“Hentikan!!”. sebuah suara terdengar keras menghentikan tindakan pengawal Demang Witarna yang ingin menggunakan tenaganya untuk mendorong Bintang, semua mata segera tertuju kearah asal suara, dan ; “Nyai...”. Demang Witarna terlihat gembira seraya menyambut kedatangan seorang wanita anggun berparas cantik yang tak lain adalah Nyai Kembangsari sendiri adanya. “Maaf saya baru bisa datang sekarang Nyai, karena saya baru dengar beberapa waktu yang lalu tentang teror yang disebarkan oleh mahluk penghisap darah itu, kalau saya tahu lebih awal, saya pasti akan datang membantu”. ucap Demang Witarna lagi menjelaskan maksud kedatangannya. “Tidak apa-apa kangmas, semuanya juga sudah selesai”. ucap Nyai Kembangsari lagi yang kemudian menatap kearah Bintang. “Apa yang terjadi ?”. “Oh itu pelayan Nyai tidak mau saat kusuruh untuk memberi makan kudaku ?”. jawab Demang Witarna lagi seenaknya. Wajah Nyai Kembangsari terlihat berubah mendengar hal itu. “Dia buk
“Kaukah itu kakang ?”. ucap Nyai Kembangsari dengan suara bergetar. Tak ada jawaban dari sosok tersebut. “Kemarilah kakang, aku tahu selama beberapa hari ini aku terpaksa harus mengindahkan kakang, tapi semua itu akan kubayar malam ini kakang, ayo kakang kemarilah”. ucap Nyai Kembangsari lagi terlihat tak sabar untuk segera mencumbui Bintang dan begitu sosok yang diduganya Bintang itu membuka tirai sutranya. “K...kkk...kangmas Witarna”. ucap Nyai Kembangsari terkejut karena ternyata bukan Bintang, sementara itu lelaki yang tak lain memang Demang Witarna itu terlihat menatapi sosok Nyai Kembangsari yang saat itu berada dihadapannya hanya mengenakan gaun tidurnya yang terbuat dari sutra putih yang begitu serasi membungkus tubuh sintal dan indah milik Nyai Kembangsari, hal inilah yang membuat Demang Witarna harus berkali-kali meneguk air liurnya sendiri melihat kemolekan dan keindahan tubuh yang membayang jelas dibalik sutra putih yang dikenakan oleh Nyai Kembangsari.
Keesokan harinya, suasana ditempat kediaman Nyai Kembangsari berjalan seperti biasanya, tapi kejadian menghebohkan tadi malam tentu saja menjadi pembicaraan hangat pagi itu diantara masyarakat desa Tawungsari sendiri. Sementara itu Bintang sendiri baru kembali pada siang harinya. Kedatangan Bintang langsung disambut oleh Ki Tayub. “Aduh raden, raden kemana saja, Nyai sangat mencemaskan keadaan raden”. “Maaf ki, aku hanya mengikuti mereka, oh ya bagaimana keadaan Nyai ?” “Sudah lebih baik raden, oh ya Nyai berpesan kalau raden kembali, Nyai ingin segera bertemu”. ucap Ki Tayub lagi. “Baik ki, terima kasih”. ucap Bintang lagi seraya langsung menuju kekamar Nyai Kembangsari. “Tok....tok....tokk”. Bintang mengetuk perlahan pintu kamar itu. Tak lama kemudian Bintang dapat mendengar suara langkah halus dari dalam kamar tersebut, dan ; “Kreaakk”. pintu kamar itu terbuka dan terlihatlah sesosok wanita anggun berparas jelita yang kini berdiri dihadapan
“Jangan pergi hari ini kakang” “Memangnya kenapa. ?” “Karena aku takkan sanggup selama itu untuk merindukan kakang, aku bisa mati dalam kerinduan kakang.”. ucap Nyai Kembangsari lagi. “Aku juga mungkin takkan sanggup untuk tidak merindukan Nyai selama itu”. sambut Bintang lagi tersenyum. “Kalau begitu jangan pergi hari ini kakang, besok saja, aku ingin menghabiskan hari ini bersama kakang, berdua saja”. ucap Nyai Kembangsari lagi. “Aku mohon kakang”. ucap Nyai Kembangsari memohon dan Bintang hanya bisa tersenyum mengalah akhirnya, Nyai Kembangsari ikut balas tersenyum, lalu sesaat kemudian Nyai Kembangsari mendekatkan dirinya dan wajahnya kepada Bintang, dan ; “Ufffhhh”. kedua bibir itu bertemu dalam satu lumatan hangat dan penuh gairah, ternyata kerinduan akan kehangatan yang selama beberapa hari ini tidak mereka rasakan, benar-benar keluar dalam lumatan hangat keduanya yang terlihat begitu saling menikmati, Bintang terlihat hanya menurut saja saat kedua tangan Nyai Kembangsari d
Senjapun akhirnya berganti malam, sementara itu dikamar Nyai Kembangsari sendiri, terlihat sosok Nyai Kembangsari tengah memeluk dada Bintang, tubuh keduanya terlihat diselimuti oleh selimut tipis yang ada diatas peraduan itu. Keduanya terlihat sangat menikmati kebersamaan mereka, rasa lelah masih terasa disekujur tubuh keduanya setelah sejak siang tadi, keduanya tengah memadu birahi diatas peraduan yang ada dikamar Nyai Kembangsari yang entah yang keberapa kalinya menjadi saksi pergulatan birahi diantara keduanya. Begitu jelas terlihat ada sinar kebahagiaan diwajah kedua anak manusia ini. “Tok...tok....tok”. sebuah ketukan terdengar dari luar pintu kamar Nyai Kembangsari, ketukan ini tentu saja membuat perhatian Bintang dan Nyai Kembangsari berpaling kearah pintu kamar tersebut. “Biar aku yang membukanya kakang”. ucap Nyai Kembangsari lagi seraya menahan tubuh Bintang yang ingin bangkit, dan Nyai Kembangsari masih sempat-sempatnya melepaskan satu ciuman hanganyat di
Malam berjalan semakin larut, kehidupan alam terlihat begitu hening dan tenang, karena hampir sebagian mahluk penghuni muka bumi ini sudah mulai beranjak ke tempat peraduannya masing-masing untuk melepaskan rasa lelah setelah seharian bekerja. Keheningan itu pula yang saat ini terjadi di Desa Tawungsari, tempat dimana Bintang saat ini berada, hanya beberapa orang penduduk desa yang tengah meronda yang terlihat berkeliaran di jalan-jalan desa. Sementara itu ditempat kediaman Nyai Kembangsari yang megah dan indah, tepatnya didepan pintu sebuah kamar, terlihat berdiri sosok seorang pemuda berparas tampan yang tak lain adalah Bintang adanya. Entah apa yang Bintang lakukan saat itu yang hanya berdiri tanpa melakukan apa-apa ditempatnya. “Sekarang kakang boleh masuk!!”. terdengar sebuah suara halus dan lembut dari dalam kamar, dengan perasaan berdebar Bintang akhirnya membuka pintu tersebut dan segera menutupnya, sejenak Bintang mengedarkan pandangannya keseluruh isi kamar tersebut dan ;
“Kalau begitu aku akan mewujudkan impian Nyai”. ucap Bintang lagi hingga membuat Nyai Kembangsari terkejut. “Anggaplah malam ini merupakan malam pertama pernikahan kita dinda”. ucap Bintang lagi seraya menyebut Nyai Kembangsari dengan sebutan dinda. Nyai Kembangsari hanya terlihat tersenyum mendengar hal itu. Dimatanya sosok Nyai Kembangsari benar-benar sangat mempesona dirinya, hal ini pulalah yang kemudian mendorong Bintang untuk mengangkat tangannya dan membelai wajah cantik itu. Nyai Kembangsari hanya tampak memejamkan kedua matanya saat merasakan kehangatan belaian tangan Bintang pada wajahnya “Mari kita jadikan malam pertama pernikahan kita ini menjadi malam yang sangat berkesan dan takkan pernah terlupakan kakang”. ucap Nyai Kembangsari tersenyum. Bintangpun balas tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Dan kemudian Bintang kembali menundukkan wajahnya mengikuti tarikan kedua tangan Nyai Kembangsari yang saat itu telah menarik lehernya dan kembali kedua bibir itu bertemu dal
“Braakkk”. Bintang semakin dikejutkan dengan didobraknya suara pintu Nyai Kembangsari, dan ; “Ki Tayub....”. ucap Bintang mengenali sosok lelaki tua setengah baya yang terlihat masuk dengan beberapa orang pengawal rumah Nyai Kembangsari. Dan Bintang dapat melihat Ki Tayub tampak terkejut saat melihat lobang besar yang ada diatap kamar tersebut. “Kita terlambat ki....”. ucap salah satu pengawal yang masuk bersama Ki Tayub. “Ya, aku yakin ini semua adalah ulah Demang Witarna yang tidak menerima kejadian malam itu”. ucap Ki Tayub lagi terlihat menggeram kesal. “Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang ki ?”. “Kita tak mungkin bisa membebaskan Nyai Kembangsari, Demang Witarna memiliki jago-jago handal yang cukup banyak, sayang Raden Bintang tidak ada disini”. ucap Ki Tayub lagi terlihat berpikir sejenak. “Sebagian dari kalian tetap disini untuk berjaga-jaga, aku akan pergi ke hutan Rantangpuri untuk meminta bantuan Kepala Begal Sawungpati