Share

Testosteron dan Prolaktin

Pagi itu Leo terbangun karena dering ponselnya terdengar sangat menganggu di telingganya yang masih malas untuk mendegar sesuatu. Ia terpaksa bangun untuk mematikannya. Matanya membulat ketika ia mendapati jam digital yang ada di layar ponselnya memberitahunya bahwa ia sangat terlambat, angka itu adalah angka sebelas dan angka dua puluh. 

Sh*t! Bagaimana bisa ia tertidur seperti orang mati? Seingatnya, semakam ia tidur tepat jam satu dini hari karena mengalami gejala insomnia ringan. Masalah kesehatan juniornya-lah yang menjadi tersangka utamanya.

Matanya terasa lengket, kepalanya juga terasa pusing. "Sh*t!" Leo memaki. Ia melempar bantal tak bersalah yang telah menemani tidurnya sepanjang malam dalam pelukannya. Melompat dari ranjang, Leo melempar sembarangan ponsel miliknya, mengabaikan siapapun yang menghubunginya.

Selimut tebal berwarna putih yang menutupi otot-otot dada yang terpahat sempurna jatuh ke lantai saat kaki telanjangnya menyentuh

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status