Apa yang sebenarnya terjadi ? siapakah sosok yang mengeluarkan cahaya petir disekujur tubuhnya tersebut, Ksatria Pengembarakah ?
Dugaan kita memang tidak salah, sosok yang kini berdiri dengan sekujur tubuh dialiri aliran petir itu memang tak lain adalah Bintang adanya, secara tak langsung diantara ambang kehidupan dan kematiannya, energi besar dari bola cahaya hitam halilintar yang dilancarkan oleh jurus Kutukan Halilintar Langit, justru membuat Bintang mendapatkan energi petir yang tak terbatas, dan ini membuat jurus ketujuh dari Cakra Petir yang dimilikinya keluar. Inilah jurus dahsyat tingkat ketujuh dari jurus Cakra Petir. DEWA PETIR.
Sosok Bintang yang kini mengeluarkan petir dari sekujur tubuhnya membuat Xiang Wu Hen terkejut bukan kepalang, Xiang Wu Hen sendiri bingung dengan apa yang terjadi ?
“Aku tidak boleh berlama-lama, aku harus segera mengalahkannya” ucap Xiang Wu Hen membatin. Berfik
MALAM menyambut datangnya sang bulan yang bersinar indah malam itu dinegeri tibet. Ribuan Bintang-Bintangpun tampak bertaburan dicakrawala langit, menemani sang bulan. Suasana malam terasa begitu sunyi dan dingin. Debu padang pasir berterbangan kemana-mana. Beberapa orang terlihat sudah tenggelam dialam tidurnya. Sesekali terdengar suara binatang malam menghiasi malam.Di sebuah kamar yang tepatnya ditempati oleh rombongan partai Butong. Terlihat beberapa orang murid partai Butong tengah beristirahat, sebagian lagi tampak tenggelam di alam tapa bratanya, sedangkan yang lain terlihat tengah membantu pendeta Thio yang tengah mengobati luka dalam dan luar yang diderita oleh Bintang. Tak seberapa lama, Bintang kini sudah tampak terbaring lemah tak sadarkan diri diatas pembaringan, tubuhnya tampak terbalut oleh perban.“Bagaimana keadaan Bintang kakek guru?”. tanya Tio buki lagi terlihat khawatir.“Tidak apa-apa, mudah-mudahan dalam beberapa hari in
Satu minggu kemudian, keadaan Bintang sudah kembali seperti semula. Luka dalam yang dideritanyapun sudah sembuh. Cepatnya sembuh luka dalam Bintang, hal ini dikarenakan selain ramuan obat yang diberikan oleh Putri Liu-xue tapi juga penyaluran tenaga dalam yang dilakukan oleh pendeta Thio dan pendekar Tio.Pagi itu, Bintang dan rombongan partai Butong baru saja selesai menyantap sarapan mereka, dimana tiba-tiba saja sebuah ketukan terdengar dipintu kamar mereka. Saat pintu kamar dibuka, ternyata yang datang berkunjung adalah Nenek Yun Si-u, ketua Perguruan Kecapi Sakti. Kedatangan Nenek Yun Si-u beserta beberapa orang murid Perguruan Kecapi Sakti termasuk Bae Jeon, Putri Kim dan Putri Liu-xue sendiri tentu saja sangat mengejutkan pendeta Thio dan yang lainnya. Pendeta Thio segera mempersilahkan tamu-tamu kehormatannya untuk masuk. Merekapun duduk melingkar disebuah meja besar. Bintang dan Putri Liu-xue terlihat saling mencuri-curi pandang satu sama lain. Dan hal ini tak luput
SEBUAH goa yang terdapat didataran tinggi negeri tibet. Tampak 2 sosok tubuh tengah memasukinya. Begitu sempitnya lorong goa tersebut hingga keduanya terpaksa harus berjalan menyamping. Yang berjalan paling depan adalah sosok seorang gadis dengan fostur tubuh tinggi semampai, mengenakan pakaian berwarna Putih beralur hitam yang membalut tubuh indahnya, wajahnya tampak tertutup oleh sebuah cadar putih, yang terlihat hanya sepasang matanya yang indah dan sebuah berlian merah terlihat diantara kedua alis matanya yang indah. Sementara itu dibelakangnya, terlihat pula berjalan sesosok seorang pemuda berparas tampan, mengenakan jubah biru dengan rambut terkuncir bak ekor kuda. Sementara itu sebilah pedang bergagang seekor naga tersampir dipunggungnya. Melihat raut wajah dan penampilannya, pemuda tampan ini tak lain adalah Bintang adanya.Setelah cukup lama berjalan menyamping, akhirnya keduanya tiba juga ujung lorong goa batu tersebut. “Huupp...”. tiba-tiba saja sang ga
“Nenek memerintahkan agar kim bisa membantu kakak untuk menguasai jurus Leluhur yang hebat”. Ucap Putri Kim Si Hyang lagi.“Benar, kakak tidak mengerti tulisan yang tertera dikitab Leluhur ini”. Ucap Bintang polos. Hingga membuat Putri Kim Si Hyang tersenyum simpul mendengar kepolosan Bintang.“Baiklah kalau begitu ayo kita cari tempat yang enak untuk membahasnya kak Bintang”. Ucap Putri Kim Si Hyang lagi seraya berjalan mendahului Bintang. Bintang hanya mengikutinya dari belakang. Di lapangan pasir itu terdapat banyak batu besar yang bisa dijadikan sandaran atau tempat duduk, dan disinilah keduanya akhirnya duduk saling berhadapan.“Mana kitab itu kak?”Bintang mengeluakan kitab yang dimaksud oleh Putri Kim Si Hyang dan memberikannya.“Sebelumnya kim ingin mengatakan kepada kakak tentang kitab Leluhur ini, jurus Leluhur hanya ada 7 jurus, dimana setiap jurusn
Hari demi hari berjalan tanpa terasa, dua minggu berlalu sudah sejak Bintang berlatih bersama Putri Kim Si Hyang didalam goa batu tersebut. “Kaki Besi Melangkah...hyattt... wuutt...wuuttt....” terdengar sebuah teriakan keras terdengar dari dalam goa batu dimana ternyata keluar dari bibir seorang pemuda yang tengah berlatih ilmu kanuragan. Pemuda itu tak lain adalah Bintang adanya. Saat ini Bintang tengah menggunakan salah satu dari ketujuh jurus Leluhur yang dipelajarinya, yaitu jurus Kaki Besi Melangkah. Hentakan keras kaki kanan Bintang kepasir yang dibawahnya, membuat batu-batu yang ada disekitar tempat itu terangkat keudara, dan ; “Duarrr...duarr..duarr...duarr..duarr...” luar biasa apa yang terjadi berikutnya, batu-batu yang terangkat keudara itu langsung hancur berkeping-keping. Tak jauh dari Bintang yang tengah berlatih, sosok seorang gadis bercadar putih yang tak lain adalah Putri Kim Si Hyang tampak tengah duduk diatas sebu
“Kakak sudah berhasil menyempurnakan jurus kelima Liu-xue, jurus Kaki Besi Melangkah”. Ucap Bintang lagi hingga mengejutkan Putri Liu-xue. “Apa !! baru 2 minggu saja kakak sudah berhasil menguasai jurus Leluhur tingkat kelima”. Ucap Putri Liu-xue lagi seakan tak percaya seraya menatap kearah Bintang, yang ditatapnya hanya tersenyum. “Yap... secepatnya kakak akan menguasai 2 jurus yang tersisa dan setelah itu kakak akan memenangkan pertarungan terakhir”. Ucap Bintang lagi mantap hingga membuat Putri Liu-xue tersenyum mendengarnya. “Liu-xue selalu berdoa agar kakak yang akan memenangkan pertarungan terakhir”. Ucap Putri Liu-xue lagi seraya memeluk dada bidang Bintang. “Pasti Liu-xue, walau apapun yang terjadi kakak pasti akan memenangkan pertarungan terakhir. Takkan kakak biarkan Pangeran Kegelapan mendapatkan Liu-xue”. Ucap Bintang menatap. Sesaat wajah Putri Liu-xue berubah mendengar hal itu, diangkatnya wajahnya dan ditatapnya wajah
PAGI sudah datang sejak tadi. Dan ini dapat dilihat dari semburat cahaya yang masuk dari langit-langit goa dimana hampir selama 3 minggu ini Bintang berada didalamnya untuk berlatih jurus Leluhur yang dahsyat. “Duarr.... duar...duarrr...”. beberapa kali ledakan terjadi didanau kecil yang ada didalam sebuah goa batu. Ditengah-tengah danau tampak berdiri sesosok tubuh bertelanjang dada, hingga menampakkan ototnya yang kekar dan berisi. Didadanya terlihat sebuah rajah Bintang tarpatri. Melihat rajah Bintang, tentu kita sudah dapat menebak siapa adanya sosok pemuda yang sepertinya tengah berlatih ilmu kanuragan ini. Dia memang tak lain adalah Bintang adanya. Sementara itu ditepian danau, diatas bongkahan batu yang letakkanya cukup jauh dari tempat Bintang berlatih, tampak dua sosok gadis tengah duduk seraya memperhatikan Bintang yang tengah berlatih. Menilik kedua wajahnya, kedua gadis ini sama-sama berwajah cantik nan jelita. Kulitnya yang putih terbalut indah
HARI yang ditunggupun akhirnya tiba. Hari yang dinanti oleh banyak orang yang kini berada dinegeri tibet. Negeri kecil itu seakan menjadi lautan manusia yang datang dari segala penjuru bumi. Pertarungan terakhir yang akan mempertemukan Pangeran Kegelapan penguasa Istana Dewa akan berhadapan dengan pendekar muda dari tanah jawa yang bergelar Ksatria Pengembara sudah tersebar keseluruh penjuru dunia. Hingga kini semakin banyaklah orang-orang yang berdatangan ke negeri tibet untuk menyaksikan pertarungan terakhir tersebut. Dapat dibayangkan bagaimana lautan manusia mamadati negeri tibet yang kecil dan kini semuanya berkumpul di sekitar halaman Perguruan Kecapi Sakti yang luas, dimana sayembara pertarungan selama ini diadakan dihalaman tersebut. Suasana riuh membahana ditempat itu. Entah apa yang dibicarakan masing-masing orang. Tak sedikit yang bertaruh atas pertarungan yang akan terjadi. Suasana hening sejenak, saat sebuah rombongan memasuki halaman perguruan. Rombongan yang t