Share

Bab 36. Kembali

Penulis: Nyi Ratu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-06 23:16:54

Senyum tipis kembali merekah di wajah Gara. Ia menoleh ke arah Jennie, matanya yang sayu menatap istrinya dengan penuh arti.

Jennie, yang merasa bersalah, menggeleng. "Nggak, Gara, ini beneran. Aku cinta sama kamu. Cinta banget malah," bisiknya, air mata kembali menggenang di pelupuk matanya.

Gara tergelak pelan, suaranya masih parau namun mengandung tawa. "Lihat aku sekarang... tragis sekali bukan? Kisahku tuh seperti sinetron tengah malam. Terluka parah, sekarat di ranjang rumah sakit, terus... istri tercinta baru sadar kalau ternyata aku cinta sejatinya. Nanti kalau aku sembuh, jangan-jangan cintamu ikut menguap juga." Ia menyeringai nakal, matanya menyiratkan harapan yang tak sepenuhnya pupus.

Jennie menyentil bahu Gara lembut. "Ihh! Nggak! Kamu tuh suka ngarang. Aku serius! Aku cinta sama kamu!" Nada suaranya naik setengah oktaf, matanya berkaca-kaca. Bibirnya cemberut, tapi di balik itu ada ketulusan yang tak bisa disembunyikan.

Gara menatapnya lama, mencoba membaca setiap emos
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 37. Pura-pura

    “Mana mungkin aku iri dengan sodaraku sendiri,” jawab Gara dengan tegas, tapi ada rasa sedih mendengar kata-kata itu keluar dari mulut sodara kembarnya. “maaf kalau aku menyinggung kamu, Bang.”Gara tertawa renyah, tawa yang sudah lama tidak terdengar selepas ini. “Aku hanya bercanda.”“Aku hampir kena serangan jantung.” Bara mengembuskan napasnya dengan kasar. “Aku tahu kamu gila kerja, pasti sudah sangat merindukan suasana kantor ‘kan?”“Kamu benar. Aku juga sangat merindukannya,” sahut Gara, suaranya dipenuhi nostalgia yang konyol. Ia kemudian melakukan sesuatu yang membuat Bara nyaris menjatuhkan rahangnya.Gara dengan perlahan, namun pasti, mengangkat diri dari kursi roda. Kakinya yang selama ini hanya bergerak sebatas keperluan ke kamar mandi, kini menapak lantai marmer. Ia melangkah, satu per satu, menuju kursi kerjanya. Langkahnya mantap, tanpa goyangan.Bara melongo, bola matanya nyaris keluar dari kelopak. “Kamu… kamu udah bisa jalan, Bang?!” Ia mendekat, memastikan ini buka

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 36. Kembali

    Senyum tipis kembali merekah di wajah Gara. Ia menoleh ke arah Jennie, matanya yang sayu menatap istrinya dengan penuh arti. Jennie, yang merasa bersalah, menggeleng. "Nggak, Gara, ini beneran. Aku cinta sama kamu. Cinta banget malah," bisiknya, air mata kembali menggenang di pelupuk matanya.Gara tergelak pelan, suaranya masih parau namun mengandung tawa. "Lihat aku sekarang... tragis sekali bukan? Kisahku tuh seperti sinetron tengah malam. Terluka parah, sekarat di ranjang rumah sakit, terus... istri tercinta baru sadar kalau ternyata aku cinta sejatinya. Nanti kalau aku sembuh, jangan-jangan cintamu ikut menguap juga." Ia menyeringai nakal, matanya menyiratkan harapan yang tak sepenuhnya pupus.Jennie menyentil bahu Gara lembut. "Ihh! Nggak! Kamu tuh suka ngarang. Aku serius! Aku cinta sama kamu!" Nada suaranya naik setengah oktaf, matanya berkaca-kaca. Bibirnya cemberut, tapi di balik itu ada ketulusan yang tak bisa disembunyikan.Gara menatapnya lama, mencoba membaca setiap emos

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 35. Kembali Dari Keheningan

    Minggu demi minggu berlalu, membawa serta ketegangan yang tak kunjung mereda. Jennie bagai bayangan, bergerak di antara rumah sakit dan rumah, tubuhnya kurus, matanya cekung. Setiap detik terasa bagai setahun, setiap napas adalah doa yang diulang. Andin dan Haidar tak henti menguatkan, menjadi pilar di tengah badai yang melanda keluarga mereka. Mereka tahu, hanya keajaiban yang bisa mengembalikan senyum di wajah Jennie.Hingga suatu sore yang sunyi, ketika Jennie sedang duduk termangu di samping ranjang Gara, hal itu terjadi. Alat monitor jantung yang sedari tadi berdetak monoton, tiba-tiba menunjukkan perubahan ritme. Bukan lonjakan drastis, tapi denyut yang lebih kuat dan stabil. Perawat yang sedang memeriksa segera menyadarinya, matanya membesar."Dokter!" serunya memanggil, suaranya sedikit terkejut.Jantung Jennie seakan berhenti berdetak. Ia menatap Gara, lalu ke arah monitor, dan kembali ke Gara. Ia melihat kelopak mata Gara berkedut halus, sangat tipis, nyaris tak terlihat. Na

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 34. Kritis

    "Ini nggak adil," bisik Jennie, suaranya pecah. "Dia selalu ada untukku. Dia selalu ngelindungi aku. Dan aku... aku malah nyakitin dia."Andin mengangkat kepala, menatap menantunya dengan mata sembab. "Gara tau kamu mencintainya, Sayang. Dia tau.""Tapi aku udah nyakitin dia, Mom," sesal Jennie. "Aku terlalu curiga. Kalau aja aku nggak….""Jennie, sudahlah," Haidar menyela, suaranya lembut namun tegas. "Ini bukan saatnya untuk menyalahkan diri sendiri. Yang terpenting sekarang adalah fokus pada kesembuhan Gara. Dia butuh doa kita."Ingatan tentang pertengkaran terakhir mereka, sebelum Gara pergi ke kantor polisi, menusuk hati Jennie seperti belati. Kata-kata kasar yang ia lontarkan, tuduhan-tuduhan yang ia lemparkan, semua itu kini terasa begitu kejam. Gara tidak pernah membalas dengan kemarahan yang sama. Ia selalu berusaha memahami, selalu berusaha menjelaskan. Tapi Jennie, dalam butanya, terlalu larut dalam kecurigaan."Aku harus meminta maaf padanya," gumam Jennie, hampir tidak te

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 33. Operasi

    Melihat Andin berlari ke arahnya, Jennie hanya bisa menunjuk ke arah jalan kosong di mana ambulans tadi menghilang, bibirnya bergetar, tak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun. Bara dan Anisa menyusul, wajah mereka sama tegangnya. Bara melihat motor Gara, dan pandangannya beralih ke Jennie yang kini sudah dipeluk erat oleh Andin."Mom, apa yang terjadi?" tanya Bara, suaranya tercekat. Ia meraih bahu Anisa, seolah mencari pegangan di tengah kekacauan ini.Andin melepaskan pelukannya, menangkup wajah Jennie yang basah oleh air mata. "Gara... di mana Gara, Sayang?" Suara Andin bergetar hebat. Ia tahu, dari raut wajah menantunya, ada sesuatu yang jauh lebih buruk dari sekadar kecelakaan. Firasatnya, yang tadi pagi ia coba tepis, kini menghantamnya dengan kejam."Ambulans... mereka membawanya..." Jennie akhirnya bisa berbicara, namun suaranya nyaris tak terdengar, seperti bisikan angin. "Dia... dia kritis, Mom..."Kata-kata itu bagai palu godam yang menghantam dada Andin. Ia terhuyung mun

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 32. Menyesal

    Setelah keluar dari ruang kerja mertuanya, udara di rumah megah itu terasa lebih ringan bagi Jennie. Beban di dadanya perlahan terangkat, digantikan oleh gelombang penyesalan yang mendalam dan keinginan kuat untuk memperbaiki segalanya. Ia ingin segera memeluk suaminya, Gara, meminta maaf atas segala keraguan dan tuduhan tak berdasar yang ia lontarkan. Langkahnya cepat menuju ruang tamu, matanya menyapu setiap sudut, mencari sosok yang kini sangat ia rindukan."Bara, di mana abangmu?" tanya Jennie, suaranya sedikit bergetar karena cemas, matanya masih celingukan. Ia membayangkan Gara akan menyambutnya dengan senyum tipis, mungkin sedikit lelah, tapi penuh pengertian.Bara yang sedang asyik dengan ponselnya, mendongak. Ekspresinya berubah menjadi sedikit tegang. "Dia pergi ke kantor polisi, Kakak Ipar." Bara memelankan suaranya, melirik ibunya yang berdiri di belakang Jennie. Ada kekhawatiran jelas di matanya. "Tadi Yas nelpon, mamamu... sudah ditangkap pihak berwajib karena bukti keja

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status