Share

185. Mual

3 Minggu kemudian.

“Hueekkkkk! Hueekkkk!“

“Kamu kenapa, Mi?“ tanya Zen menyusulku ke kamar mandinya. Melihatku yang berjongkok di depan Kloset duduk. Zen pun langsung memijat tengkuk leherku.

Aku hanya menggeleng, rasa mualku membuatku kewalahan, bahkan air mata pun ikut keluar.

Aku belum pernah merasakan hal yang semacam ini. Aku berbalik saat mulas ini sudah tidak terasa lalu membasuh muka.

Zen menopangku dan kami berjalan ke luar.

“Lapar, Bi,” keluhku lagi dengan mengusap perut.

“Baik, ayo makan. Bunda masak enak-enak.“

Aku mengangguk lalu kami berjalan ke meja makan.

Zen mengambilkan piring dan nasi. “Mau makan dengan apa? Ayam mentega, sayur bayam, cumi tepung?“

“Ayam mentega saja, Bi.“

Zen mengangguk lalu mengambilkan lauk untukku dan meletakkan di hadapanku.

Aku pun langsung menyendok dan memasukkan ke mulut.

“Hueekkkkk!“

Kututup mulut ini dan berlari ke kamar mandi.

Rasa mual itu datang lagi, bahkan memuntahkan ayam yang baru sampai tenggorokan.

Sepertinya ada yang tida
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status