“Aku tidak tahu siapa kau anak muda, tapi aku senang bisa berurusan denganmu”. ucap sikepala begal lagi tertawa seraya kembali menaiki punggung kudanya dan dengan sekali perintah saja seluruh anak buahnya sudah mulai mengikutinya meninggalkan tempat itu. Sepeninggalan Gerombolan Begal Golok Iblis, Bintang kembali berbalik mendekati sikepala desa yang kini sudah didekati pula oleh beberapa penduduk desa.
“Bagaimana keadaanmu ki, apakah sudah baikan?”.
“Sudah raden, tapi raden tidak perlu berbuat begitu, kami lebih rela mati daripada harus tunduk dibawah perintah begal-begal keparat itu”. ucap sikepala desa nelayan lagi.
“Benar raden, kami lebih baik mati daripada harus tunduk pada perintah mereka”. ucap para penduduk yang lain lagi, Bintang kembali tersenyum bijak mendengar hal itu.
“Saya tahu ki, tidak ada satu orang manusiapun didunia ini yang mau diperintah oleh orang-orang seperti mereka, tapi semua itu saya lakukan agar tidak menimbulkan korban ya
“Jadi ini yang kalian inginkan.”. ucap Bintang lagi. “Ya, cepat serahkan semua uang itu maka kau boleh meninggalkan tempat ini dengan selamat”. ucap pemimpin Begal Golok Iblis lagi. “Boleh... boleh saja, aku akan menyerahkan seluruh uangku ini tapi dengan satu syarat.?”. “Syarat, cepat katakan syaratmu!” “Keempat kantong uangku ini ingin kutukarkan dengan nyawamu, bagaimana?”. ucap Bintang tiba-tiba hingga sangat mengejutkan semua mereka yang ada ditempat itu, terlebih pemimpin Begal Golok Iblis sendiri. Beberapa saat kemudian terdengarlah tawa pemimpin Begal Golok Iblis ini yang langsung disusul oleh tawa para anak buahnya yang lain. “Ha ha ha! kau ingin nyawaku, boleh saja kalau kau sangg...”. ucap pemimpin Begal Golok Iblis belum selesai terucap, tiba-tiba saja sosok pemuda yang tadinya masih berada beberapa langkah didepannya kini sudah berada dihadapannya, bahkan ; Desss...!!! Satu tendangan cepat telah menghantam wajahnya
Weeeerrrr...! Weeeerrrr...! Pemimpin Begal Golok Iblis ini terlihat memutar golok ditangannya, sepertinya pemimpin begal ini memutuskan untuk segera mengeluarkan jurus pamungkasnya yang selama ini selalu membuat dirinya menang dalam setiap pertarungan. Ditempatnya kening Bintang tampak berkerut saat melihat pemimpin begal itu tampak duduk bersemedi ditempatnya, sementara itu golok ditangannya terlihat ditancapkannya ketanah. Dan kening Bintang semakin berkerut saat melihat golok yang tadi tertancap ditanah terlihat perlahan-lahan mulai mengawang diudara dan berputar-putar diatas kepala sang pemimpin begal. “Wuutt”. dan golok itu melesat dengan kecepatan tinggi, seperti sebuah busur anak panah yang terlepas dari busurnya. “Uttsss”. untung saja Bintang bergerak reflek menghindari serangan tersebut, tapi seperti memiliki mata, golok itu berhenti melesat dan berbalik kembali kearah Bintang dan kembali melesat dengan cepatnya dan kali ini Bintang kembali bergerak menghind
“Heiii!!”. tiba-tiba saja salah seorang diantara para begal itu berteriak saat melihat salah seorang wanita tawanan mereka terlihat mencoba melarikan diri dengan berenang keseberang sungai, tapi ; “Settt....akkhh”. belum lagi dia jauh berenang keseberang, sebuah golok melesat dengan cepat kearahnya dan langsung membuatnya terpekik sesaat lalu kemudian tewas dan tubuhnya hanyut terbawa arus sungai tersebut. Rupanya yang melakukan hal itu adalah ki Sawir sendiri yang kini terlihat berdiri. “Nasib kalian semua akan sama seperti wanita bodoh itu jika coba-coba untuk melarikan diri lagi”. ucap ki Sawir lagi hingga kontan saja para wajah-wajah wanita tersebut memucat. “Sudah, ayo kita lanjutkan perjalanan kita, kita harus tiba dihutan rawingin sebelum malam.”. ucap ki Sawir lagi memerintahkan para anak buahnya untuk segera melanjutkan mereka dan perjalananpun akhirnya dilanjutkan. Dan akhirnya perjalanan merekapun mencapai batas hutan rawingin yang merupakan markas
“Randas, cepat kau bantu mereka”. “Baik guru.”. ucap Randas lagi seraya kembali masuk kedalam kancah pertarungan. Kini Bintang kembali harus dikeroyok oleh belasan orang anak buah Gerombolan Begal Hutan Waringin. “Ayo cepat bunuh pemuda itu ! siapapun yang bisa membunuhnya maka dia boleh memilih wanita manapun yang akan diantara mereka”. ucap ki Sawir lagi menjanjikan hadiah yang cukup menggiurkan bagi anak buahnya yang semakin bersemangat menyerang Bintang karena janji hadiah tersebut. “Kalian memang orang-orang yang tak perlu dikasihani”. ucap Bintang lagi dengan keras, dan bersamaan dengan itu, gerakan Bintangpun berubah, kalau tadi Bintang terus bergerak menghindari serangan setiap lawannya, tapi kini balik Bintang yang melancarkan serangannya, bahkan ; “Deeeessss....ddeeeesss...deeeesss.”. serangan gencar dan beruntun yang dilancarkan oleh Bintang langsung membuat beberapa orang dari anak buah ki Sawir terkapar ditanah, bahkan beberapa orang dian
“Keluarkan seluruh kepandaianmu bocah tengik agar kau tidak akan menyesal bila harus mati diujung tongkatku ini...wuutt!”. ucap ki Sawir lagi seraya terus melancarkan serangan gencarnya kearah Bintang, pada satu kesempatan sosok Bintang melompat menjauh, tapi ; “Mau lari kemana kau bocah tengik”. ucap ki Sawir seraya terus memburu Bintang dengan tongkat ditangannya. Dan ; “Tendangan Dewa Menjungkir Langit heaa....wuusshh...”. sosok Bintang melesat pula kedepan dengan kedua tendangannya menyongsong kearah sosok ki Sawir yang saat itu juga tengah terbang melesat kearahnya dan tiba-tiba saja kedua kaki Bintang muncul seberkas sinar biru yang juga tak kalah terang dari cahaya merah yang keluar dari ujung tongkat ki Sawir, dan ; “Blllaaaarrrrrr...!!!”. sebuah ledakan maha dasyat terjadi akibat bertemunya kedua Ajian pemungkas itu diudara, tubuh Bintang tampak terlempar kebelakang, tapi dengan beberapa kali bersalto diudara, Bintang berhasil mendaratkan kedua kakinya ketan
Perjalanan rombongan Begal Bukit Manoreh ini terlihat berjalan lancar tampak banyak mengalami hambatan, dan dikeremangan malam, dikejauhan mereka sudah dapat melihat bukit menoreh yang berdiri dengan kokohnya. Tapi tiba-tiba saja si Pecut Api menghentikan langkah kudanya, Bawar yang saat itu berada didekatnya dengan terkejut ikut menghentikan langkah kudanya. “Ada apa ketua.?” “Lihatt.!”. Bawar mengikuti arah yang ditunjuk oleh ketuanya dan seketika wajahnya berubah dengan mata menyipit. Walau dikegelapan malam, dia masih dapat melihat satu kepulan asap tebal dan cahaya kemerahan tampak menerangi puncak Bukit Manoreh. “Sepertinya cahaya merah itu berasal dari sesuatu yang dibakar ketua.”. “Benar, Astaga! ayo Bawar cepat kita harus segera tiba disana, perasaanku mengatakan telah terjadi sesuatu pada tempat kediaman kita...ayo!”. ucap si Pecut Api lagi seraya langsung menggebah kudanya dengan cepat, sementara itu Bawarpun segera memerintahkan ke
Keheningan malam itu di Bukit Manoreh kini terbuncah oleh satu suara pertarungan dasyat yang terjadi dipuncaknya, obor-obor yang menyala terang mengelilingi puncak Bukit Manoreh memperlihatkan dengan jelas pertarungan yang tengah terjadi antara kedua pemimpin Begal Bukit Manoreh menghadapi seorang pemuda yang akhir-akhir ini dikenal dengan nama Ksatria Pengembara. Sejauh ini Bintang masih mampu menghindari dengan mudah setiap serangan yang dilancarkan kearahnya dengan jurus Kijang Kelana yang dimilikinya, sementara itu kedua penyerangnya telah terlihat kehabisan tenaga sendiri akibat terlalu bernafsu untuk segera mengalahkan lawan mereka. Tapi disitulah justru letak kesalahan mereka, karena semakin mereka bernafsu untuk segera mengalahkan Bintang dengan semakin meningkatkan tenaga serangan mereka, semakin cepat pula tenaga mereka terkuras karena daya tarik dari jurus Kijang Kelana yang Bintang pergunakan, itulah salah satu keistimewaan jurus Kijang Kelana yang Bintang miliki, warisa
Walau sebenarnya merasa sangat marah karena dikalahkan dan dipermalukan seperti itu, tapi si Pecut Api tidak mampu berbuat banyak, kesaktiannya memang berada jauh dibawah Bintang. Sejenak kedua matanya tampak terlihat menatap kearah para anak buahnya yang juga terlihat bingung dan gentar, tidak mungkin saat ini baginya untuk kembali memerintahkan para anak buahnya untuk mengeroyok Bintang. Kekalahan ketua mereka ditangan pemuda yang mereka kenal dengan nama Ksatria Pengembara ini tentu saja semakin menjatuhkan nyali mereka dan kini mereka terlihat menanti apa jawaban dari ketua mereka atas ucapan Ksatria Pengembara tadi. “Baiklah, aku mengaku kalah dan berjanji tidak akan berbuat begal lagi”. ucap si Pecut Api akhirnya dan Bintang tersenyum mendengar hal itu. “Bagus, memang sudah saatnya kau menyadari kalau hidup ini terlalu singkat untuk kau sia-siakan Pecut Api...bertobatlah dan carilah jalan kebenaran”. ucap Bintang lagi seraya berbalik menghadap kearah belasan or