Home / Romansa / Kuakhiri Dendam Ini / Bab 2 Penukaran Koper

Share

Bab 2 Penukaran Koper

Author: Nyi Malika
last update Last Updated: 2022-03-02 21:59:50

"Ya, betul, hitam. Jangan salah. Cek baik-baik gambar yang saya kirim." Jangan sampai Amir salah membeli koper, bisa kacau semua rencana, pikir Santoso.

Dipilihnya sepuluh gambar yang paling terang. Gambar koper yang tengah ditarik seorang lelaki, masuk ke area bandara Soekarno Hatta. Dirinya harus mengambil gambar cepat, sebelum lelaki itu melewati petugas yang memeriksa tiket lalu koper besar merk ternama itu akan masuk bagasi pesawat.

"Warna, merk dan ukuran. Harus sama persis. Ingat, sama persis!"

"Baik, Boss. Aman."

Santoso menutup panggilan telepon setelah Amir menyatakan bahwa gambar yang diterimanya melalui aplikasi w******p terlihat jelas.

Sudah berbulan-bulan mereka mengincar Barry atas suruhan seorang perempuan yang tidak diketahui identitasnya. Santoso hanya tau, dirinya dibayar 250 juta untuk operasi ini. Uang muka sebesar 50 juta sudah diterimanya pada sebuah transaksi penyerahan tas di pinggir jalan raya Taman Kota, Bumi Serpong Damai. Tas warna hitam yang diletakkan dekat ban mobil Avanza yang terparkir di bawah pohon. Sesuai persis dengan pembicaraan lewat panggilan telepon tanpa nama, sehari sebelumnya.

Sedangkan sisa yang 200 juta, akan diterimanya apabila misi selesai tanpa cacat. Tidak sulit baginya, itu hanya pekerjaan receh dengan hasil maksimal.

***

Santoso mempelajari gambar-gambar yang masuk dari pengirim tanpa nama. Seperti perjanjian dengan wanita merekrutnya, dirinya hanya menunggu instruksi, tidak boleh bertanya, kerjakan saja. Santoso kembali mengamati gambar gadis cantik berambut panjang, berkulit putih itu. Usianya sekitar 28 tahun, tampak sangat menggoda.

"Cantik sekali!" Santoso mendengkus.

Wanita cantik itu tinggal di sebuah rumah dua lantai di Kawasan Bintaro, Jakarta Selatan. Rumah bercat putih itu dihuninya bersama seorang assisten rumah tangga. 

Sehari-hari, wanita itu bekerja di sebuah kantor Leasing di Ibukota. Berangkat pagi pulang sore. Semua rute yang dilewatinya, sudah dikuasai dengan baik oleh Santoso. Beberapa kali kesempatan baik datang, tapi belum ada instruksi, Santoso masih harus menunggu.

[Hari ini, di lokasi.]

Pesan itu singkat, tapi Santoso sudah tau artinya. Dirinya bergegas menuju kediaman wanita itu bersama Amir, menjelang malam. Tidak mau gegabah, mereka memarkir mobil agak jauh dari rumah itu lalu melanjutkan dengan berjalan kaki.

Wanita itu tampak tertidur lelah di sofa ruang tamu dengan koper masih ada di sebelahnya. Baru satu jam lalu, wanita itu sampai, setelah perjalanan macet dari Bandara menuju rumah. Terlihat jelas dari raut wajahnya, sisa-sisa bahagia yang baru saja dinikmatinya.

Santoso masih mengintai dari balik lemari besar di ruang tamu. Sementara Amir berjaga di sekitar halaman. CCTV sudah dirusak sejak dua hari lalu, saat Amir menyamar sebagai tukang service AC. Bi Sri—assisten rumah tangga—menurut saja saat Amir mengatakan bahwa dirinya mendapat perintah dari bos-nya. Kesempatan itulah yang digunakannya untuk merusak seluruh jaringan CCTV.

Setelah memastikan ART nya sedang berada di lantai dua, secepatnya Santoso beraksi.

Wanita itu menjerit tertahan, saat Santoso dengan cepat membekap mulutnya menggunakan kain yang sudah diolesi obat bius. Dengan sigap dirinya membopong wanita mungil itu ke luar rumah dan memasukkan tubuhnya ke mobil yang telah diambil Amir dua menit sebelumnya. Hanya dalam hitungan detik, keduanya sudah melaju bersama wanita yang pingsan di jok belakang menuju kontrakan keduanya di daerah Serpong. 

Sebuah kertas bertulis tangan yang dibuat mirip tulisan tangan wanita itu, sengaja ditinggalkan Santoso di meja tamu. Kertas yang sudah disiapkannya sejak dari kontrakan. Santoso membalut tangannya menggunakan syal wanita itu—yang diambil Amir dua hari lalu—ketika menuliskannya, agar tidak ada jejak dirinya tertinggal. 

[Bi Sri, saya berangkat buru-buru sekarang ke Surabaya, papa kecelakaan. Mungkin agak lama, sekalian udah lama nggak pulang.] Begitu isi tulisan itu.

Aman, Art-nya tidak akan curiga.

***

Sepanjang malam wanita itu pingsan, tetapi Santoso masih harus menunggu instruksi.

"Waktunya harus tepat, beberapa jam sebelum B datang!" Perintah terakhir yang diingat Santoso. Bayangan uang banyak akan segera diterimanya, menguatkan tekad untuk melaksanakan tugas dengan sempurna.

Menjelang jam lima pagi, wanita itu siuman. Santoso sudah mengikat tangan dan melakban mulutnya, hingga tidak mungkin teriakannya terdengar tetangga kontrakan.

Tidak ada belas kasihan di hati keduanya, walau wanita itu tampak menyedihkan. Ia meronta dengan suara tertahan namun saat ini hati nurani Santoso telah mati. Lagipula, ini bukanlah pekerjaan pertama. Sebelumnya selalu sukses, dan mereka bebas melanglang buana hingga kini.

Jam enam pagi. Sebuah text dari pengirim tanpa nama, kembali masuk.

[Sekarang!]

Saat itulah Santoso membenturkan kepala wanita cantik itu ke tembok berkali-kali. Teriakan kesakitan dari mulut tertutup itu, tidak dipedulikannya. Hingga tidak tampak adanya nadi berdenyut di lehernya. Santoso memastikan berkali-kali sebelum menjadikan tubuh indah itu menjadi bagian per bagian. 

"Aah, sayang sekali. Ckk!" Amir bersuara.

"Fokus, jangan ada jejak tertinggal."

"Tapi sayang, dilewatin."

"Ingat, kita profesional, lakukan tugas utama sesuai perintah. Jangan sampai napsu sesaat, menggiringmu ke penjara!"

Amir tidak membantah lagi. Santoso memang tegas dan hati-hati dalam pekerjaannya. Dan itulah kunci lolosnya mereka dalam setiap proyek yang ditangani.

Beberapa saat kemudian, mereka telah selesai melakukan tugas paling berat. Santoso membersihkannya, lalu membungkus mayat wanita itu menggunakan kertas wrapping dan memasukkannya ke dalam koper. 

Koper besar warna hitam, yang dibeli seminggu sebelumnya.

Sementara Amir membersihkan seluruh bagian rumah yang terkena darah. Walau mereka hanya tinggal berdua di rumah itu, tetap saja harus berjaga-jaga. 

Setelah semua rapi, bergegas mereka menuju bandara, dan menunggu momen yang tepat untuk menukar koper itu. Informasi tentang kedatangan Barry terus masuk dari penelepon misterius. Kali ini suara laki-laki.

"Sebentar lagi sampai. Jangan sampai kelewat. Waktu kalian tidak lebih dari 60 detik."

Sudah satu jam, Amir berdiri dengan koper hitamnya di pintu kedatangan. Sementara Santoso berdiri di seberang jalan dekat mobil-mobil yang diparkir. Mereka saling berpandangan dari jauh.

Orang-orang berlalu lalang, tidak ada yang menperhatikannya. Maklum saja, semua orang yang lewat juga dengan penampakan yang sama. Berpakaian rapi mendorong atau menarik koper.

Waktu yang ditunggu tiba.

Terlihat Barry ke luar melewati pintu, lalu berhenti sejenak. Membuka tas kerja dan seperti mencari sesuatu. Tangan kirinya tidak lepas dari koper hitamnya.

Santoso segera menginstruksikan Sofyan yang berada di Jakarta Pusat—temannya—agar menghubungi nomor ponsel Barry. Berpura-pura sebagai agen asuransi yang menawarkan produk.

Hanya 60 detik. Ya mereka hanya perlu 60 detik. 

Beruntung, Barry langsung mengangkat panggilan telepon masuk dan menjawab beberapa pertanyaan dari Sofyan. Saat itulah, Santoso menyeberang jalan dengan cepat dan tergesa-gesa menubruk bahu Barry seakan tanpa sengaja. Santoso meminta maaf dan berlalu ke arah kanan. Saat itu, pegangan tangan Barry pada koper terlepas, dan secepatnya Amir yang ada di posisi kiri Barry, menukar koper itu dengan koper berisi tubuh wanita itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 28 Kedatangan Teman Lama

    "Maaa!" teriak Caitlin kaget akibat tubuhnya terdorong pelan ke depan. "Sorry, Sayang. Mama kaget jadi ngerem mendadak. Sorry," pungkas Nisa dengan rasa bersalah. Untung saja tidak ada kendaraan lain di belakangnya. Walau dalam kecepatan pelan, tetap saja bahaya. "Jemput seperti biasa, ya. Love u." Nisa mengusap kepala sang putri saat mobil telah berhenti di parkiran. "Okay, Ma. Love u too." Caitlin berlari setelah melabuhkan ciuman di pipi sang mama. Dengan cepat ia membaur bersama teman-temannya. Nisa bergegas pulang untuk mengurus Axel dan Ayesha, sebelum berkutat dengan urusan kantor. Jarak dekat antara rumah ke sekolah Caitlin memudahkannya bolak-balik dengan cepat. Sementara jarak dari rumah ke kantor pun terbilang dekat, ia bisa

  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 27 Sosok Misterius

    "Nisa, jangan lupa nanti malam." Pesan dari ibu mengingatkan Nisa akan pentingnya kehadiran dirinya nanti malam di kediaman nenek. Setelah mengirimkan jawaban bahwa ia pasti berangkat, Nisa kembali diselimuti ingatan tentang masa kemarin.Nisa berusaha membuang potongan demi potongan peristiwa yang berkelebat di benaknya. Betapa lelah dirinya bertarung dengan hati selama berbulan-bulan, tanpa jalan keluar tanpa penghiburan akan kesesakan hingga memilih jalan nekat. Merencanakan pembalasan dendam atas perbuatan sang suami.Wajah cantik Amanda kini berada di tempat yang pantas. Seringai puas bersamaan raut kesedihan mencuat di wajah Nisa.Barry dan Amanda telah mengubahnya dari seorang wanita lembut yang bahkan takut menyakiti cicak, menjadi seo

  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 26 Semua Berubah

    Hari terus berganti namun ingatan akan potongan tubuh dalam koper di rumah Nisa tampaknya betah bersemayam di benak orang-orang.Sayup terdengar bisik yang mengganggap kebodohan Barry terperosok ke dalam jurang celaka pasti ada peran Nisa sebagai istri. Media ikut membubuhkan narasi yang memantik berbagai analisa, ya tentu saja. Walau kemudian berita penangkapan Barry, Santoso dan Amir ramai menghiasi layar kaca dan media cetak, tetap ada saja pihak yang mengiring opini seakan kesalahan seorang suami adalah wujud kegagalan sang istri. Opini yang sangat dibenci Nisa namun angin terus mengembuskan kabar hingga membentuk rantai kisah yang tiada ujungnya."Ooo itu istrinya. Cantik sebenarnya tapi buat laki-laki gak cukup cuma cantik," cibir mereka dengan nada mencela. Tidak semua laki-laki begitu, ingin Nisa men

  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 25 Hanya Kita yang Tahu

    "Apa yang kau pikirkan?"Aku menghampiri Caroline yang sedang duduk di sebuah kursi taman, tidak jauh dari komplek perumahan yang dihuninya."Hanya memikirkan apa yang sudah terjadi.""Menurutmu apakah semua orang sudah mendapatkan keadilan?""Entah. Versi keadilan bagi setiap orang berbeda. Bahkan seorang pembunuh yang dihukum mati akan merasa belum tentu adil, dia punya hak hidup. Bagi keluarga korban, sekalipun pelaku pembunuhan di hukum mati, tidak dapat mengembalikan nyawa yang hilang. Keadilan itu relatif."Aku terdiam. Betul, sekalipun Amanda sudah mati, Tedja mendekam di penjara, Jefry-nya Caroline tak kan kembali. Barry di pen

  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 24 Saling Menjaga Rahasia

    Ijin menggunakan toilet, Nisa beranjak ke sisi rumah bagian dalam. Tak terlihat siapapun di lorong rumah besar dan mewah itu. Lalu, sepasang tangan kokoh menarik tangannya dan berhenti di balik tembok yang menghalangi pandangan pekerja atau bahkan Caroline, yang mungkin lewat."Apa apaan ini?" Nisa tersentak. Sejenak ketakutan menderanya."Ssstttt ...."Lelaki itu meletakkan telunjuk pada bibirnya pertanda meminta Nisa agar diam."Kau siapa, Nisa. Ya namamu Nisa, bukan? Saya tidak akan pernah lupa.""Harusnya saya yang bertanya, kau siapa? Kenapa bisa ada di pemakaman g

  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 23 Pertemuan Dengan Sandy

    Beberapa bulan lalu, pada saat pemakaman Amanda."Kau siapa?"Pemakaman Amanda yang dilakukan di tempat pemakaman umum, oleh pihak kepolisian, hanya dihadiri oleh beberapa orang, termasuk Nisa. Panas menyengat, Nisa memutuskan untuk berteduh di bawah pohon rindang, sembari menunggu acara pemakaman usai. Sebagai saksi, dirinya diperbolehkan hadir di tempat tersebut. Walaupun dirinya sangat membenci Amanda, tapi hati kecilnya meminta dia agar hadir. Apalagi setelah ditelusuri, Amanda ternyata tidak punya keluarga. Toh tidak rugi apa-apa, pikir Nisa kala itu.Hal yang mengherankan, sejak awal kedatangan jenazah, seorang lelaki berpakaian serba hitam, berkaca mata hitam dan mengenakan topi, terlihat memantau aktivitas petugas pemakaman, dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status