Share

Part 41

Ponselku terus saja menjerit-jerit di atas meja. Ayah memanggil. Tumben. Ada apa? Biasanya kalau dia nelepon itu nggak jauh-jauh dari ceramah. Parti dia mau ngasih wejangan supaya aku tidak keluyuran malam, jangan ini, jangan itu.

“Assalamualaikum!” sapaku pada laki-laki yang selalu membekaliku ilmu agama itu.

“Waalaikumussalam, Salim. Sehat nak?” jawab ayah dengan intonasi sangat lembut.

“Alhamdulillah, ada apa? Kok tumben Ayah nelepon?”

“Bagini, Lim, Ayah mau minta izin sama kamu. Ayah mau menikah lagi.” Aku tersedak ludah saat Ayah mengatakan keinginannya.

Ya Allah, Yah. Sudah tua malah masih mikirin buat nikah lagi. Bukannya mikir nyariin jodoh buat anaknya. Tapi ya sudahlah. Dengan berat hati aku mengizinkan Ayah untuk menikah lagi dengan pujaan hatinya. Apalagi Ayah bilang kalau perempuan itu sangat menyayangi Saquina adikku. Calon istri Ayah juga sudah janda. Aku nggak mau kalau ayah menikah dengan perempuan yang masih muda belia dan masih gadis ting-ting. Bisa kalah pamor aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status