Share

Ksatria Modern di Dinasti Lama
Ksatria Modern di Dinasti Lama
Penulis: Raka Anggara

Bab 1

Penulis: Raka Anggara
"Evan Nigrat, keluar kamu!"

"Tuan Suseno, kamu tidak boleh masuk. Tuan Evan sedang sakit, takutnya bisa menular ke kamu."

"Minggir, dasar budak sialan! Beraninya kamu mengadangku? Suruh anak haram itu jangan pura-pura sakit, cepat keluar dan bertemu denganku."

Terdengar suara tamparan yang keras dari suara marahnya.

Evan bangun dengan kaget.

Dia menatap kamar kecil ini dengan bingung.

Meja berbentuk persegi, kursi berbentuk bulat, tempat tidur yang bobrok, lalu tidak ada barang lain lagi.

Di mana ini?

Evan sangat bingung, pecahan ingatan itu masuk ke dalam otaknya secara paksa sehingga membuatnya pingsan karena sakit.

Namun, rasa sakit yang datang dengan cepat itu, juga menghilang dengan cepat.

Evan menyeka keringat dingin di dahinya dengan ekspresi bingung, ternyata dirinya sudah melintas waktu.

Awalnya dia adalah seorang komandan sebuah tim di bumi. Saat dia berperang dengan musuh, dia tertembak peluru sehingga meninggal.

Setelah meninggal, dia melintas ke tubuh orang ini, bahkan satu nama dengannya.

Tempat ini adalah Dinasti Sinas.

Juga dinasti yang tidak pernah muncul dalam sejarah.

Namun, kehidupan sebelumnya pemilik tubuh ini sangatlah menderita.

Ayahnya adalah perdana menteri tingkat dua di dinasti ini, namanya Deon Nigrat.

Deon dan ibunya Evan sudah kenal sejak kecil.

Dulu, sebelum Deon datang ke ibu kota untuk mengikuti ujian, dia berjanji pada ibunya Evan akan menikahinya setelah mendapatkan prestasi baik.

Namun, selama lima tahun ini Deon tak kunjung balik.

Sebenarnya lima tahun lalu Deon sudah mendapatkan prestasi baik dalam ujiannya, bahkan dilihat berat oleh menteri Departemen Internal. Deon juga menikahi putrinya menteri Departemen Internal dan sudah mempunyai tiga anak.

Berbakti pada orang tua merupakan hal prioritas di Dinasti Sinas, kepulangan Deon kali ini untuk menyembah leluhurnya.

Ibunya Evan tidak tahu semua ini, dia mengira kepulangan Deon untuk menjemputnya ke ibu kota dan hidup senang.

Namun, setelah mereka melakukan hubungan intim, Deon si brengsek ini malah pergi begitu saja dan tidak lagi kembali!

Setelah itu, ibunya Evan baru menyadari dirinya hamil.

Saat Evan berusia tujuh tahun, ibunya terkena penyakit depresi dan meninggal.

Kemudian, Evan menghidupi dirinya dengan cara mengemis atau pemberian makan dari orang lain.

Saat Evan berusia 12 tahun, Deon menyuruh orang mencarinya untuk menjemputnya kembali ke Kediaman Nigrat.

Saat pulang, Evan baru tahu kalau Deon bukan merasa bersalah, melainkan khawatir akan memberi dampak buruk pada kariernya.

Deon takut musuh di pemerintahan tahu dirinya kejam dan meninggalkan anak kandungnya, jadi dia menjemput Evan pulang, bahkan mengarang kisah yang sempurna.

Namun, Intan Cania selaku nyonya Keluarga Nigrat dan ketiga putranya takut Evan akan mendapatkan harta, jadi selalu mempersulit Evan.

Setiap hari Evan selalu menjilat mereka dengan hati-hati, tapi yang didapatkan Evan hanya penghinaan yang makin parah.

Mau bagaimana dihina, Evan hanya diam karena dia tidak ingin menjadi pengemis lagi.

Namun, Evan tidak tahu sikapnya yang merendahkan diri tidak akan membuat mereka menganggapnya sebagai keluarga, mereka malah ingin membunuhnya.

Sekarang sudah masuk musim gugur, Evan masih memakai baju yang tipis sehingga dia demam.

Mereka tidak menyuruh tabib datang mengobatinya, bahkan diam-diam menyiram air ke selimut Evan.

Alhasil membuat penyakit Evan makin parah dan meninggal.

Evan menghela napas, dia hanya bisa menyimpulkan hidup mantan dari tubuh ini dengan kalimat "Sedih karena kehidupannya, tapi merasa kesal dengan sikapnya yang lemah".

Orang sebaik hati apa pun akan melawan kalau terus disiksa, apalagi sudah disiksa sampai mau mati. Kalau diganti dengan dirinya, meskipun tubuhnya sangat lemas sampai tidak bisa mengangkat pedang, dia juga akan meracuni mereka untuk mati bersama, biar mereka juga sengsara.

Tepat pada saat ini, pintu terbuka.

Seorang pria tua yang mengenakan baju sederhana masuk dengan berjalan pincang.

Melihat Evan duduk di tempat tidur, pria tua itu terkejut dulu, baru berkata dengan ekspresi senang, "Tuan Evan, kamu sudah bangun? Bagus sekali, sungguh bagus …."

Pria tua yang pincang ini sudah bekerja lama di Kediaman Nigrat. Saat Evan datang, dia sudah ada di sini. Orang lain memanggilnya Dimas, sedangkan Evan memanggilnya Paman Dimas.

Paman Dimas adalah orang yang paling baik pada Evan di kediaman ini.

Biasanya Evan makan makanan sisa, juga sering tidak kenyang, Paman Dimas yang menyisakan makanannya untuk Evan.

"Tuan Evan, kamu masih sakit, cepat berbaring …" kata Paman Dimas sambil menuangkan segelas air dan berjalan ke arah Evan. "Ayo, Tuan Evan, minum dulu. Apa kamu lapar? Nanti aku …."

Sebelum Evan selesai berbicara, pintu sudah ditendang buka seseorang sampai mengeluarkan suara "bang".

Seorang pria muda yang mengenakan pakaian mewah masuk dengan angkuh.

Dia adalah kakak keduanya Evan, namanya Suseno Nigrat.

Setelah melihat Evan, Suseno langsung menunjuknya dan memarahinya, "Aku sudah tahu kalau kamu hanya pura-pura sakit, cepat serahkan giok itu. Kalau tidak, hari ini aku pukul kamu sampai mati."

"Tuan Suseno, Tuan Evan baru saja bangun, bisakah nanti baru bicarakan hal itu?"

Paman Dimas segera mengadang Suseno.

Evan baru saja selamat dan bangun, tubuhnya masih lemas, jadi tidak bisa menahan pukulan kejam dari Suseno.

Dia pernah melihat Suseno memukul Evan dan pukulan itu tidak ada ampunnya seperti mau memukul Evan sampai mati.

"Minggir, dasar pembantu sialan!"

Tahun ini Suseno baru berusia 17 tahun, jadi memiliki tubuh yang perkasa. Dia langsung menendang Paman Dimas sampai terjatuh dan memarahinya, "Dasar pembantu sialan, beraninya kamu membantu anak haram itu untuk menipuku, aku pukul kamu sampai mati."

Melihat Suseno mau memukul Paman Dimas, tatapan Evan menjadi dingin, tetapi dia masih menyanjung dengan senyum, "Kak Suseno, maaf. Aku kembalikan giok itu padamu, kamu … kamu jangan marah lagi!"

Evan berbicara sambil mencari giok itu di tempat tidurnya.

Suseno berjalan ke arahnya. "Aku tahu kamu yang mencuri giokku. Beraninya kamu mencuri giokku?! Tunggu ayah pulang, kamu pasti dapat hukuman."

Semalam, setelah Suseno bertemu dengan Evan, Suseno bilang gioknya hilang dan bersikeras bilang Evan yang mencuri gioknya, jadi terus datang mencari masalah.

Hanya Suseno yang tahu barang itu benaran hilang atau tidak.

"Sudah kutemukan!"

Evan tiba-tiba berkata seperti itu, kemudian mengulurkan tangannya.

Suseno menatap tangan Evan, tapi saat Evan membuka tangannya, Suseno tidak melihat ada giok.

Suseno yang kaget belum sempat merespons, sedangkan Evan sudah duluan mengambil bantal porselen di tempat tidur dan melempar ke kepala Suseno.

Bang!

Setelah terdengar suara keras itu, bantal porselen juga pecah.

Suseno hanya melangkah mundur beberapa langkah dan hampir jatuh. Seketika kepala Suseno penuh dengan darah.

Dia menatap Evan dengan kaget, bahkan lupa untuk berteriak.

Karena Suseno tidak menyangka Evan akan memukulnya.

Dulu, mau bagaimana mereka menindasnya, Evan tidak pernah membalas mau itu benar atau tidak. Biasanya Evan selalu minta maaf pada mereka dengan hati-hati.

Paman Dimas juga kaget.

Tak lama kemudian, Suseno baru merespons dan berteriak kesakitan sambil menunjuk Evan.

"Beraninya kamu memukulku? Beraninya anak haram sepertimu memukulku?"

Evan memegang pecahan porselen itu dan berkata dengan dingin, "Aku tidak hanya berani memukulmu, aku juga berani membunuhmu, apa kamu percaya?"

Suseno terkejut dengan tatapan Evan sampai merinding, lalu berlari keluar sambil berteriak ada pembunuh.

Paman Dimas berdiri dari lantai, lalu berkata dengan cemas, "Tuan Evan, ba … bagaimana ini?"

Evan hanya menatap Paman Dimas tanpa berkata apa-apa.

"Tuan Evan, apa kamu baik-baik saja?"

Paman Dimas kira Evan sangat ketakutan sampai melamun, jadi bertanya dengan khawatir.

Evan hanya tersenyum, lalu berkata, "Paman Dimas, kamu cari lebih banyak kayu, lalu ambil minyak pinus."

Paman Dimas tidak tahu dia mau buat apa, tapi tetap melaksanakan perintahnya.

Evan turun dari tempat tidur, tapi dia tidak bisa berdiri karena kekurangan nutrisi, ditambah dia baru sembuh, jadi sangat lemas.

"Tampaknya aku harus latihan. Kekuatanku memukul Suseno tadi masih tidak sekuat yang aku prediksi."

Evan bergumam.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 50

    Di ruang kerja kekaisaran di Istana.Wahyu berdiri di bawah meja dan melaporkan percakapannya dengan Evan kepada Kaisar Sinas secara detail.Setelah mendengar laporan dari Wahyu, Kaisar Sinas segera menulis di atas selembar kertas dengan kuas merahnya.Setelah selesai, dia mengangkat kertas itu dan membacanya dengan saksama."Membunuh satu orang setiap sepuluh langkah dan nggak pernah meninggalkan jejak apa pun dalam jarak seribu mil. Setelah selesai bekerja, langsung pergi dan menyembunyikan identitas.""Dari zaman dulu kala juga semua orang pasti akan mati. Yang penting tinggalkan saja hati yang bersih dalam sejarah.""Air dapat membawa perahu ke mana-mana, tapi juga bisa menenggelamkannya ...."Kaisar Sinas membacanya sekali dan menyukai puisi ini. Makin dibaca, makin dia menyukainya."Bocah itu memang sangat berbakat .... Sayangnya, dia terlalu kurang ajar dan nggak menghormati keluarga kerajaan."Kaisar Sinas melirik Wahyu, lalu bertanya, "Karena kamu sudah bicara dengannya, apa p

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 49

    "Iya. Menyandera dan memukuli Pangeran Kelima adalah kejahatan berat yang hukumannya berupa hukuman mati bagi seluruh keluarga.""Sebenarnya, aku melakukan itu atas perintah seseorang."Jantung Wahyu sontak berdebar kencang. Apa mungkin ada orang lain yang berkomplot?"Siapa yang menyuruhmu?""Menteri Ritual, Deon Nigrat," jawab Evan.Wajah Wahyu sontak berkedut. Karena dia akhir-akhir ini diperintahkan untuk menyelidiki soal Evan, tentu saja dia tahu bahwa Evan tidak diterima di Keluarga Nigrat.Bocah ini ingin menyeret Deon."Apa hubunganmu dengan Deon? Mengapa dia memerintahkanmu untuk menyandera dan memukuli Pangeran Kelima?"Wahyu tetap bertanya walaupun sudah tahu jawabannya.Evan mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, lalu menjawab, "Kami nggak punya hubungan apa-apa. Aku ini seorang pembunuh bayaran, jadi aku melakukan banyak hal demi uang .... Deon membayarku untuk membunuh Pangeran Kelima.""Saat orang-orangmu menangkapku, mereka menemukan seratus tahil perak yang kubawa. Itu up

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 48

    Kaisar Sinas pun mengibaskan tangannya dan mengisyaratkan Wahyu untuk pergi.Setelah itu, Kaisar Sinas memandang sang pangeran sambil berkata, "Dalam beberapa waktu ke depan, jangan menjenguknya di penjara.""Walaupun pangeran kelima itu palsu, tetap saja dia berani menyandera dan memukulinya tanpa menyadari apa-apa. Dia tetap mengabaikan hukum dan kekuasaan kekaisaran, jadi dia tetap harus dihukum.""Sesuai perintah Yang Mulia!" jawab sang pangeran dengan segera.Jenderal Hadi yang sudah tidak dapat menahan diri lagi pun akhirnya berkata, "Yang Mulia, masih belum ada kabar tentang Bintang Biru. Tolong izinkan hamba mengutus orang untuk mencarinya."Kaisar Sinas sontak tertegun. Belum ada kabar? Jadi, tadi siapa yang habis mereka bicarakan?Namun, sesaat kemudian Kaisar Sinas menyadari bahwa Jenderal Hadi sepertinya belum mengetahui identitas asli Evan."Jenderal Hadi, Evan yang tadi kami bicarakan itu sebenarnya Evan. Bintang Biru itu Evan. Mereka adalah orang yang sama."Jenderal Had

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 47

    Si pemimpin pun berjalan menghampiri, lalu bertanya, "Bintang Biru, kejahatan apa yang telah kamu lakukan? Walaupun kamu nggak bermaksud, kenyataannya kamu sudah menyelamatkan rekanku. Aku mungkin bisa membantumu meredakan situasi dan mendapatkan hukuman yang lebih ringan."Mereka hanya diperintahkan untuk menangkap Bintang Biru, mereka tidak tahu kejahatan apa yang telah Evan lakukan."Bahkan anak tiga tahun di ibu kota saja tahu kalau nggak akan ada yang bisa keluar hidup-hidup begitu dibawa masuk ke Divisi Pengawasan," sahut Evan sambil tersenyum dengan acuh tak acuh."Semuanya tergantung pada usaha manusia. Mungkin kami dapat membantumu ... atau membuat hidupmu lebih nyaman sebelum ajal menjemput."Evan menggelengkan kepalanya, lalu menjawab, "Kalian nggak akan bisa menolongku …. Aku menyandera Pangeran Kelima dan memukulinya dengan kejam. Apa kalian masih bisa menolongku?"Mereka semua sontak tertegun!Menyandera Pangeran Kelima dan memukulinya adalah kejahatan berat. Hukumannya b

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 46

    Evan yang sudah meluncur turun dari pohon bersiap untuk kabur.Namun, begitu berbalik badan, tiba-tiba punggungnya merasakan hawa dingin.Serigala yang menggigit kaki si pria yang tadi memeriksa abu itu tiba-tiba membuka mulutnya dan menerkam ke arah Evan.Evan refleks menoleh. Ekspresinya langsung berubah dan dia berguling di atas tanah.Serigala itu gagal menerkam.Evan pun bangkit berdiri, sementara si serigala menerkamnya lagi.Dia menatap serigala yang menerjang ke arahnya itu dengan tajam, lalu menghunus belatinya dengan secepat kilat.Wooosh!Bilah belati itu berkilat dengan dingin.Evan menusukkan belatinya pada kepala si serigala dengan mantap, akurat dan kejam."Bintang Biru!"Si pemimpin berseru memanggil.Evan mencabut belatinya, lalu balas menyeringai. "Selamat bersenang-senang! Selamat tinggal!"Setelah itu, Evan berbalik badan dan berlari pergi.Akan tetapi, ternyata masih terlalu dini untuk merasa senang!Belum sempat Evan berlari jauh, seekor serigala yang jauh lebih b

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 45

    Evan hanya bisa tersenyum getir di dalam hati. Dia sudah terlalu lama membuang waktu di sini. Para anggota Divisi Pengawasan itu pasti bisa menemukan tempat ini karena mengikuti jejak tapal kuda."Bos, di sini ada abu."Salah seorang di antara mereka berkata sambil melompat turun dari kudanya, lalu berjalan menghampiri abu api unggun. Dia mengulurkan tangannya untuk memeriksa. "Masih terasa hangat, jadi harusnya dia belum pergi jauh."Evan berdoa dalam hati semoga mereka tidak melihat ke atas …. Karena begitu mendongak, dia pasti akan ketahuan.Jika orang ini mendongak, mau tidak mau Evan harus menyerang dan membunuhnya …. Namun, bagaimana dengan empat orang lainnya?Semua anggota Divisi Pengawasan adalah ahli yang terkemuka. Kekuatan fisik Evan memang telah meningkat pesat berkat olahraga yang dia lakukan akhir-akhir ini, tetapi tetap saja dia tidak mungkin bisa menang melawan empat orang ahli dari Divisi Pengawasan secara bersamaan.Tiba-tiba, Evan menyadari bahwa sekawanan serigala

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status