata Audrey terpejam, bernapas dengan lemah dan mulai kehilangan kesadarannya, tidak lagi mampu menahan sakit yang semakin parah.

Melihat tubuh Audrey yang jatuh tersungkur tidak sadarkan diri, Dante menghentikan aktivitasnya, masih dengan sikap dingin dan tidak berperasaan pria itu merapikan pakaiannya lagi.

Sekilas pria itu melihat tubuh kurus Audrey meringkuk dengan kedua tangan dan mulut terikat.

Dia terlihat rapuh dan tidak berdaya dalam keadaan pingsan bercak merah yang tertinggal di atas permukaan sprei.

Dante melepaskan ikatan di mulut dan tangan Audrey, pria itu menemukan ada jejak biru yang tertinggal di pergelangan tangan akibat gesekan.

Dante perlahan mundur menjauh dan membaringkan diri di sofa, menenangkan tubuhnya yang masih panas berada dipuncak gairah yang belum tertuntaskan karena Audrey terjatuh pingsan.

Deru napas kasar tidak beraturan terdengar di keheningan.

Dante menutupi matanya yang terpejam di bawah siku tangan, pria itu tengah berusaha menyingkirkan sebuah bayangan yang berhasil mengusiknya pikiran perasaannya.

Dante baru sadar bahwa gadis yang telah digaulinya adalah seorang perawan.

Tapi bagaimana bisa? 

Dante mengenal Aurelie Harper bukan hanya hari ini saja, lebih dari lima tahun lamanya Dante mengenal Aurelie dan mengetahui setiap kebiasaan kotornya.

Aurelie Harper bukan hanya sekadar gadis yang manja dan pembuat onar.

Dia juga seorang jalang yang selalu mengandalkan kecantikannya untuk mendekati berbagai pria.

Bahkan, Aurelie sudah beberapa kali terlibat skandal dengan pria dan menjalin hubungan liar dengan mereka--termasuk dengan adik Dante!

“Sebenarnya, permainan apa lagi yang ingin dilakukannya?” geram Dante.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kontrak Rahim Pengganti untuk Sang Pewaris   Chapter 188

    Dante melepas mantelnya dan menggantung kayu, dilihatnya suasana rumah yang sunyi sepi, dihiasi pohon natal yang menjulang tinggi disudut ruangan.Terakhir kali Dante meninggalkan rumah, Aurelie tidur didekat pohon itu untuk menikmati suhu hangat dari lampu-lampu yang menyala, Aurelie meminta Dante pulang lebih cepat dan membawa Audrey.Kali ini Dante tidak melihat keberadaannya.Dante tidak tahu bagaimana cara menjelaskan keadaan Audrey yang pergi entah kemana. Aurelie pasti akan mengamuk.Sudah Dante perintahkan beberapa orang untuk mencari keberadaan Audrey, namun semuanya membutuhkan waktu.Dante pergi menaiki satu persatu anak tangga menuju keberadaan kamar Aurelie.Suara muntahan terdengar cukup saat Dante membuka pintu kamar Aurelie, pria itu melangkah masuk ke dalam dan melihat ada bercak darah yang menodai lantai.Semakin jauh Dante berjalan, semakin jelas suara muntahan, pintu kamar mandi yang terbuka pun membuat Dante langsung melihat apa yang sebenarnya tengah terjadi saat

  • Kontrak Rahim Pengganti untuk Sang Pewaris   Chapter 187

    “Kenapa aku harus menunggu disaat aku bisa meraihnya?” tanya Dante.“Karena aku tidak percaya dengan perasaanmu Dante!” jawab Jach meremehkan, “pernahkah sekali saja kau bertanya pada Audrey tentang mimpinya, hal yang dia suka hingga hal yang paling dia benci didunia ini? Pernahkan kau bertanya apa yang bisa membuatnya bahagia? Kau hanya memikirkan kebahagiaanmu sendiri, tapi lupa bagaimana cara membahagiakannya.”Dante menarik napasnya dalam-dalam, dadanya tergores sakit mendengar pertanyaan Jach yang telah menampar dirinya dengan hal-hal sederhana.“Enam bulan kau meninggalkannya saat dia mengandung, aku mengerti kau mengurus isterimu karena saat itu kau masih belum tahu kebenarannya. Demi Tuhan, Dante! Sebenci apapun kau pada Aurelie Harper saat itu, kau sangat tercela karena menyiksa darah dagingmu dalam kandungan hingga dia mengalami kelaparan karena pengabaian! Aku saksi hidupnya, Audrey berjuang untuk mempertahankan Matthias dan berjuang untuk mempertahankan nyawanya sendiri de

  • Kontrak Rahim Pengganti untuk Sang Pewaris   Chapter 186

    Jach menghela napasnya dengan berat, memandangi rumah Audrey yang kosong sejak empat hari lalu. Setiap hari Jach datang untuk memeriksa, namun Audrey tidak kunjung terlihat, Audrey tidak bisa dihubungi, terakhir kali Audrey memberinya kabar empat hari lalu melalui pesan suara singkatnya. ‘Aku ingin pergi sejenak Jach, tidak perlu dicari. Jangan khawatir, aku hanya butuh waktu untuk berpikir.’ Pesan singkat itu Jach pikir hanya sebatas pemberitahuan biasa, sama seperti saat dia berpamitan untuk menemui Matthias di rumah sakit agar Jach tidak salah paham. Jach tidak menyangka bahwa pesan singkat itu justru membawa Audrey pergi lebih dari satu hari lamanya. Jach telah masuk kedalam rumah itu, tidak ada satupun hal yang aneh, semuanya tertata rapi dan Audrey pergi membawa tasnya dengan beberapa pasang pakaian, masalahnya Audrey mematikan handponenya sehingga tidak bisa dihubungi dengan cara apapun. Entah kemana perginya Audrey sekarang, Jach merasa jika kini gadis itu sedang

  • Kontrak Rahim Pengganti untuk Sang Pewaris   Chapter 185

    "Menurutmu aku ini cantik atau tidak?" tanya Aurelie mendesak.Dante mendengus kesal, sepanjang malam dia dan Audrey menunggu Matthias yang tengah sakit. Bisa-bisanya pertanyaan pertama yang terucap dari mulut Aurelie sesuatu yang sama sekali tidak ada hubungannya denga Matthias."Kau datang sejauh ini hanya untuk bertanya omong kosong ini padaku!" tegur Dante. "Lihatlah Matthias di dalam! Dia tengah sakit karena permen yang kau masukkan kedalam mulutnya."Aurelie mengerjap, teguran keras Dante mengingatkan alasan utamanya datang ditengah malam ke rumah sakit.Untuk Matthias..Pandangan Aurelie langsung tertuju pada dinding kaca yang memperlihatkan segalanya. Matthias yang berada diranjangnya, Audrey yang meringkuk di sofa, pandangan Aurelie berpindah pada Dante yang masih berdiri dihadapannya.Berkali-kali Aurelie melihat mereka bergantian dengan renungan. Lalu dilihatnya diri sendiri yang terpantul dalam bayangan dengan tangan gemetar, siapapun yang melihatnya, mereka pasti akan tah

  • Kontrak Rahim Pengganti untuk Sang Pewaris   Chapter 184

    “Kupegang kata-katamu Jach!” ucap Aurelie terdengar seperti ancaman.Jach mulai berbalik sepenuhnya dan menutup pintu mobil, pria menghadap Aurelie sekali lagi. Awalnya dia tidak ingin membuang waktu untuk bicara dengan Aurelie, namun sepertinya dia perlu menuntaskan sesuatu dan membuat perubahan agar berhenti berlarut-larut dalam ketidak pastian.Semua hal harus kembali pada tempatnya masing-masing.“Bagaimana denganmu sendiri Aurelie?” Jach balik bertanya, “apa kau yakin, kau ingin membuat Audrey dan Dante bersama?”Kepala Aurelie sedikit memiring, gadis itu sedang mencoba memahami akan kemana arah perkataan Jach selanjutnya jika dia menjawab. “Kau tidak memiliki perasaan apapun pada Dante setelah belasan hari kau menghabiskan waktu bersama dengannya?” tanya Jach sekali lagi, menguji kejujuran Aurelie yang hanya bisa dilihat dari sorot matanya.Deg!Kini giliran Aurelie yang dibuat terguncang oleh pertanyaan Jach. Apakah Aurelie memiliki perasaan pada Dante?Belasan hari setelah ti

  • Kontrak Rahim Pengganti untuk Sang Pewaris   Chapter 183

    Menyadari kedatangan Jach, Aurelie bergeser menjaga jarak, pria selalu membuatnya tidak nyaman karena intimidasi liar yang tidak terucap. Jach menyapukan pandangannya, melihat penampilan Aurelie yang hanya mengenakan gaun tipis dan sandal berbulu, tubuhnya bergerak gelisah dan matanya yang liar berusaha menghindari kontak mata menyiratkan bahwa dia sedang mengalami masalah. Perhatian Jach terpusat pada tangan kecilnnya yang gemetar memegang cerutu agar tidak jatuh dari genggaman. “Bagaimana kabar Matthias?” tanya Aurelie. “Baik-baik saja, tidak ada yang perlu kau khawatirkan,” jawab Jach menggantung, “harusnya kau masuk ke dalam, jika terlalu lama disini, kau akan bergabung dengan pasien lain karena hipotermia.” “Tutup mulutmu,” geram Aurelie kesal, dia sedang risau dan tidak berani menghadap Dante maupun Audrey, dengan entengnya Jach memintanya masuk. Jach berdecih menatap dingin, lebih dingin dari dinginnya salju yang berjatuhan. “Apa kau tidak bosan dan ingin terus se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status