Beranda / Romansa / Kuambil Dia yang Kau Sakiti / Bab 6: Demi Kebahagiaan Yasmin

Share

Bab 6: Demi Kebahagiaan Yasmin

Penulis: NingrumAza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-23 12:39:00

"Apa kau sedang mengancamku anak muda?" ucap Baskoro dengan tatapan meremehkan. 

"Siapalah saya ini, Pak, sampai berani mengancam pemilik perusahaan Adijaya Group. Bukankah sudah saya katakan, kalau saya meminta pekerjaan, Pak Baskoro yang terhormat," ucap Dito santai. 

Benar. Hari ini Dito memutuskan untuk datang ke perusahaan Baskoro setelah beberapa hari belakangan sibuk mencari bukti dan informasi tentang Baskoro dan Yasmin. Dibantu beberapa sahabat, akhirnya Dito berhasil menemukan fakta yang sungguh diluar dugaan.

"Saya akui kamu pemuda yang pemberani. Kau bahkan belum tahu dengan siapa kau berhadapan sekarang. Apa kau tidak takut salah lawan?"

"Dalam kamus saya tidak ada kata takut. Yang ng ada hanya saya harus mendapatkan apa yang saya inginkan, apapun caranya! Jadi, saya harap anda mau bekerjasama dengan saya." Masih dengan nada tenang, Dito mencoba bernegosiasi.

"Memangnya, apa keuntungan bagi saya kalau bersedia membantumu?" Dengan punggung yang bersandar di kursi, Baskoro pun terlihat sangat tenang. Bahkan video yang ditunjukkan oleh Dito sebelumnya seolah tak ada pengaruhnya. 

Padahal video itu berisi tentang dirinya yang sedang bersama seorang wanita di sebuah club malam.

"Yang pasti, posisi Anda di perusahaan ini akan tetap aman," ucap Dito setelah terdiam sejenak.

"Hati-hati dengan ucapanmu! kau belum tahu siapa saya!" Nada suara Baskoro mulai meninggi satu oktaf. 

Dito tersenyum miring, lalu mengambil dan membaca berkas yang ia bawa. 

"Nama, Baskoro Suherman Adijaya. Anak dari Rahayu dan Arif. Dua tahun menikah lalu bercerai karena masalah ekonomi. Rahayu atau bisa disebut Nenek tiri Yasmin, kemudian bekerja di rumah keluarga Adijaya bersama anak yang menjadi hak asuhnya, sebagai ART. Tiga tahun kemudian menikah dengan Rahman Adijaya-kakek kandung Yasmin, setelah berhasil menyingkirkan istri pertamanya Ningsih-nenek kandung Yasmin. Sayang sekali, lima bulan kemudian Rahayu harus mendekam di penjara karena terbukti telah melenyapkan Ningsih. Karena depresi, Rahayu ditemukan bunuh diri di sel tahanan ...."

Dito sengaja berhenti membaca dan melirik Baskoro yang terlihat tegang, menit berikutnya dia kembali membaca.

"Sebelum meninggal, Rahayu sempat menyerahkan sebuah surat untuk Rahman, yang berisi permohonan maaf dan permintaan terahirnya. Di surat itu, Rahayu meminta agar, Rahman mau merawat anaknya yakni Baskoro Suherman dan memberi embel-embel Adijaya di belakang namanya." 

Dito menutup berkas itu lalu menatap Baskoro. "Di berkas ini masih banyak hal tentang Anda. Kesimpulannya adalah ... Anda bukan pewaris sah keluarga Adijaya. Berkas ini juga membuktikan bahwa Yasmin adalah pemilik sah perusahaan, sementara Anda hanya pendampingnya saja. Anda bisa bayangkan apa yang akan terjadi kalau bukti-bukti ini tersebar? Bukan hanya jabatan yang hilang tapi reputasi Anda pasti hancur."

Lelaki tampan yang memakai kemeja hitam lengkap dengan celana dan sepatu kerja itu kembali berucap, "Jadi, apakah Anda bersedia membantu saya, Pak Baskoro?"

Tangan Baskoro terkepal kencang, rahangnya mengeras dengan gigi yang bergemeletuk, wajah dan matanya memerah menatap pemuda di depannya dengan tajam seolah siap menerkam kapan saja. Ada sorot kebencian yang dalam di sana. 

"Katakan, apa maumu sebenarnya!" Akhirnya Baskoro mengalah.

Senyum kemenangan jelas tercetak di bibir tipis Dito. Rencananya berjalan sesuai keinginan.

"Saya hanya ingin Anda membuat Arya mau menerima saya sebagai sopir di rumahnya. Itu saja. Mudah bukan?"

***

Dua hari kemudian, Dito resmi bekerja di rumah Arya sebagai sopir pribadi Yasmin. Namun, ia datang dengan penyamaran. Dengan rambut gondrong, kumis tipis, dan tahi lalat palsu di dagu kanannya, ia memperkenalkan diri sebagai Asep, pria sederhana utusan Baskoro.

Pagi-pagi sekali Dito sudah rapi dengan penampilan barunya sebagai Asep. Untuk meyakinkan penyamaran, dia memesan ojek online, karena kalau dia datang memakai motor yang biasa ia pakai, tentu Yasmin akan mengenalinya. Dan itu bisa membahayakan misi.

Sesampainya di rumah Arya, Dito bertemu satpam yang menjaga rumahnya. Setelah menyampaikan tujuan, satpam itu menyuruh masuk dan menunggu tuannya datang. 

Alih-alih dibawa ke ruang tamu, justru Dito langsung dibawa ke ruang tengah sehingga ia dapat melihat Yasmin yang sedang menghidangkan makanan di meja. Penampilannya nampak lusuh dengan daster kusam yang menempel di badannya. Wajahnya tampak kusut dan berkeringat seperti orang kelelahan. 

Dito melihat sekeliling, tak ada satupun asisten rumah tangga. Namun, rumah terlihat bersih dan rapi, 'Apa Yasmin yang mengerjakan ini semua? Jika itu benar, sungguh Arya sangat keterlaluan,' pikir pemuda itu.

Lama melihat pemandangan itu, Dito putuskan untuk mendekat. 

"Selamat pagi, Non!" sapanya mengagetkan Yasmin yang sedang menata piring. 

Wanita bermata teduh itu menoleh dan nampak mengernyitkan alis. Dito sedikit gugup, khawatir Yasmin akan mengenalinya.

"Pagi, kamu siapa ya?" tanya Yasmin heran. 

Huuffh, Dito menghembuskan napas lega. Penyamarannya berhasil.

"Saya Asep, Non! Orang yang diutus Pak Baskoro untuk menjadi supir Non Yasmin," jawab Dito menggunakan suara yang juga dibuat berbeda.

Yasmin mengangguk. "Oh, baiklah. Kamu boleh tunggu di luar sebentar,  nanti kalau suami saya turun, kamu akan saya panggil," titahnya, lalu kembali fokus pada kegiatan. 

Mendengar kata suami dari mulut Yasmin, dada Dito sedikit terasa panas. Ada ketidakrelaan Yasmin masih menganggap Arya sebagai suaminya setelah apa yang lelaki itu lakukan pada Yasmin. Bukankah seorang suami seharusnya melindungi istrinya? Tapi Arya justru yang sering menyakitinya, lalu masihkah pantas lelaki seperti Arya disebut suami?

Dito akan akan rela jika Yasmin bahagia. Dia akan merelakan wanita yang sudah mengganggu hatinya, jika suaminya benar-benar tulus mencintai dan menyayanginya. 

Namun, sebaliknya jika Yasmin tidak bahagia bersama Arya, maka Dito berjanji akan membahagiakan dan merebutnya dengan cara apapun!

.

.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kuambil Dia yang Kau Sakiti    Bab 11

    "Mas, boleh aku tanya sesuatu?" Bella memberanikan diri bertanya setelah pergulatan panas mereka selesai. Setelah mengenakan pakaian yang lengkap, wanita itu mendekati Arya yang juga kini sudah kembali rapi."Apa?" sahut Arya yang sedang menyisir rambutnya sambil berdiri di depan meja rias."Kenapa kau masih saja menyebut nama 'Yasmin' setiap kali kita berhubungan? Aku ...""Sudah kukatakan, jangan ikut campur urusanku. Kau harus sadar dengan posisimu, Bella," tegas Arya menyela ucapan teman tidurnya."Tapi mau sampai kapan, Mas? Aku capek seperti ini terus. Aku juga ingin dicintai sama kamu. Aku ingin kamu menyebut namaku saat mencapai puncak kenikmatan bersamaku. Kau melakukannya bersamaku, Mas, bukan wanita menjijkkan itu!""Stop, Bella! Jangan melewati batasmu!" Arya melempar sisir yang ia pegang dengan kasar ke arah Bella. Beruntung tidak mengenai kepalanya."Tapi, Mas --""Dengar! Kita sudah sepakat dari awal. Kau hanya teman tidurku, tidak lebih!" bisik Arya penuh penekanan."T

  • Kuambil Dia yang Kau Sakiti    Bab 10: Rahasia

    "Halo. Datangi rumahnya dan hancurkan semua barang-barangnya. Saya ingin dia menjadi gembel!" perintahnya pada seseorang melalui sambungan telepon."Siap, Bos." Tanpa banyak bertanya, orang di seberang sana sudah tahu apa yang diinginkan bosnya.Arya tersenyum sinis. Membayangkan hidup seorang Dito yang akan berantakan karena berani mencampuri urusannya.Sementara anak buahnya yang berjumlah dua orang mulai bergerak mendatangi bangunan minimalis satu lantai yang sudah Dito tempati bertahun-tahun, untuk mengobrak-abrik isinya.Tak ada firasat apapun yang Dito rasakan. Pemuda itu masih asyik bermain-main dengan Yasmin. Kali ini mereka sedang mencoba permainan dance arcade yang berhasil membuat Yasmin tertawa lepas."Bang Dito curang. Aku bahkan belum pernah bermain ini sebelumnya, kenapa Abang cepat sekali narinya. Harusnya Abang ngalah." Yasmin protes karena kakinya tak selincah Dito."Apanya yang curang? Abang mainnya biasa aja. Kamu aja yang lelet.""Enak aja bilang aku lelet, Abang

  • Kuambil Dia yang Kau Sakiti    Bab 9: Arya Hanya Pura-pura

    "Karena ...." Dito menjeda ucapannya. Dia ragu apakah Yasmin akan percaya jika dirinya menceritakan yang sebenarnya tentang Baskoro? Yang dia takutkan adalah jika Yasmin justru menjauhinya karena salah paham, telah menjelek-jelekkan pamannya."Sudahlah. Cepat antar aku ke sana. Kau dibayar untuk itu, bukan?" perintah Yasmin.Alih-alih mengerjakan perintah wanita di sebelahnya, Dito malah membelokkan mobilnya ke arah yang berbeda. Yasmin tentu hafal jika jalan itu bukanlah jalan menuju kantor pamannya."Kita mau ke mana? Ini jelas bukan jalan yang benar.""Kita perlu bicara.""Sudah sejak tadi kita bicara, Bang. Mau apalagi?"Pemuda tampan berambut gondrong sebahu itu tak menyahuti lagi. Dia fokus pada jalan serta sibuk memilih tempat yang cocok untuk mereka berdua berbicara penting."Bang Dito jangan macam-macam ya, sama aku!" ucap Yasmin waspada.Lagi-lagi Dito tak mengeluarkan suaranya. Barulah setelah sampai pada sebuah danau yang indah, Dito bersuara. Itupun hanya ajakan untuk tur

  • Kuambil Dia yang Kau Sakiti    Bab 8 : Asep adalah Dito

    Dito menelan saliva yang mengganjal di tenggorokan. Sungguh, berada di posisi ini membuatnya tak nyaman. Arya masih tetap memindai wajahnya, lalu turun ke bawah sampai ke ujung kaki, naik ke atas hingga ujung rambutnya."Benar, kamu orang yang diutus Paman Baskoro?" ucap Arya masih memperhatikan."Benar, Tuan!" jawab Dito menunduk, berharap sedikit menutupi wajahnya."Cih! Rendah sekali seleranya." Arya berdecih menghina sosok di depannya, kemudian berlalu menuju mobilnya. Dito sendiri masih sibuk mengamati penampilannya yang dibilang rendahan oleh Arya. Semua biasa saja baginya. Memakai celana training yang biasa ia pakai untuk tidur dipadukan dengan atasan kemeja pendek warna biru muda. Sedang sendalnya ia memakai selop warna putih. Rasanya memang sungguh tidak ada yang aneh.Setelah mobil Arya berlalu, Dito mengusap dadanya yang begitu lega karena penyamarannya berhasil. Kemudian ia masuk ke dalam rumah hendak mencari Yasmin untuk menanyakan hal apa yang harus ia kerjakan. Di sis

  • Kuambil Dia yang Kau Sakiti    Bab 7: Topeng Dendam

    Sesuai perintah, Dito berdiri di ruang tamu, menunggu Arya. Posisinya sengaja memilih tempat agar ia bisa mengintip ke arah meja makan. Dari situ, ia bisa melihat bagaimana Arya memperlakukan Yasmin, meski hanya sedikit.Tak berselang lama, Arya turun. Namun, ada yang membuat Dito sungguh tak habis pikir.Arya turun bersama seorang wanita yang bergelayut manja di tangannya. Tanpa merasa bersalah pada Yasmin, kedua manusia itu duduk lalu menyantap sarapan tanpa mempedulikan Yasmin yang entah kenapa masih setia berdiri di samping meja makan. 'Kenapa Yasmin tak ikut duduk atau pergi saja dari sana? Apa Arya yang menyuruhnya?' batin Dito bergejolak. Tangannya terasa gatal, ingin sekali menghadiahi Arya sebuah bogeman. Jika tak ingat misi, mungkin suami Yasmin itu sudah habis di tangan Dito. Bahkan pemuda itu tak peduli jika nantinya harus masuk penjara sekalipun. Namun, ia sungguh tak bisa berbuat banyak. Dia hanya mampu mengepalkan tangan sambil mengalihkan pandangan ke arah luar agar

  • Kuambil Dia yang Kau Sakiti    Bab 6: Demi Kebahagiaan Yasmin

    "Apa kau sedang mengancamku anak muda?" ucap Baskoro dengan tatapan meremehkan. "Siapalah saya ini, Pak, sampai berani mengancam pemilik perusahaan Adijaya Group. Bukankah sudah saya katakan, kalau saya meminta pekerjaan, Pak Baskoro yang terhormat," ucap Dito santai. Benar. Hari ini Dito memutuskan untuk datang ke perusahaan Baskoro setelah beberapa hari belakangan sibuk mencari bukti dan informasi tentang Baskoro dan Yasmin. Dibantu beberapa sahabat, akhirnya Dito berhasil menemukan fakta yang sungguh diluar dugaan."Saya akui kamu pemuda yang pemberani. Kau bahkan belum tahu dengan siapa kau berhadapan sekarang. Apa kau tidak takut salah lawan?""Dalam kamus saya tidak ada kata takut. Yang ng ada hanya saya harus mendapatkan apa yang saya inginkan, apapun caranya! Jadi, saya harap anda mau bekerjasama dengan saya." Masih dengan nada tenang, Dito mencoba bernegosiasi."Memangnya, apa keuntungan bagi saya kalau bersedia membantumu?" Dengan punggung yang bersandar di kursi, Baskoro

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status