“Trang....trangg....trangg...”. beberapa kali terjadi benturan dikedua senjata hingga menimbulkan percikan bunga api, tapi kedua belah pihak justru semakin memperhebat serangan mereka, mungkin diantara semua yang melihat hal pertarungan itu, hanya Bintang yang kelihatan gelisah, selain mengkhawatirkan Ayuandira, Bintang juga mulai merasa tidak enak dengan semakin ramainya masyarakat kota raja yang memenuhi tempat itu untuk menyaksikan pertarungan itu.
Dengan menggunakan golok sebagai senjata mereka, kini ke-4 murid Perguruan Golok Hantu mampu mengimbangi setiap serangan yang dilancarkan oleh Ayuandira, bahkan beberapa kali serangan mereka hampir saja melukai Ayuandira.
Memasuki jurus ke-34, tiba-tiba saja sosok Ayuandira melompat mundur kebelakang, tapi begitu kedua kakinya menyentuh tanah, tubuh Ayuandira terlihat melesat keudara, dan diudara.
“Tongkat Dewa Pengemis Menggebah Bukit heaa...... wusshhh.”. Ayuandira melepaskan salah satu pukulan tongka
Siang itu matahari bersinar dengan teriknya, panasnya yang terik serasa membakar dikulit, rasa gerah dan panas bercampur menjadi satu, hal inilah yang mungkin membuat bagi sebagian mahluk diatas permukaan bumi ini lebih memilih untuk mencari tempat-tempat teduh guna berlindung dari teriknya sinar sang mentari. Tapi hal sebaliknya justru terjadi disebuah negeri yang bernama Negeri Bintan, panasnya sinar terik sang matahari tampak tidak begitu mempengaruhi kerumunan puluhan orang yang tampak memadati sebuah jalan dikota raja itu, begitu ramainya sampai tempat itu penuh dengan jejalan manusia, apa yang terjadi sebenarnya ? hingga mereka rela berpanas dan berdesak-desakan memenuhi tempat itu. Rupanya ada sesuatu yang amat menarik perhatian yang kini ada dihadapan mereka, yaitu sebuah pertarungan sengit antara seorang gadis berwarna nan jelita, mengenakan pakaian berwarna merah jambu yang membungkus sekujur tubuhnya yang padat semampai, gadis ini tampak menggunakan sebatang tongkat pendek
“Wuuttt...”. dan tiba-tiba saja Dayungkara melemparkan tongkat ditangannya kearah Bintang dan Ayuandira dan tongkat itu melesat bagaikan panah yang terlepas dari busurnya. Walaupun suara riuh tempat itu begitu bergemuruh, tapi pendengaran Bintang yang tajam dapat mendengar suara desiran halus itu dengan jelas, maka ; “Tappp......”. tanpa menoleh, tangan Bintang berhasil menangkap benda yang tadi dilemparkan oleh Dayungkara yang ternyata adalah tongkat Ayuandira, dan Ayuandira sangat terkejut saat baru menyadari kalau Bintang telah berhasil menangkap tongkat yang tadi dilemparkan oleh Dayungkara. Dan Bintang segera menyerahkan tongkat itu ketangan Ayuandira. “Sudah kuduga kau pasti memiliki kepandaian andika, kuharap kau tak keberatan untuk memperlihatkannya padaku”. ucap sebuah suara yang membuat wajah Bintang dan Ayuandira terlihat berpaling, dan rupanya memang Dayungkara yang berucap tadi. “Maaf, ilmu kanuragan yang saya pelajari hanya untuk menjaga diri saya saja, tidak untuk dip
Dayungkara yang tak ingin kehilangan muka ditempat itu, tentu saja tak mau terpedaya dengan keadaannya sekarang, kedua tangannya terlihat mengepal, seluruh tenaganya telah disalurkannya kesekujur tubuhnya. “Ternyata kau punya isi juga andika, tapi kali ini seranganku tidak akan main-main lagi”. ucap Dayungkara lagi seraya mempersiapkan serangannya. “Jangan bertindak gegabah andika, jangan sampai ada yang terluka diantara kita”. ucap Bintang lagi berusaha menahan dirinya. “Jangan banyak bicara, lihat seranganku ini ....hyattt....!!”. Dayungkara kembali melesat dengan serangan tangan kosongnya kearah Bintang yang saat itu masih berdiri ditempatnya. Dan lagi-lagi Bintang hanya menarik napas panjang melihat hal itu. Sepertinya memang tidak ada jalan lain lagi bagi Bintang untuk menghindari pertarungan itu. Berikutnya Bintangpun segera bergerak menghindari setiap serangan-serangan yang dilancarkan oleh Dayungkara, dan lagi-lagi hal inipun mengundang decak kagum bagi siapa saja yang meli
Sementara itu dikamar Jaka Daru sendiri, terlihat Ayuandira dengan telaten memberikan ramuan yang baru saja dibuat oleh Bintang. Tapi saat ini yang menarik perhatian Jaka Daru sendiri adalah cerita yang baru saja didengarnya, cerita yang tentu saja sangat mengejutkan baginya. “Ja... jadi kang Bintang bisa mengalahkan Dayungkara. Kau ... kau tidak berguraukan Ayuandira ?”. tanya Jaka Daru lagi seakan tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “Benar kang, Ayu tidak bohong, bahkan bukan Ayu saja yang melihat pertarungan itu, hampir semua orang dikota raja melihatnya, termasuk Tumenggung Batik Lantung”. “Apa!! Tu...tumenggung Batik Lantung ada disana ?”. “Benar kakang. kakang lihat saja besok, pasti berita ini akan dengan cepat tersebar keseluruh pelosok negeri, bagaimana Dayungkara dapat dikalahkan dengan amat mudah oleh kang Bintang, dan dengan begitu dendam kakang sudah terbalaskan”. ucap Ayuandira lagi. “Sehebat itukah kang Bintang”. batin Jaka Daru lagi. “Kang ! kang!!!
“Oh ya, bolehkan kakang minum wedang jahenya ?”. ucap Bintang cepat untuk mencairkan suasana diantara mereka. “Oh iya, silahkan kang. Nanti kalau dingin tidak akan enak lagi”. ucap Ayuandira lagi seraya cepat mengangkat cangkir yang berisi wedang jahe itu kepada Bintang dan lagi-lagi Ayuandira merasakan dadanya berdebar keras saat tangan Bintang menyentuh tangannya saat mengambil cangkir dari tangannya. Sesaat bibir indah Ayuandira terlihat tersenyum indah saat melihat Bintang begitu menikmati wedang jahe pemberiannya. “Bagaimana kang ?” “Wah, ueanak tenan. Kau memang pandai Ayuandira, sangat beruntung kelak bila ada seorang laki-laki yang kelak akan menjadi suamimu”. puji Bintang lagi. “Ah kakang bisa aja”. ucap Ayuandira tersipu mendengar pujian Bintang. Sesaat keduanya kembali diam. Sebenarnya ada begitu banyak yang ingin dibicarakan oleh Ayuandira kepada Bintang, tapi entah kenapa malam itu lidahnya terasa kelu hingga tak sanggup untuk bicara banyak. “Ayuandira...”. suara lemb
“Akhirnya kita bertemu lagi Putri Kipas Kayangan”. ucap Bintang lagi tersenyum. “Kenapa andika membohongiku ?”. tapi ucapan yang justru keluar dari balik cadar kuning itu sungguh mengejutkan Bintang. “Bohong, apa yang harus aku bohongi ?”. ucap Bintang tak mengerti. “Andika jangan bersandiwara lagi, aku sudah tahu apa yag andika lakukan beberapa hari yang lalu dikota raja, sekarang andika masih menyangkal kalau andika sebenarnya adalah Ksatria Pengembara yang termasyur itu”. ucap Putri Kipas Kayangan lagi hingga kini mengertilah Bintang kenapa gadis itu menyebutnya pembohong. Tapi Bintang terdiam sejenak tak memberikan jawaban apa - apa. “Tidak sembarang orang bisa mengalahkan Dayungkara dengan begitu mudahnya”. sambung Putri Kipas Kayangan lagi. “Apakah sebuah nama begitu amat penting bagi nisanak.. ?”. ucap Bintang akhirnya. “Tentu, tentu saja, tapi aku hanya ingin tahu ?”. “Baiklah kalau begitu apa yang nisanak sangkakan selama ini memang benar”. ucap Bintang akhirnya mengala
Bahkan golok yang ada ditangannyapun sangat berbeda dengan ukuran golok-golok yang lain, ukuran goloknya terbilang besar, bahkan 3x lebih dari dari ukuran golok sebenarnya. Raut matanya tajam menatap kearah pintu perguruan Tongkat Dewa. Tak lama kemudian rombongan Jaka Darupun tiba dipintu perguruan dan hampir semuanya terhenyak saat melihat sosok yang berdiri disebelah Dayungkara tersebut. Begitu angker dan sangat mengerikan kelihatannya. Hal inipulalah yang dirasakan oleh Jaka Daru saat itu. “Rupanya Ki Prabaskara yang datang, sungguh suatu kehormatan bagi kami kedatangan guru besar dari Perguruan Golok Hantu”. Ucap Jaka Daru lagi menjura hormat pada sosok lelaki tua yang disebutnya dengan sebutan Ki Prabaskara. Ki Prabaskara adalah guru besar dari Perguruan Golok Hantu. “Mungkin aku tak perlu panjang lebar lagi Jaka Daru, aku menghormati perguruan ini seperti aku menghormati ayahmu Gusti Patih Suwandaru, kedatanganku kemari hanya ingin meminta pertanggung jawaban tamu kalian yang
Tidak salah, gadis muda berparas cantik nan jelita ini adalah Gusti Putri Roro Ajeng, dia adalah adik kandung dari Gusti Prabu Anggoro Putro, sudah bukan rahasia umum lagi tentang kecantikan yang dimiliki oleh Gusti Putri Roro Ajeng, dan tentu tidak ada seorang laki-lakipun yang tak mengagumi kecantikan dan keanggunan sosok Gusti Putri Roro Ajeng, apalagi keberadaan sosok Gusti Putri Roro Ajeng begitu sangat dicintai dan sangat dikenal dimasyarakat negeri Bintan ini, hal ini dikarenakan sifat baik dan sangat suka membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongannya, Gusti Putri Roro Ajeng terkenal dengan kelembutan dan keramahannya terutama kepada golongan orang-orang kecil. Dan diantara semua yang menatap kagum kearah sosok Gusti Putri Roro Ajeng, hanya Ayuandira saja yang terlihat tak senang atas kehadiran Gusti Putri Roro Ajeng ditempat itu. Sejenak terlihat putri nan cantik ini menatap semua orang-orang yang sudah siap bertempur itu. “Ada apa ini ?”. tanyanya lagi lembut. “Ah, t