Share

Zahra Menjenguk Fikri

Sesampainya di rumah sakit orang tua Fikri pun segera mencari ruangan anaknya, dan segera menuju ke sana. Dibukanya pintu ruang ICU itu dengan tidak sabaran. Dan terlihatlah Fikri yang sedang terbaring lemah dengan selang infus di tangannya, perban pembalut di kepala depan dekat dahinya, dan beberapa perban lagi di kaki dan tangannya. Pak Kusuma dan Ibu Rani sangat sedih melihat keadaan anak mereka sekarang. Ibu Rani duduk di samping tempat tidur Fikri yang masih belum sadar, memegang tangan cowok yang sudah dianggap seperti anak kandungnya itu, dan terlihat air mata kini menghiasi pipinya. Bagi orang tua, rasa sakit yang sangat besar adalah ketika melihat anaknya sakit. Dan seperti itulah yang kini dirasakan oleh Pak Kusuma dan Ibu Rani.

Keesokan harinya, kabar tentang Fikri sampai di sekolah. Ibu Asnia sendiri yang memberitahukan kepada anak-anak kelas XII IPA 1. mereka semua sangat terkejut mendengar bahwa Fikri kecelakaan, begitu pun dengan Zahra. Ketika ia tahu kalau Fikri kecelakaan, terlihat seharian ini dia begitu murung di sekolah. Tak ada raut kegembiraan yang biasanya terpancar di wajah cantiknya. Tak ada raut ketenangan yang biasanya menghiasi harinya. Yang ada hanyalah kecemasan dan kekhawatiran yang ia rasa.

Beberapa siswa siswi di kelas XII IPA.1 sudah merencanakan kapan mereka akan ke rumah sakit untuk menjenguk Fikri begitu pun dengan Zahra, Deni dan Dewi. Mereka berencana akan menjenguk Fikri sore ini. Lebih cepat dari beberapa teman yang berencana akan menjenguknya besok.

Saat sore hari, Zahra, Dewi dan Deni segera menuju rumah sakit, mereka bertiga akan saling menunggu di depan rumah sakit melati sebelum masuk menemui Fikri. Zahra datang bersama Dewi dengan mengendarai motor yang dibawa oleh Dewi, setelah 10 menit kemudian Deni datang dengan mengendarai motor juga. Setelah memarkirkan motornya, mereka bertiga lalu masuk mencari ruangan tempat Fikri dirawat.

Setelah menemukan ruangan tempat Fikri dirawat, mereka bertiga pun segera masuk. Saat pertama kali melangkahkan kakinya di ruangan tersebut hati Zahra terasa sangat sakit apalagi ketika melihat Fikri terbaring tak berdaya di tempat tidur itu.

Perlahan Zahra melangkahkan kakinya menuju Fikri tanpa disadari olehnya butiran bening perlahan jatuh di ujung matanya menghiasi pipi gadis cantik itu. Sadar bahwa air matanya jatuh, ia pun segera menyeka dengan tangannya.

Sekarang Zahra, Dewi dan Deni berdiri di samping tempat tidur Fikri, berhadapan dengan mama Fikri yang masih berada di sana sambil memegang tangan anaknya itu.

"Tante, apa yang terjadi? kenapa Fikri bisa sampai seperti ini?" Tanya Dewi yang juga terlihat sangat sedih.

"Kata pihak polisi tadi pagi di jalan Diponegoro saat Fikri melewati tikungan di jalan itu dari arah yang berlawanan datang sebuah mobil dengan cepat dan tidak terkendali. Fikri yang juga saat itu melaju dengan kecepatan yang tinggi dan saat ingin menghindari mobil itu dia hilang kendali dan akhirnya menabrak sebuah pohon yang ada di depan di dekat jalan raya itu, Dan... " Ibu Rani tidak bisa melanjutkan ceritanya isak tangis terdengar darinya. terlihat Zahra kembali menjatuhkan air mata dan buru-buru ia menghapusnya.

"Sabar yah Tante, Tante harus kuat Demi Fikri. Fikri anak yang kuat, Insya Allah dia pasti bisa melewati ini semua." Zahra mencoba menghibur Ibu Rani.

"Iya Tante." Deni Mengiyakan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status