Share

88. Bagian 4

last update Last Updated: 2021-09-03 15:20:40

Malam itu, istana Negeri Batuahpun mengadakan perjamuan besar dengan Pudjasari sebagai penampil utamanya. Tarian ronggeng memang masih belum dikenal di Negeri Batuah. Sekedar untuk diketahui dimasa itu, wilayah Negeri Batuah masih menganut kepercayaan hindu-budha. Apa yang dipertunjukkan oleh Pudja menghipnotis semua orang yang melihatnya, karena baru kali ini mereka melihat sebuah tarian yang mampu menggoyahkan hasrat birahi mereka sebagai laki-laki.

Saat itu Bintang duduk bersebelahan dengan Paduka Rajo Ananggawarman, disebelah Bintang tampak pula duduk Putri Aurellya, sedangkan disebelah berlawanan dari Bintang tampak pula duduk Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam yang duduk bersebelahan dengan nyai purbasari.

Malam semakin larut, semua tampak begitu menikmati apa yang disuguhkan oleh Pudja dalam tarian ronggengnya. Sementara itu Pudja terus melenggang lenggokkan tubuhnya sambil sesekali mengarahkan pandangannya kearah Bintang. Hal ini beberapa kali dilihat oleh Putri Aurellya yang tentu saja merasakan jengah melihat tatapan penuh kemesraan yang dilakukan oleh Pudja pada suaminya, Bintang.

Bintang yang saat itu masih menikmati apa yang diperlihatkan oleh Pudja, tiba-tiba saja wajah Bintang berubah. Sejenak Bintang mengalihkan pandangannya kearah bawah dan wajah Bintang semakin berubah. Sejak saat itu Bintang terlihat gelisah ditempat duduknya, beberapa kali Bintang memperbaiki posisi duduknya. Dan rupanya hal ini memancing perhatian Putri Aurellya yang menyadari keadaan Bintang yang tidak nyaman.

“Ada apa kanda ?” ucap Putri Aurellya setengah berbisik kepada Bintang.

“Oh tidak apa-apa dinda... tidak apa-apa” ucap Bintang cepat melempar senyum kearah Putri Aurellya.

Sebisa mungkin Bintang berusaha nyaman dengan keadaannya, tapi semakin lama semakin Bintang terlihat tidak nyaman, beberapa kali Bintang memperbaiki posisi duduknya kembali dan memperbaiki jubah birunya untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. Dan hal ini memancing perhatian Putri Aurellya yang terus memperhatikan keadaan Bintang.

“Ada apa sih kanda ?” tanya Putri Aurellya lagi setengah berbisik kepada Bintang. Kali ini Bintang tak menjawab tapi mengarahkan pandangannya kearah bawah selangkangannya, Putri Aurellya mengikuti pandangan Bintang dan seketika wajah Putri Aurellya ikut berubah.

“Kok bisa begitu... kanda terpengaruh oleh tarian Pudja ya ?” bisik Putri Aurellya lagi. Bintang terdiam sejenak.

“Tidak dinda... entah kenapa bisa begini” ucap Bintang lagi setengah berbisik.

“Ah sudahlah... yuk lah kita pergi dari sini kanda... dinda juga sudah tak nyaman disini” ucap Putri Aurellya lagi mengajak Bintang. Bintangpun mengangguk. Lalu keduanyapun berpamitan kepada Paduka Rajo Ananggawarman untuk meninggalkan tempat itu untuk kembali ke kamar, Paduka Rajo Ananggawarman hanya menganggukkan kepalanya saja sedikit tak memperdulikan hal itu, karena perhatiannya kini lebih tertuju kearah Pudja.

Bintang dan Putri Aurellya segera meninggalkan tempat itu dan sepanjang jalan Bintang tampak menutupi bagian bawahnya dengan jubah dan tangannya. Langkah keduanya tampak cepat meninggalkan tempat itu. Hingga keduanya akhirnya tiba juga didepan pintu kamar yang memang telah disediakan oleh Paduka Rajo Ananggawarman untuk tamu kehormatan seperti Bintang.

Keduanya segera melangkah masuk. Putri Aurellya dengan cepat mengunci pintu kamar tersebut. Putri Aurellya cepat berbalik kearah Bintang dan langsung memandang kearah selangkangan Bintang.

“Kenapa bisa begitu kanda... kanda benaran terangsang melihat tarian Pudja ya ?” tanya Putri Aurellya dengan nada sedikit keras.

“Tidak dinda, benaran... kanda juga tidak tau kenapa seperti ini... tiba-tiba saja” ucap Bintang mencoba menjelaskan. “Untuk apa kanda tertarik dengan wanita lain, kalau kanda punya istri secantik dinda” sambung Bintang lagi. Hingga membuat Putri Aurellya yang tadi cemberut, berubah bahagia mendengarnya.

“Benaran kanda tidak tertarik dengan Pudja ?” tanya Putri Aurellya lagi.

“Benar dinda...” ucap Bintang mantap.

“Lalu bagaimana sekarang dinda ?”

“Mau bagaimana lagi kanda...” ucap Putri Aurellya tersenyum.

“Ya bagaimana dinda ?” tanya Bintang bingung.

“Sudah kewajiban seorang istri untuk selalu siap melayani kebutuhan hasrat suaminya....” ucap Putri Aurellya lagi seraya melepas satu demi satu pakaian yang melekat ditubuhnya dihadapan Bintang yang kini menatapnya dengan tatapan penuh nafsu.

Keduanya bergelut, bergumul, bercinta, memburu kenikmatan dan kebahagiaan. Fajar menyingsing keduanya tidur berpelukan, lelap.

-o0o-

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 17

    Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 16

    Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 15

    “Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 14

    Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 13

    Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 12

    “Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status