Share

Bab 7. Pulang

"Bang Gara yang menyimpannya." Jennie tidak akan menyia-nyiakan kesempatan, seharusnya Lisa menyuruhnya untuk mengambil surat perjanjian itu. "Jika Mama mengijinkanku untuk mengambilnya, aku akan menepati janjiku dan memberikan apa yang Mama mau."

Jennie menunduk, menunggu jawaban dari sang mama. Sudah beberapa menit berlalu, sang mama belum juga bersuara.

"Baiklah. Mama akan mengizinkanmu pulang ke rumah suamimu, tapi ingat! Hanya untuk mengambil surat perjanjian itu saja.“ 

Akhirnya Lisa luluh juga, dan itu membuat Jennie mengembangkan senyumnya di balik rambutnya yang terurai menutupi wajah.

Jennie menegakkan duduknya, lalu mengangguk. “Aku janji. Setelah berhasil mengambil surat perjanjian itu, aku akan segera kembali.”

Jennie tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk berbicara dengan sang suami supaya bersabar sedikit. Ia yakin sang mama akan merestui hubungan mereka jika tahu kalau Gara adalah laki-laki yang baik, tidak seperti yang namanya tuduhkan.

Jennie bangun dari duduknya sambil mengusap sisa-sisa air mata yang membasahi pipinya. “Aku akan berangkat sekarang.”

Jennie hendak meraih gagang pintu,  tapi Lisa mencegatnya untuk memberikan persyaratan. "Kamu jangan lupa bahwa Mama akan terus mengawasimu!"

“Aku tau itu.”

"Jika sampai terbukti bahwa apa yang kamu katakan ini hanyalah sebuah alasan agar bisa bebas dari kurungan, Mama tidak akan segan-segan untuk memberikan hukuman yang lebih dari ini ke depannya!" Ancaman Lisa tidak main-main.

Sayangnya, semua kalimat gertakan yang disuguhkan Lisa sudah tak mempan lagi untuk Jennie. "Jangan khawatir, Ma. Seorang pembohong tidak akan melakukan hal yang sama ketika dirinya sudah dicurigai."

Lisa terdiam setelah mendengar kata-kata yang keluar dari mulut anaknya sendiri.

Baru selangkah lagi Jennie meninggalkan tempat itu, Lisa sudah kembali berteriak. "Tunggu!"

"Ada apalagi, Ma?"

"Kamu juga harus membahas soal perceraian setelah kontrak berakhir," terang wanita paruh baya tersebut dengan buru-buru. 

Jennie tidak menjawab perintah ibunya, ia terus melangkah keluar rumah. Sedetik pun tidak akan ia sia-siakan untuk menghabiskan waktu bersama sang suami.

Karena Jennie mengatakan bahwa kontrak yang ia tandatangani mengharuskan mereka menjalin hubungan selama enam bulan, Lisa menangkap hal tersebut sebagai waktu untuk putrinya mempersiapkan diri demi kemungkinan terburuk. Berpisah selamanya dengan sang suami.

Saat mendatangi kediamannya dengan Gara, Jennie benar-benar merasa bahagia juga sekaligus sedih. Pikirannya campur aduk, antara senang atau sedih. 

"Bagaimana kamu bisa keluar dari sana, Biggie?"

Jennie tidak menjawab pertanyaan sang suami, ia hany memeluk erat tubuh jangkung itu untuk melepakan kerinduannya.

Setelah melepas pelukannya, Gara menatap istrinya dengan lekat. “Katakan padaku, bagaimana ini bisa terjadi?” Melihat Jennie bisa keluar dari cengkeraman ibunya, ia yakin kalau ada sesuatu yang terjadi di antara ibu dan anak itu.

 'Tidak mungkin wanita selicik Lisa bisa dengan mudah dibodohi oleh Jennie,' gumam Gara.

"Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan semuanya." Perlahan mundur, wanita itu mendadak murung.

"Semuanya baik-baik saja, 'kan?" Gara mengangkat dagu sang istri hingga wajah yang dibasahi dengan air mata itu terlihat jelas.

"Aku harus mengatakan sesuatu padamu, Bang," ujar Jennie sambil mengusap air matanya, tidak ada basa-basi sama sekali di antara mereka, benar-benar pertemuan yang menyedihkan.

Gara mengusap air mata yang membasahi sudut pipi wanitanya. "Katakan, ada apa?"

Nyi Ratu

Pembaca Haidar yang sudah hadir, komen dong

| Sukai
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Husna Amri Jihan A
hadir... aku kumpulin gams lagi ya Unk vote dsn ya nyai....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status