Share

cabe level 10

Aku hendak pergi berjualan. Aku bungkam tanpa suara apapun selain tangan yang aku ulurkan dan bersalaman dengan suamiku. Jika biasanya aku selalu menyemangatinya kali ini aku diam saja.

"Kenapa sih? Tumben banget pagi-pagi udah manyun."

"Lagi pengen nelen orang jadi nggak usah tanya-tanya. Nina pergi dulu, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Semangat Sayang, semoga jualannya laris manis Tanjung kimpul."

"Min."

Aku menjawabnya dengan malas dan langsung keluar dari kamar. Aku mengabaikan suara Jani yang sudah berteriak meminta uang saku. Aku sedang kesal pada kakaknya dan aku juga sedang tidak ingin berbicara dengan keluarga suamiku yang sangat menyebalkan semuanya.

"Mbak, uang sakunya mana? Udah diminta dari tadi juga," pinta Jani dengan raut wajah kesalnya.

"Emangnya aku mbakmu apa! Minta tuh sama Mbak kamu yang kaya raya dan sombong!"

"Mbak Mita nggak ada duit, Mbak Nina aja. Udah sih, ini Udah kesiangan loh."

Untuk pertama kalinya aku memasang wajah kesal kepada bocah remaja itu. Me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Neneng Enur Nurhayati
Ko saya nangis terus ya....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status