KADO ULANG TAHUN NAYAArini tersenyum bahagia saat mengecek saldo ATMnya sudah bertambah. Gajian yang amat dia tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Bahkan dia tak sabar menunggu jam kepulangan karyawan shift pagi. Kaki jenjang wanita itu melangkah ke arah booth ATM di sudut halaman swalayan. Dia tak mampu menahan senyumnya saat membayangkan Naya yang hari ini ulangtahun akan mendapatkan kue tart impiannya. Bayangan gadis kecilnya berjingkat riang membuat mata Arini sedikit basah. Kali ini keinginan amat sederhana dari putrinya itu mampu dia wujudkan. “Mama, Naya minta kue kuda poni,” ucap Naya saat Arini tengah mendekapnya menjelang tidur. Aroma minyak telon dari tubuh putrinya menjadi candu bagi wanita itu. Setiap malam Arini tak boleh absen mengoleskan cairan itu di sekujur tubuh Naya. Entah mengapa meski sudah dinyatakan sembuh, beberapa kali dalam seminggu anak perempuannya itu pasti mengalami demam hingga membuatnya menggigil. Satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah membalur
PERTEMUAN DI TOKO KUE Arini mengeratkan tangannya pada tali tas selempang yang dia gunakan. Hatinya tersayat, meski berusaha sekali untuk dia tutupi. Beruntung posisinya yang membelakangi pasangan tersebut memungkinkannya untuk tak terlihat oleh keduanya. “Mas, teman-temanku semua akan datang. Mereka sudah penasaran dengan konsep yang sudah kusiapkan matang. Jangan menghancurkannya dengan memilihkan kue jadul seperti itu! Ayolah, Mas! Jangan membuatku badmood seperti ini! Atau aku telepon Ibu?” Diandra menggunakan cara licik untuk menekan Yuda. Dia tau sekali Yuda tak bisa berkutik saat dia membawa serta nama ibunya. “Ayolah, Di! Jangan terus-menerus mengaitkan segala persoalan kita pada Ibu. Apakah kau tak kasihan padanya? Bukankah dia pun butuh ketenangan?” Diandra menghentakkan kakinya. Beruntung tak banyak pengunjung yang ada di ruangan tersebut hingga Yuda tak perlu menahan malu akibat perbuatan calon istrinya yang masih amat kekanakan itu. “Mas. Ibu pun ingin pesta ini lai
HANCURNYA KUE NAYA “APA KAU BILANG?!” Diandra maju dan berjalan cepat ke arah Arini yang hampir saja sampai di pintu keluar. “Lepas, Mas! Dia harus diberi pelajaran. Apa maksudnya mengatakan aku seperti orang kesurupan dimanapun berada!” Diandra berusaha keras melepaskan cekalan tangan Aditya.Arini menggelengkan kepala melihat Diandra dan Yuda yang hampir terjatuh karena wanita itu terus memberontak. Dia memutuskan segera pulang saja. Tidak ada gunanya meladeni Diandra.“LEPAS!” Diandra berteriak kencang hingga membuat Arini menghentikan langkah. Wanita berbalik dan menatap Diandra yang berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari Yuda. “JANGAN PERGI DULU, HEH! DASAR MALING.” Diandra berteriak pada Arini yang sepertinya akan kembali melangkah.Beberapa pengunjung yang sedang memilih kue langsung menghentikan aktivitas. Kejadian itu lebih menarik perhatian mereka. Seingat mereka, pasangan yang sedang ribut itu tadi tampak romantis memilih kue ulang tahun saat pertama datang.“Asal Ba
PUKULAN TELAK UNTUK DIANDRA “Dia meninggalkan aku dan kedua anakku karena tidak sanggup hidup menderita. Dia menelantarkan kami demi bisa menikmati hidup dengan nyaman di bawah ketiak ibunya. Dua tahun aku menganggap dia sudah mati karena tak ada kabar sedikitpun sampai hari kita bertemu kembali waktu itu.”Yuda memejamkan mata. Ketenangan suara Arini menggores dadanya. Perih. Hatinya terasa nyeri saat mendengar setiap kata yang keluar dari mulut mantan istrinya.“Selama dua tahun dia tidak menafkahi kedua anaknya serupiahpun, Diandra. Jangankan nafkah, bertanya kabar pun tidak padahal nomor ponselku tidak pernah aku ganti.” Arini menghapus air mata yang membasahi wajahnya.“Beberapa waktu yang lalu dia mendatangi aku dan kedua anakku. Calon suamimu ini menjanjikan akan memberi kami tempat tinggal yang layak. Dia juga mengatakan akan memberi nafkah bulanan pada Rafa dan Naya. setelah malam itu, dia menghilang bak ditelan bumi padahal dia berjanji di depan kedua anak kami!” Napas Arini
ANCAMAN YUDA "Mas!" Diandra berteriak sambil memukul lengan calon suaminya. Yuda menyentak napasnya kasar, tak menyangka bahwa Diandra akan bertingkah seminus ini. Kekesalan laki-laki itu sudah berada pada puncaknya. "Kau keterlaluan, Mas! Tak seharusnya kau mengancamku seperti itu!" Tak ada tanggapan apapun dari Yuda selain tarikan napas berkali-kali yang menunjukkan betapa tertekannya laki-laki itu saat ini. Dia menjambak rambutnya sendiri dengan kasar. Tak disangka agendanya hari ini membawanya bertemu dengan mantan istrinya kembali. "Mas!" "Diandra!" Yuda tak bisa lagi bersabar menghadapi wanita yang mendapat tempat khusus di hati ibunya. Entah pesona apa yang dimiliki oleh Di hingga mampu membuat ibunya seolah menutup mata terhadap sikap buruk yang seringkali ditampilkan oleh wanita itu. "Berhenti membuatku tertekan. Aku tak main-main dengan ancamanku. Aku benar-benar akan melakukan hal tersebut jika kau tak mengindahkan peringatan dariku." Diandra menyentakkan punggungnya
KERAS KEPALA DIANDRA "Mas!" "Berhenti meneriakiku seolah telingaku tuli! Aku tak main-main, Diandra!" "Mas. Aku tak akan seperti ini kalau kau mengabaikan keberadaan Arini dan anak-anak! Mulailah hidup baru denganku, Mas! Kau akan mendapatkan apa yang tidak kau dapatkan bersama Arini. Dan lagi, orangtuamu tidak perlu malu memperkenalkan menantunya pada semua orang. Tidak seperti saat menantunya seorang wanita udik yang bermimpi jadi Cinderella seperti Arini!" Yuda menahan gemeletuk giginya yang beradu kuat karena menahan geram. Pembahasan Diandra sudah melebar kemana-mana. Dia yang selalu menyalahkan Arini membuat Yuda mulai ragu dengan rencananya menikahi wanita ini. "Di, ayolah. Posisikan dirimu sebagai seorang wanita. Bayangkan jika apa yang menimpa Arini juga menimpamu, Di.”Perkataan Yuda membuat Diandra tertawa penuh ejek. Wajahnya yang putih bak porselen itu amat berbanding terbalik dengan hatinya yang penuh bercak noda. Dia menertawakan kalimat yang dikatakan oleh cal
ADUAN DIANDRAHampir sejam lebih mobil yang mereka kendarai akhirnya sampai di rumah orangtua Yuda. Rumah dua lantai dengan pagar tinggi menjulang itu terlihat megah. Warna putih mendominasi sebagian cat rumah.Diandra membanting pintu mobil dengan kencang saat menutupnya. Yuda mengembuskan napas kasar. Sorot matanya tajam menatap Diandra yang berjalan dengan langkah cepat memasuki rumah.“Kenapa, Nak?”Yuda memijat keningnya saat mendengar suara tangisan Diandra. Dia melemparkan sepatu yang baru saja dilepas ke sembarang arah. Emosinya sedang tinggi. Sejak tadi dia berusaha menenangkan diri. Namun, mendengar tangisan Diandra di dalam sana membuat amarahnya kembali membuncah.“Kami bertemu Arini saat di toko kue tadi. Biasa, wanita itu mencari perhatian. Sampai-sampai Mas Yuda memberi dia uang dan menyalahkan aku.”“Benar itu, Yud?” Ratna langsung bertanya pada anaknya yang baru saja duduk di sofa. Wanita setengah baya itu dapat melihat gurat kelelahan sekaligus gusar di wajah anakny
KEBENCIAN MANTAN MERTUA ARINI Kebencian itu semakin bertambah besar saat Yuda memutuskan pergi dari rumah saat mengetahui perlakuannya pada Arini. Segala cara Ratna lakukan agar Yuda kembali. Namun, anaknya bergeming. Dia mengalah, berjanji akan memperbaiki sikap asal Yuda kembali ke rumah.Dia membenci Arini yang telah menghasut anaknya agar berani membangkang. Segala cara Ratna lakukan agar Arini menyerah menjadi menantunya. Namun, semua usahanya sia-sia. Arini seperti batu yang tidak memiliki perasaan. Wanita itu tetap tegar walau dari mulutnya sering keluar kalimat-kalimat menyakitkan.“Aduh!”Ratna yang sedang sibuk dengan ponsel langsung berlari ke depan saat mendengar teriakan Arini. Matanya membelalak lebar saat melihat bagian bawah gamis yang Arini kenakan basah dan dipenuhi darah. Ratna memilih mengamati. Dia sengaja berlama-lama mengabaikan Arini. Membiarkan wanita itu meringkuk sambil memegang perutnya di halaman sana. Ratna berharap janin yang Arini kandung tidak bisa d