Tapi untunglah Bintang sudah menduga akan hal itu, maka ; “Huppp”. dengan cepat sosok Bintang melompat tinggi untuk menghindarinya, hingga ;
“Duarrr....duarrr...duarrrr”. batu-batu yang ada dibelakang Bintang langsung hancur berantakan saat terkena hantaman sinar merah yang tadi keluar dari 10 jari mahluk penghisap darah tersebut.
Untung saja tadi Bintang bergerak cepat menghindar, kalau tidak tentu tubuh Bintangpun akan mengalami hal yang sama dengan batu-batu tersebut. Melihat buruannya lolos, Sunarya kembali menggeram dan kembali memburu kearah Bintang dan lagi-lagi mahluk penghisap darah itu melepakan cahaya-cahaya merah dari kuku runcingnya.
“Duarr....duarrrrr.....dduuuaarrrrrrr”. dan kembali batu-batu yang menjadi sasaran kosong oleh mahluk penghisap darah itu hancur berantakan, dan kini terlihat tempat itu benar-benar berubah menjadi hancur lantak akibat serangan-serangan mematikan yang dilepaskan oleh Sunarnya. Sementara itu Bintang masih terus berger
“Gggrrrr...”. kembali terdengar geraman dasyat dari mulut manusia penghisap darah itu, pandangannya terlihat gusar menatap kearah Bintang, sementara itu Bintang hanya tersenyum melihat hal itu dan Bintang segera mencabut pedangnya kembali dari tubuh manusia penghisap darah itu dan kembali memasukkan pedangnya kedalam warangkanya. “Aku akan membiarkanmu hidup jika kau mau bertobat dan meninggalkan kesesatanmu ini Sunarya”. ucap Bintang lagi, tapi bukannya jawaban yang didapatkan oleh Bintang melainkan satu geraman keras yang keluar dari mulut bertaring tersebut. “Sepertinya aku memang sudah tidak mungkin lagi untuk menyadarkanmu Sunarya”. ucap Bintang lagi “Gggrrrrr...”. hanya itu sambutan yang didapatkan oleh Bintang dan terlihat Bintang hanya dapat menarik napas panjangnya. Dan sesaat terlihat wajah mahluk penghisap darah itu terlihat kembali mengadah kearah langit, dan ; “Dlebbbb...”. sosok raut wajah yang tadinya begitu mengerikan, kini telah berubah kermb
Malam itu Nyai Kembangsari tampil dengan pakaian indahnya yang semakin memperlihatkan sosoknya yang anggun dan cantik juga memperlihatkan akan kebangsawan dirinya, sesaat Nyai Kembangsari terlihat menatap kearah Bintang yang saat itu berada tak jauh darinya, dan bibir Nyai Kembangsari terlihat tersenyum saat melihat Bintang juga sangat menikmati pertunjukan yang ada dihadapannya. Dan saat itupun Bintang tanpa sengaja tengah berpaling kearahnya, dan Bintangpun melemparkan senyumnya kearah Nyai Kembangsari yang saat itu juga tengah tersenyum kepadanya. Sesaat terlihat Nyai Kembangsari berpaling kearah Ki Tayub yang saat itu juga berada tak jauh darinya. “Ki Tayub, aku ingin beristirahat dulu dikamarku, biarkan saja pesta ini berlangsung sampai subuh ki...”. ucap Nyai Kembangsari lagi. “Baik Nyai....”. ucap Ki Tayub lagi menganggukkan wajahnya. Dan Nyai Kembangsari terlihat berdiri dan sebelum dia beranjak meninggalkan tempat itu, Nyai Kembangsari sempat berpaling kearah Bintang yang sa
Pagi itu semuanya berakhir, kemeriahan yang terjadi ditempat kediaman Nyai Kembangsari berakhir setelah selama 3 hari 3 malam meriah dengan pesta besar yang sangat meriah. Dan hari itu semua orang terlihat ikut membantu membereskan barang-barang dan peralatan-peralatan dari pesta tersebut. Sementara itu dikamarnya masing-masing, terlihat sosok Nyai Kembangsari dan Bintang masih sama-sama terlelap, keduanya masih terkapar lemas setelah malam tadi kembali bergelut memacu birahi, bahkan malam tadi mereka melakukannya lebih lama dari malam-malam sebelumnya, karena keduanya menyadari, malam itu merupakan malam terakhir pesta kemeriahan yang diadakan ditempat kediaman Nyai Kembangsari, itu berarti merupakan malam terakhir bagi mereka untuk bercumbu tanpa diketahui oleh orang lain hingga kedua-duanya bergelut hingga sampai subuh datang menjelang. Dan saat siang sudah datang menghampar, baru sosok Nyai Kembangsari terlihat keluar dari kamarnya, dan terlihat kini sosok Nyai Kembangsa
“Nyai...”. suara lembut Bintang terdengar menyapa ditelinganya dan hal ini cukup menyadarkan Nyai Kembangsari dari lamunannya dan baru disadarinya kalau saat ini Bintang tengah memeluk dirinya dari belakang dan ; “Kakang”. ucap Nyai Kembangsari tersenyum melihat keberadaan Bintang didekatnya, dibiarkannya Bintang yang kini telah menciumi dengan hangat lehernya yang jenjang dan indah itu, Nyai Kembangsari hanya mampu memejamkan kedua matanya menikmati kecupan bibir Bintang pada lehernya. “Ada apa Nyai, sepertinya ada sesuatu yang Nyai pikirkan ?”. ucap Bintang lagi seraya membalik sosok Nyai Kembangsari hingga kini sosok keduanya saling berhadapan. “Ah, tidak apa-apa kakang, tidak ada yang kupikirkan”. ucap Nyai Kembangsari tersenyum seraya bangkit berdiri, dipeluknya dengan erat leher Bintang dan ditariknya dengan kuat hingga kini kedua-duanya saling melumat satu sama lain, Bintangpun memberikan balasan yang tak kalah hangatnya pada kecupan bibir Nyai Kembangsari yang saat itu telah
Beberapa hari berlalu tanpa terasa, kehidupan berjalan seperti biasanya, matahari sudah terlihat mulai condong kebarat, sinarnya sudah tidak lagi terasa panas menyengat seperti siang tadi, sementara itu ditempat kediaman Nyai Kembangsari sendiri. Terlihat sosok Bintang dan Ki Tayub yang tengah beristirahat setelah seharian Bintang membantu Ki Tayub untuk memandikan kuda-kuda Nyai Kembangsari. Kedua terlihat begitu menikmati hembusan angin yang begitu terasa nikmat membelai tubuh mereka, sejenak terlihat wajah Ki Tayub menatap kesana kemari seperti tengah mencari sesuatu. Lalu kemudian tatapannya kembali diarahkannya kepada Bintang.“Raden....”. ternyata suara pelan dari Ki Tayub terdengar menyapa Bintang yang ada disebelahnya, Bintang segera berpaling mendengar hal itu dan kini Bintang dapat melihat sosok Ki Tayub yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu yang amat rahasia padanya. “Ada apa ki. ?”.“Anu...raden....hemm”. terlihat Ki Tayub menjadi gugup sendiri. “Jangan takut ki, katakan
“Hentikan!!”. sebuah suara terdengar keras menghentikan tindakan pengawal Demang Witarna yang ingin menggunakan tenaganya untuk mendorong Bintang, semua mata segera tertuju kearah asal suara, dan ; “Nyai...”. Demang Witarna terlihat gembira seraya menyambut kedatangan seorang wanita anggun berparas cantik yang tak lain adalah Nyai Kembangsari sendiri adanya. “Maaf saya baru bisa datang sekarang Nyai, karena saya baru dengar beberapa waktu yang lalu tentang teror yang disebarkan oleh mahluk penghisap darah itu, kalau saya tahu lebih awal, saya pasti akan datang membantu”. ucap Demang Witarna lagi menjelaskan maksud kedatangannya. “Tidak apa-apa kangmas, semuanya juga sudah selesai”. ucap Nyai Kembangsari lagi yang kemudian menatap kearah Bintang. “Apa yang terjadi ?”. “Oh itu pelayan Nyai tidak mau saat kusuruh untuk memberi makan kudaku ?”. jawab Demang Witarna lagi seenaknya. Wajah Nyai Kembangsari terlihat berubah mendengar hal itu. “Dia buk
“Kaukah itu kakang ?”. ucap Nyai Kembangsari dengan suara bergetar. Tak ada jawaban dari sosok tersebut. “Kemarilah kakang, aku tahu selama beberapa hari ini aku terpaksa harus mengindahkan kakang, tapi semua itu akan kubayar malam ini kakang, ayo kakang kemarilah”. ucap Nyai Kembangsari lagi terlihat tak sabar untuk segera mencumbui Bintang dan begitu sosok yang diduganya Bintang itu membuka tirai sutranya. “K...kkk...kangmas Witarna”. ucap Nyai Kembangsari terkejut karena ternyata bukan Bintang, sementara itu lelaki yang tak lain memang Demang Witarna itu terlihat menatapi sosok Nyai Kembangsari yang saat itu berada dihadapannya hanya mengenakan gaun tidurnya yang terbuat dari sutra putih yang begitu serasi membungkus tubuh sintal dan indah milik Nyai Kembangsari, hal inilah yang membuat Demang Witarna harus berkali-kali meneguk air liurnya sendiri melihat kemolekan dan keindahan tubuh yang membayang jelas dibalik sutra putih yang dikenakan oleh Nyai Kembangsari.
Keesokan harinya, suasana ditempat kediaman Nyai Kembangsari berjalan seperti biasanya, tapi kejadian menghebohkan tadi malam tentu saja menjadi pembicaraan hangat pagi itu diantara masyarakat desa Tawungsari sendiri. Sementara itu Bintang sendiri baru kembali pada siang harinya. Kedatangan Bintang langsung disambut oleh Ki Tayub. “Aduh raden, raden kemana saja, Nyai sangat mencemaskan keadaan raden”. “Maaf ki, aku hanya mengikuti mereka, oh ya bagaimana keadaan Nyai ?” “Sudah lebih baik raden, oh ya Nyai berpesan kalau raden kembali, Nyai ingin segera bertemu”. ucap Ki Tayub lagi. “Baik ki, terima kasih”. ucap Bintang lagi seraya langsung menuju kekamar Nyai Kembangsari. “Tok....tok....tokk”. Bintang mengetuk perlahan pintu kamar itu. Tak lama kemudian Bintang dapat mendengar suara langkah halus dari dalam kamar tersebut, dan ; “Kreaakk”. pintu kamar itu terbuka dan terlihatlah sesosok wanita anggun berparas jelita yang kini berdiri dihadapan