Share

Kontrak Sandiwara Istri sang CEO
Kontrak Sandiwara Istri sang CEO
Author: Rindu_Mentari

Bab 1 Perselingkuhan

Author: Rindu_Mentari
last update Last Updated: 2024-04-18 09:32:44

"Apa yang sedang kalian lakukan di kamar kita, Mas?!" tanya Lily dengan wajah yang memerah akibat marah. Crish yang sedang melakukan hubungan intim dengan seorang wanita di dalam kamar tidur yang biasa di tempati Lily dengan Crish bergegas menghentikan gerakan pinggulnya, ia menoleh ke arah sumber suara dan betapa terkejutnya ia saat melihat Lily tengah menatapnya penuh dengan kemarahan.

"L-Lily?" ujar Crish gugup. Sementara wanita yang berada di bawah kungkungan tubuh Crish hanya tersenyum penuh kelicikan secara diam-diam.

Lily mengepalkan tangannya erat, matanya berkilat penuh amarah dan pengkhianatan. Tubuhnya bergetar, bukan karena lemah, tapi karena menahan diri agar tidak meledak lebih dari ini.

"Jadi, begini caramu menghargai hubungan kita, Crish?" suaranya rendah, tetapi penuh tekanan.

Crish bangkit dari tempat tidur dengan gerakan terburu-buru, mencoba menutupi tubuhnya dengan selimut. "Lily, aku bisa jelaskan—"

"Jelaskan apa?!" potong Lily tajam. "Apa yang perlu dijelaskan dari pemandangan menjijikkan ini?"

Wanita di ranjang itu, bukannya merasa bersalah, justru memperlihatkan senyuman mengejek. 

"Sepertinya kami melakukannya di waktu yang salah, ya?" ujarnya santai, sengaja memancing kemarahan Lily lebih jauh.

Lily menoleh tajam ke arahnya, wajahnya dingin.

"Kamu benar-benar tidak tahu malu. Berani-beraninya kamu menginjakkan kaki di kamar ini," katanya penuh kebencian.

Crish mencoba mendekati Lily, tetapi Lily mundur, menatapnya seolah-olah dia adalah orang asing. "Jangan dekati aku, Crish. Aku sudah cukup muak melihat wajahmu."

"Sayang, ini hanya kesalahpahaman," Crish mencoba membela diri, meski jelas tidak ada alasan yang bisa membenarkan tindakannya.

Lily tersenyum dingin, sebuah senyum yang tidak menunjukkan kebahagiaan, tetapi kepedihan yang mendalam. "Kesalahpahaman? Kau pikir aku buta, bodoh, atau apa? Kau menghancurkan semuanya."

Dengan tangan gemetar, Lily membuka pintu kamar, menatap mereka berdua untuk terakhir kalinya. "Nikmati saja penghancuran ini, Crish. Karena aku tidak akan pernah menghalangimu."

Lily berjalan keluar dengan langkah tegap, meninggalkan Crish dan wanita itu dalam keheningan yang mencekam.

Melihat Lily pergi, Crish bergegas mengejar istrinya itu dengan hanya mengenakan celana pendek sepaha. Sementara Rani, masih betah berdiam diri di atas ranjang besar tempatnya bergumul dengan Crish beberapa menit yang lalu. Bahkan napasnya pun masih memburu, terengah-engah.

"Lily, Tunggu!" Panggil Crish dengan setengah berteriak menyusul Lily, istrinya. Begitu dekat, ia langsung menangkap pergelangan tangan Lily.

"Tunggu!"

"Aku bisa jelaskan padamu," ucap Crish.

"Apa lagi yang akan kau jelaskan, Crish?" timpal Lily dengan nada lembut namun penuh ketegasan.

"Dia.... dia adalah Rani. Istri mudaku, adik madumu," ungkap Crish.

Lily menatap Crish dengan mata penuh luka dan kekecewaan yang begitu mendalam. Udara terasa berat di antara mereka, hanya diselingi oleh detak jantung yang menggema di kepala Lily.

"Istri muda?" gumam Lily, suaranya nyaris berbisik, namun cukup tajam untuk menusuk hati Crish.

"Adik madu? Dan kau bahkan tidak berpikir aku layak tahu sebelumnya?" kata Lily bernada sinis.

"Lily, aku... aku tidak ingin menyakitimu. Aku hanya ingin—" Crish kembali gugup. Bahkan nada suaranya pun terbata.

"Jangan berani-beraninya mengatakan kau tidak ingin menyakitiku, Crish," potong Lily, nadanya kembali penuh ketegasan. "Apa yang baru saja kulihat? Kau mengkhianati kepercayaan dan cinta yang kuberikan dengan begitu mudah."

Crish mencoba mendekat, tetapi Lily menepis tangannya.

"Aku mencintaimu, Lily. Tapi aku juga mencintai Rani. Aku menikahinya karena aku ingin—" ungkapan Crish tak sampai selesai karena Lily telah menyelanya.

"Berhenti, Crish! Berhenti mencari pembenaran," Lily berkata, kali ini nadanya melemah, tetapi air mata mulai mengalir di pipinya. "Aku mencintaimu, memberikan seluruh hidupku untukmu, dan ini balasanmu? Kau menikah lagi tanpa memberitahuku, tanpa meminta persetujuanku, lalu memamerkannya di depan mataku seperti ini?"

Crish terdiam, tak mampu berkata-kata. Dia tahu tidak ada kata-kata yang bisa memperbaiki keadaan ini.

"Kalau kau menganggap ini cinta, aku tidak tahu cinta seperti apa yang kau maksud," lanjut Lily.

"Karena kau sudah membuat cinta itu hancur berkeping-keping, Crish. Dan sekarang, aku tak tahu lagi apakah cinta itu masih tersisa atau sudah lenyap bersama dengan kekecewaaan yang telah kau torehkan di hatiku."

Lily berbalik, air matanya terus mengalir, tetapi langkahnya tetap mantap.

"Aku tidak ingin menjadi bagian dari kebohongan ini. Tapi, apakah aku bisa pergi darimu atau tidak, Crish," bisik Lily lirih dalam hatinya.

Crish hanya bisa berdiri diam, tubuhnya lemas, sementara Lily berjalan menjauh, meninggalkan dirinya. Di dalam hatinya, Crish merasa menyesal karena telah menghianati cinta tulus Lily, namun ia juga tak mau kehilangan sosok wanita yang baru saja ia gauli.

Sementara itu, di balik pintu kamar. Rani tengah mengintip pertengkaran mereka. Seulas senyum tipis menghiasi bibirnya, sorot matanya menyiratkan sebuah kepuasan.

"Aku sudah menunggu hal ini cukup lama, dan akhirnya kini aku bisa memilikimu sepenuhnya, Crish," tutur Rani dengan berbisik pada dirinya sendiri.

Rani menutup pintu perlahan, memastikan tidak ada suara yang mengalihkan perhatian Crish yang kini sedang terpaku di tempatnya berdiri. Pertengkaran mereka telah usai saat Lily memilih meninggalkan Crish. Dia bersandar di balik pintu, senyum liciknya semakin melebar. Dalam hatinya, kemenangan ini terasa begitu manis, seperti buah yang telah ia tunggu matang sekian lama.

"Semua berjalan sesuai rencana," gumamnya, suaranya nyaris tak terdengar. Sorot matanya mencerminkan ambisi yang selama ini tersembunyi di balik sikap lembut dan polos yang selalu ia tampilkan.

Rani melangkah ke cermin di kamar itu, menatap bayangannya sendiri dengan penuh percaya diri.

"Lily, kau terlalu percaya diri dengan posisimu sebagai istri pertama. Padahal, dunia ini penuh dengan kejutan, dan kau terlalu naif untuk menyadari bahwa kebahagiaanmu hanya sementara."

Dia merapikan rambutnya dengan jari, senyumnya tak kunjung pudar. "Sekarang, Crish sepenuhnya milikku. Tidak ada lagi dirimu untuk menghalangi jalan ini.

Dan tentunya semua kekayaan ini juga akan menjadi milikku."

Namun, jauh di dalam hatinya, ada sedikit rasa takut. Takut dengan cintanya Crish yang dulu begitu besar pada Lily, takut tak sepenuhnya bisa melupakan wanita itu. Tapi dia mengenyahkan pikiran itu dengan cepat.

"Aku akan memastikan dia melupakanmu, Lily. Karena mulai sekarang, aku adalah satu-satunya wanita dalam hidupnya," ucap Rani tegas, seolah berbicara pada musuh yang tak terlihat.

Dia berbalik dari cermin, melangkah menuju tempat tidur dengan aura kepemilikan yang kuat. Baginya, ini adalah awal dari kehidupan baru—kehidupan di mana dia memegang kendali penuh.

Hari ini, menjadi kelabu bagi Lily. Ia tak pernah menyangka kalau ternyata wanita yang di baru dikenalnya dua hari lalu justru adalah adik madunya. Ia sempat curiga saat Crish tiba-tiba datang bersama seorang wanita saat baru pulang dari kampung halamannya.  Waktu itu, Crish bilang pada Lily kalau Rani itu adalah adik sepupunya yang ingin mengadu nasib di kota tempat mereka tinggal. Namun, ternyata Rani adalah adik madunya.

Lily menumpahkan rasa marah, kecewa, dan sedihnya di dalam kamar tidur lain.

Sepanjang hari Lily mengurung diri di dalam kamar. Tanpa makan dan minum, ia hanya fokus pada kesedihannya, rasa sakit hatinya dan juga kemarahannya yang tak bisa ia lampiaskan sepenuhnya.

Di tengah kesedihannya, ia menemukan sebuah kekuatan. Ia mengelus lembut perut ratanya sembari berbisik.

"Aku harus kuat. Ada dia di dalam rahimku," bisik Lily.

Ia menyeka air matanya menggunakan punggung tangannya. Tiba-tiba ada sebuah kekuatan yang mendorong dirinya untuk bangkit.

Lily berjalan menaiki tangga menuju kamar tidurnya, ia berharap wanita itu telah kembali ke kamarnya yang berada di lantai bawah. 

Langkah kaki Lily terasa lemah tak bertenaga. Ia telah kehilangan gairah dalam hidupnya, bahkan kabar gembira yang baru saja ia terima beberapa waktu lalu pun tak mampu menghilangkan kesedihan dalam hatinya.

Tangan Lily terulur, ia berusaha menggapai gagang pintu dan bersiap untuk membukanya. Namun, sebuah percakapan dari dalam kamar itu kembali menghantam relung hatinya. Seketika itu juga, tubuhnya luruh bersimpuh di lantai yang dingin, sedingin hatinya 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
terimalah nasibmu, drama dg semua kekemahanmu adalah enerhi utk gundik suamimu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 47

    Tubuh Rina membeku saat Crish jatuh tersungkur dengan kepala pecah akibat peluru yang Abraham tembakan padanya. Matanya membelalak lebar dengan mulut yang ternganga karena terkejut. Abraham dengan dingin menatap Rani. "Bawa dia!" Perintah Abraham pada anak buahnya. Dua orang anak buah Abraham menyeret tubuh Rani dengan paksa. Lily melangkah mendekati tubuh Crish yang tak lagi bernyawa. Darah menggenang di lantai kayu gudang yang lembap, menciptakan bau anyir yang menusuk hidung. Ia menatapnya tanpa ekspresi, lalu menghela napas pelan. "Seharusnya kau tahu bagaimana akhirnya permainan ini, Crish," gumamnya dingin. Abraham menyimpan kembali pistolnya, menatap Lily sekilas sebelum berbalik. "Kita harus pergi dari sini." Lily mengangguk. Namun, sebelum mereka melangkah keluar, ponsel Crish yang masih tergeletak di lantai bergetar. Nama di layar membuat Lily langsung meraih ponsel itu. Leonard. Lily menekan tombol jawab dan mendekatkan ponsel ke telinganya. "Kau benar-benar c

  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 46

    Rani duduk diam di sudut ruangan kumuh itu, memeluk tubuhnya sendiri seolah berusaha mencari kehangatan dalam dinginnya ketakutan yang menyelimuti dirinya. Waktu terus berjalan, tetapi pikirannya masih berputar tanpa menemukan jalan keluar. "Jika aku menjalankan perintah Lily, aku akan kehilangan segalanya. Tapi jika aku menolak, dia tidak akan membiarkanku hidup dengan tenang." Matanya beralih ke amplop yang masih berada di genggamannya. Jari-jarinya mengusap permukaan amplop itu dengan ragu. Ia tahu, di dalamnya terdapat perintah Lily—perintah yang bisa mengubah takdirnya, entah menuju kehancuran atau kelangsungan hidupnya. Tok! Tok! Suara ketukan di pintu membuatnya tersentak. Jantungnya berdegup kencang saat seorang pria berbadan tegap masuk ke dalam ruangan. Itu salah satu orang kepercayaan Lily. "Waktumu hampir habis, Rani," katanya dengan suara dingin. Rani menelan ludah. Napasnya tersengal. Ia tak punya pilihan lain selain membuat keputusan sekarang. Tapi… keputu

  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 45 Pilihan Terakhir Untuk Rani

    Lily melangkah pelan memasuki bangunan reyot yang hampir roboh. Bau busuk menyengat menyambutnya, tetapi ia tak terganggu sedikit pun. Di sudut ruangan yang lembap dan gelap, Rani terduduk dengan tubuh penuh luka. Rambutnya acak-acakan, wajahnya kotor, dan pakaiannya compang-camping. Ia hampir tak terlihat seperti wanita angkuh yang dulu merampas segalanya dari Lily. "Lama tak bertemu, Rani." Suara lembut Lily menggema di ruangan sunyi itu, namun ada nada dingin di dalamnya. Rani mengangkat wajahnya dengan susah payah. Matanya nanar, penuh ketakutan dan kepasrahan. "Lily…" suaranya serak, hampir seperti bisikan. "Tolong… aku… aku tak bisa lagi." Lily tersenyum samar dan berjalan mendekat, lalu berjongkok di depan Rani. "Tolong?" ia tertawa kecil. "Kau tidak ingat bagaimana dulu aku memohon padamu? Bagaimana aku hampir mati karena permainan kotor yang kau lakukan?" Rani menggeleng lemah, air matanya jatuh satu per satu. "Aku salah… aku menyesal… aku bersedia menebus sem

  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 44

    Rani menatap bayangannya di cermin mobil. Wajahnya sudah sempurna dengan riasan halus yang menonjolkan kecantikannya. Gaun merah elegan yang membalut tubuhnya seakan menjadi senjata terakhirnya untuk menghadapi Abraham. Namun, jauh di dalam hatinya, ia tahu… Ini sama saja dengan menggali kuburnya sendiri. "Abraham tak mudah didekati, apalagi disentuh," gumamnya sambil menatap gedung bertingkat tempat pria itu berkantor. Tangannya sedikit gemetar saat membuka pintu mobil. Ia sadar, sekali ia melangkah masuk, maka ia tak akan bisa mundur lagi. Langkah demi langkah ia tempuh dengan hati berdebar. Para karyawan yang lalu lalang di lobi meliriknya sekilas, tetapi ia mengabaikannya. "Aku harus melakukannya. Jika aku ingin bertahan, aku harus membuatnya percaya." Sesampainya di depan ruang utama, ia menarik napas panjang sebelum berbicara kepada sekretaris Abraham. "Aku ingin bertemu dengan Tuan Abraham," ucapnya dengan senyum yang ia paksakan. Sekretaris itu menatapnya denga

  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 43

    Rani mundur selangkah, ponselnya hampir terjatuh dari tangannya. Napasnya tersengal, jantungnya berdetak kencang. "Tidak... ini tidak mungkin," bisiknya ketakutan. Ia dengan cepat menutup semua tirai apartemennya, lalu berlari ke pintu untuk memastikan kuncinya masih terpasang. Ia bahkan menekan tubuhnya ke pintu, seolah-olah itu bisa melindunginya dari ancaman yang terasa semakin nyata. Notifikasi ponselnya berbunyi lagi. "Jangan buang waktu, Rani. Aku menunggumu." Rani menggeleng, menggigit bibirnya untuk menahan kepanikan. Crish benar-benar serius. Dia masih bisa menjangkaunya, bahkan saat ia berpikir sudah aman. Tangannya mulai berkeringat saat ia mencoba berpikir jernih. Pilihan apa yang aku punya? Jika ia menolak, Crish pasti akan terus memburunya, mungkin lebih dari sekadar ancaman. Tapi jika ia menuruti perintahnya, itu berarti ia harus berhadapan dengan Abraham dan Lily lagi. Dua pilihan, dan keduanya sama buruknya. Ia mendongak, menatap bayangannya di cermin

  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 42

    Crish dibawa pergi oleh anak buah Abraham, tapi bahkan saat borgol terpasang di tangannya, seringai puas masih menghiasi wajahnya. Ia dilempar ke dalam mobil, namun sebelum pintunya ditutup, ia menatap Abraham dengan penuh arti. "Kau terlalu percaya diri, Abraham," katanya. "Jangan berpikir bahwa menyingkirkanku akan membuat hidupmu lebih mudah. Karena bahkan di balik jeruji, aku masih bisa menyentuh Lily." Abraham mengepalkan tangannya. "Kau menyentuhnya sekali lagi, dan aku pastikan kau tidak akan pernah melihat dunia luar lagi." Crish tertawa. "Kau pikir aku perlu menyentuhnya sendiri? Dunia ini penuh dengan orang-orang yang bisa dibayar, Abraham. Kau tahu itu lebih baik dariku." Abraham tidak berkata apa-apa lagi. Ia memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menutup pintu mobil, lalu mobil itu melaju, membawa Crish ke tempat di mana dia seharusnya berada—penjara. Namun, perasaan tidak nyaman mulai mengusik Abraham. Lily duduk di ruang kerja Abraham, menatap keluar jend

  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 41 Terjebak Di Jalan Buntu

    Rani menginjak pedal gas sekuat tenaga, berusaha menjauh dari mobil hitam yang terus memepetnya. Jalanan gelap dan sepi, hanya ada lampu-lampu kota di kejauhan. "Aku harus keluar dari sini!" pikirnya panik. Mobil hitam itu semakin mendekat, mencoba memaksa mobilnya keluar dari jalan utama. Rani menggertakkan giginya, mencoba tetap fokus. Namun, saat ia membelok tajam ke kanan, jantungnya hampir berhenti berdetak. Jalan buntu. Matanya membelalak. "Tidak… tidak! Ini tidak mungkin!" Ia menekan rem mendadak, mobilnya berhenti tepat beberapa meter dari dinding beton tinggi. Dari kaca spion, ia melihat mobil hitam itu juga berhenti. Pintu mobil terbuka, dan beberapa pria berbadan besar keluar. Rani meraih ponselnya dengan tangan gemetar dan buru-buru mencoba menghubungi seseorang—siapa saja yang bisa menolongnya. Satu dering… dua dering… Panggilannya tersambung. "Halo?" Suara Abraham terdengar di seberang. Rani tidak peduli lagi. Ia berbisik ketakutan, "Abraham… tolo

  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 40 Rencana Gila Crish

    Crish duduk di kursi ruang kerjanya dengan wajah kusut. Tangannya mencengkeram gelas minuman dengan erat, sementara pikirannya berkecamuk. "Brengsek!" Dengan penuh amarah, ia melempar gelas itu ke dinding, membuat pecahannya berhamburan di lantai. Semua rencananya hancur berantakan. "Aku kehilangan perusahaan, kehilangan investor, dan sekarang bahkan nyawaku pun dalam bahaya!" Serangan terhadap Lily gagal. Itu artinya, Abraham pasti sudah mengetahuinya. Dan jika Abraham sudah turun tangan, maka Crish tahu waktunya semakin menipis. Tok! Tok! Pintu ruangannya diketuk sebelum seseorang masuk dengan ekspresi tegang. "Tuan, ada masalah besar…" Crish menoleh tajam. "Masalah apalagi?!" bentaknya. Orang itu menelan ludah sebelum berkata, "Abraham menggerakkan koneksinya. Semua perusahaan yang masih terikat dengan kita mulai menarik diri. Kita benar-benar dalam bahaya!" Crish merasakan dadanya sesak. Semua orang meninggalkannya. Bahkan Rani, yang selama ini bersamanya,

  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 39 Bayangan Kematian

    Crish menunggu di ujung telepon, napasnya berat dan penuh amarah. Suara di seberang terdengar setelah beberapa detik. "Siapa targetnya?" Crish menyeringai, matanya gelap oleh dendam. "Marsanda Evelyn Whitmore. Aku ingin dia lenyap selamanya." Ada keheningan sejenak sebelum suara itu menjawab. "Harga yang kau minta tidak murah, Crish. Apalagi targetmu seseorang yang punya hubungan dengan Abraham." Crish menggeram. "Aku tidak peduli berapa harganya! Aku ingin dia mati!" Suara di seberang tertawa kecil. "Baik. Aku akan mengatur semuanya. Tapi kau tahu konsekuensinya, kan? Jika ini gagal, bukan hanya dia yang akan mati." Crish mengepalkan tangannya. "Lakukan saja pekerjaannya!" Telepon terputus. Crish menyeringai puas. Kali ini, Lily tidak akan bisa lolos seperti sebelumnya. Jika dia pernah kembali dari ambang kematian, maka kali ini dia tidak akan punya kesempatan kedua. Di tempat lain, seseorang telah menerima perintah eksekusi. Dan Lily… tidak menyadari bahwa ajalnya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status