Share

88. Bagian 4

Malam itu, istana Negeri Batuahpun mengadakan perjamuan besar dengan Pudjasari sebagai penampil utamanya. Tarian ronggeng memang masih belum dikenal di Negeri Batuah. Sekedar untuk diketahui dimasa itu, wilayah Negeri Batuah masih menganut kepercayaan hindu-budha. Apa yang dipertunjukkan oleh Pudja menghipnotis semua orang yang melihatnya, karena baru kali ini mereka melihat sebuah tarian yang mampu menggoyahkan hasrat birahi mereka sebagai laki-laki.

Saat itu Bintang duduk bersebelahan dengan Paduka Rajo Ananggawarman, disebelah Bintang tampak pula duduk Putri Aurellya, sedangkan disebelah berlawanan dari Bintang tampak pula duduk Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam yang duduk bersebelahan dengan nyai purbasari.

Malam semakin larut, semua tampak begitu menikmati apa yang disuguhkan oleh Pudja dalam tarian ronggengnya. Sementara itu Pudja terus melenggang lenggokkan tubuhnya sambil sesekali mengarahkan pandangannya kearah Bintang. Hal ini beberapa kali dilihat oleh Putri Aurellya yang tentu saja merasakan jengah melihat tatapan penuh kemesraan yang dilakukan oleh Pudja pada suaminya, Bintang.

Bintang yang saat itu masih menikmati apa yang diperlihatkan oleh Pudja, tiba-tiba saja wajah Bintang berubah. Sejenak Bintang mengalihkan pandangannya kearah bawah dan wajah Bintang semakin berubah. Sejak saat itu Bintang terlihat gelisah ditempat duduknya, beberapa kali Bintang memperbaiki posisi duduknya. Dan rupanya hal ini memancing perhatian Putri Aurellya yang menyadari keadaan Bintang yang tidak nyaman.

“Ada apa kanda ?” ucap Putri Aurellya setengah berbisik kepada Bintang.

“Oh tidak apa-apa dinda... tidak apa-apa” ucap Bintang cepat melempar senyum kearah Putri Aurellya.

Sebisa mungkin Bintang berusaha nyaman dengan keadaannya, tapi semakin lama semakin Bintang terlihat tidak nyaman, beberapa kali Bintang memperbaiki posisi duduknya kembali dan memperbaiki jubah birunya untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. Dan hal ini memancing perhatian Putri Aurellya yang terus memperhatikan keadaan Bintang.

“Ada apa sih kanda ?” tanya Putri Aurellya lagi setengah berbisik kepada Bintang. Kali ini Bintang tak menjawab tapi mengarahkan pandangannya kearah bawah selangkangannya, Putri Aurellya mengikuti pandangan Bintang dan seketika wajah Putri Aurellya ikut berubah.

“Kok bisa begitu... kanda terpengaruh oleh tarian Pudja ya ?” bisik Putri Aurellya lagi. Bintang terdiam sejenak.

“Tidak dinda... entah kenapa bisa begini” ucap Bintang lagi setengah berbisik.

“Ah sudahlah... yuk lah kita pergi dari sini kanda... dinda juga sudah tak nyaman disini” ucap Putri Aurellya lagi mengajak Bintang. Bintangpun mengangguk. Lalu keduanyapun berpamitan kepada Paduka Rajo Ananggawarman untuk meninggalkan tempat itu untuk kembali ke kamar, Paduka Rajo Ananggawarman hanya menganggukkan kepalanya saja sedikit tak memperdulikan hal itu, karena perhatiannya kini lebih tertuju kearah Pudja.

Bintang dan Putri Aurellya segera meninggalkan tempat itu dan sepanjang jalan Bintang tampak menutupi bagian bawahnya dengan jubah dan tangannya. Langkah keduanya tampak cepat meninggalkan tempat itu. Hingga keduanya akhirnya tiba juga didepan pintu kamar yang memang telah disediakan oleh Paduka Rajo Ananggawarman untuk tamu kehormatan seperti Bintang.

Keduanya segera melangkah masuk. Putri Aurellya dengan cepat mengunci pintu kamar tersebut. Putri Aurellya cepat berbalik kearah Bintang dan langsung memandang kearah selangkangan Bintang.

“Kenapa bisa begitu kanda... kanda benaran terangsang melihat tarian Pudja ya ?” tanya Putri Aurellya dengan nada sedikit keras.

“Tidak dinda, benaran... kanda juga tidak tau kenapa seperti ini... tiba-tiba saja” ucap Bintang mencoba menjelaskan. “Untuk apa kanda tertarik dengan wanita lain, kalau kanda punya istri secantik dinda” sambung Bintang lagi. Hingga membuat Putri Aurellya yang tadi cemberut, berubah bahagia mendengarnya.

“Benaran kanda tidak tertarik dengan Pudja ?” tanya Putri Aurellya lagi.

“Benar dinda...” ucap Bintang mantap.

“Lalu bagaimana sekarang dinda ?”

“Mau bagaimana lagi kanda...” ucap Putri Aurellya tersenyum.

“Ya bagaimana dinda ?” tanya Bintang bingung.

“Sudah kewajiban seorang istri untuk selalu siap melayani kebutuhan hasrat suaminya....” ucap Putri Aurellya lagi seraya melepas satu demi satu pakaian yang melekat ditubuhnya dihadapan Bintang yang kini menatapnya dengan tatapan penuh nafsu.

Keduanya bergelut, bergumul, bercinta, memburu kenikmatan dan kebahagiaan. Fajar menyingsing keduanya tidur berpelukan, lelap.

-o0o-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status