Home / Romansa / Kontrak Sang Pengantin / Bab 50. Ingin Kembali

Share

Bab 50. Ingin Kembali

Author: Nyi Ratu
last update Last Updated: 2025-08-14 21:49:14

Jennie berhenti tertawa, wajahnya kembali pura-pura galak. Ia mencubit pelan perut Gara, di samping kantung kompres.

"Aww!"

"Istirahat! Jangan banyak bicara!" perintah Jennie, tapi Gara bisa melihat senyum kecil yang coba ia sembunyikan di sudut bibirnya.

Gara pun memejamkan matanya, kali ini benar-benar untuk beristirahat. Di balik kelopak matanya, ia tersenyum. Mungkin drama kepulangannya hari ini tidak sepenuhnya sia-sia. Setidaknya, ia bisa melihat tawa lepas istrinya dan mendapatkan perhatian penuh, meskipun harus melalui insiden kompres panas yang merusak imajinasi indahnya. Ia merasa seperti raja yang sedang dirawat oleh permaisurinya.

Pagi baru saja membuka matanya. Aroma nasi goreng seafood yang berpadu dengan wangi kopi arabika segar seharusnya menjadi pertanda dimulainya hari yang indah. Di atas meja makan keluarga Haidar, semua tersaji dengan sempurna.

Ada nasi goreng dengan udang dan cumi yang montok, roti panggang dengan selai srikaya buatan sendiri, beberapa potong bua
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 51. Bukan Kecelakaan Biasa

    Jennie mengangguk dengan semangat. "Iya, Mom. Aku masih betah banget di sini. Masakan Mommy enak, rumahnya ramai, ada teman ngobrol."Gara menghela napas panjang, merasa seperti sedang bernegosiasi dengan dua kepala negara yang sudah membentuk aliansi kuat. "Biggie... kita pulang aja, ya? Aku janji, kalau akhir pekan kita menginap di sini.""Aku masih betah di sini," kata Jennie, tidak bergeming sedikit pun. Ia lalu menambahkan kalimat yang paling menyakitkan bagi Gara, "Kalau kamu mau pulang, pulang aja sendiri. Aku di sini sama Mommy."Rasanya seperti ada petir menyambar di siang bolong. Gara menatap istrinya dengan nanar. Ditolak mentah-mentah di depan seluruh keluarganya. Harga dirinya sebagai kepala keluarga terasa rontok satu per satu.Putus asa, ia menoleh ke satu-satunya orang yang belum memihak. "Dad, tolong, Dad. Tolong bujuk Jennie dan Mommy." Gara meminta bantuan terakhir pada ayahnya.Haidar menatap putranya dengan ekspresi yang sulit diartikan—campuran antara geli dan si

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 50. Ingin Kembali

    Jennie berhenti tertawa, wajahnya kembali pura-pura galak. Ia mencubit pelan perut Gara, di samping kantung kompres."Aww!""Istirahat! Jangan banyak bicara!" perintah Jennie, tapi Gara bisa melihat senyum kecil yang coba ia sembunyikan di sudut bibirnya.Gara pun memejamkan matanya, kali ini benar-benar untuk beristirahat. Di balik kelopak matanya, ia tersenyum. Mungkin drama kepulangannya hari ini tidak sepenuhnya sia-sia. Setidaknya, ia bisa melihat tawa lepas istrinya dan mendapatkan perhatian penuh, meskipun harus melalui insiden kompres panas yang merusak imajinasi indahnya. Ia merasa seperti raja yang sedang dirawat oleh permaisurinya.Pagi baru saja membuka matanya. Aroma nasi goreng seafood yang berpadu dengan wangi kopi arabika segar seharusnya menjadi pertanda dimulainya hari yang indah. Di atas meja makan keluarga Haidar, semua tersaji dengan sempurna. Ada nasi goreng dengan udang dan cumi yang montok, roti panggang dengan selai srikaya buatan sendiri, beberapa potong bua

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 49. 'Meditasi'

    "Guk...guk...." Jennie menirukan suara binatang, lalu pergi meninggalkan Gara sambil tertawa kecil, melenggang santai menuju kamar mereka.Gara melongo. Ia ditinggal begitu saja. Harga dirinya yang baru saja dipupuk langsung layu sebelum berkembang. Perutnya yang tadi sudah sedikit membaik tiba-tiba terasa melilit lagi. Kakinya terasa seperti jeli."Biggie, aku masih sakit, kamu tidak mau memapah aku?" Gara berteriak pada sang istri yang sudah hampir masuk kamar. Ia terpaksa menelan kembali gengsinya. Kesehatan lebih penting daripada citra macho sesaat.Jennie menoleh dari ambang pintu kamar, wajahnya datar tanpa dosa. "Bukannya tadi kamu bilang udah sembuh ya.""Tapi aku masih lemas, Biggie," Gara berteriak lagi, kali ini dengan nada yang lebih memelas, supaya sang istri yang sudah hilang di balik pintu kamar mendengarnya.Pintu kamar terbuka lagi dengan sedikit kasar. Jennie menjulurkan kepalanya keluar."Aku juga lemas, Gara. Lelah dengan semua drama yang kamu buat itu!" balas Jenn

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 48. Baikan

    Hening.Jennie berdiri membelakangi Gara, punggungnya kaku. Amarahnya belum surut, Gara tahu itu. Setiap detik kebisuan ini adalah hukuman atas kebohongannya. Ia lelah menunggu. Ia harus tahu apakah masih ada yang tersisa di antara mereka.‘Kamu masih cinta aku atau tidak, Biggie?’ batin Gara, menatap punggung istrinya dengan tajam. ‘Kalau masih ada sedikit saja, aku tidak akan pernah melepaskanmu. Apa pun yang terjadi.’Menunggu Jennie luluh butuh waktu. Gara tidak punya kesabaran untuk itu. Sebuah ide nekat terlintas. Bukan ide jahil, tapi sebuah strategi. Cara tercepat untuk meruntuhkan pertahanan Jennie.Tanpa ragu, Gara mencengkeram perutnya."Argh..." Erangan rendah dan dibuat-buat lolos dari bibirnya.Jennie tidak langsung berbalik. Ia pasti mengira ini salah satu trik Gara. Gara menaikkan volume erangannya, menyisipkan nada panik yang meyakinkan. "Sshh... sakit..."Punggung itu akhirnya berbalik. Mata Jennie menyipit, penuh selidik. Namun, melihat Gara yang meringkuk dengan wa

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 47. Meledak Di Mulut

    "Rumah sakit mana, Pak? Abang saya kenapa? Kecelakaan?" tanya Bara cepat, suaranya naik beberapa oktaf. Jennie yang mendengar itu langsung menatapnya dengan ngeri. Dadanya berdebar hebat, kakinya terasa lemas. Gara baru sembuh dari kecelakaan, sekarang harus kecelakaan lagi.“Bukan, Pak, bukan kecelakaan,” jawab suara itu cepat-cepat, “saya pemilik warung yang mengantar bapak ini ke rumah sakit. Tadi beliau pingsan di warung saya setelah makan.”“Pingsan? Gara pingsan? "Bapak siapa?" tanya Bara, masih bingung."Saya Tarno, Pak. Pemilik Warung Bakso Mercon 'Meledak di Mulut'," jawab pria itu."Makan apa?" tanya Bara lagi, berusaha memahami situasinya.Terdengar nada ketakutan dari seberang telepon. “Sumpah, Pak, makanan di warung saya tidak beracun kok, Pak. Saya berani jamin. Jangan tuntut warung saya, Pak. Saya cuma orang kecil.”Bara mengernyit. "Saya tidak bilang makanan Bapak beracun. Saya cuma tanya, memangnya abang saya makan apa di sana?"Pria itu terdengar ragu sejenak sebelu

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 46. Salah Lagi

    Gara tersenyum. Hatinya terasa sedikit lebih lega, seperti tanah kering yang akhirnya disirami embun pagi.Keheningan yang canggung menyelimuti mereka. Suara detak jam di dinding ruang tengah terdengar begitu keras, menghitung setiap detik ketegangan yang belum sepenuhnya sirna. "Kamu mau tidur lagi?" Jennie bertanya dengan suara yang nyaris berbisik, takut salah bicara lagi. Tangannya saling meremas di depan tubuhnya, sebuah kebiasaan yang muncul setiap kali ia gugup. "Kalau mau tidur lagi, di kamar aja. Biar lebih nyaman."Tawaran itu tulus. Jennie tahu punggung Gara sering sakit jika tidur di sofa atau kasur tipis di kamar tamu. Ini adalah caranya untuk mengatakan, ‘Aku ingin kau kembali. Aku ingin semuanya normal lagi.’Gara menggeleng pelan. Rasa lelah masih menggelayut di pelupuk matanya, tetapi amarahnya sudah jauh mereda, berganti menjadi kekecewaan yang dingin. "Boleh aku ke kamar mandi?" Gara juga terdengar canggung. Rasanya aneh harus meminta izin di rumah istrinya sendir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status