Semua terlihat sibuk dengan acaranya sendiri, bahkan Sarita masih menghadap laptop meski jam sudah menunjukan pukul tujuh pagi. "Mama, ayo berangkat sudah jam tujuh!" rengek Alifian."Iya, Sayang. Ini kurang dikit lagi!" "Ini sudah jam tujuh lho, Ma. Nanti Alif terlambat," keluh Alifian."Sini biar om yang antar Alif sekolah. Sepertinya mama sedang sibuk," kata Saga.Alifian pun segera meraih tapak tangan mamanya untuk diciumnya, setelah itu giliran mencium kedua pipi Sarita. Wanita itu pun segera menghentikan gerak jari jemarinya yang sejak tadi menari di atas tuts."Iih anak mama kok manja ya, ada apa ini?' tanya Sarita.Alifian tersenyum, kemudian kepalanya menggeleng pelan. Ditatapnya manik mata sang ibu dengan sendu, lalu bibirnya tersenyum tipis."Jangan kerja terlalu keras, Mam. Bukankah semua sudah terpenuhi oleh paman Saga?" tanya Alifian."Yee tidak boleh seperti itu juga, Alif. Om saga juga butuh uang itu untuk keperluan hidup suatu hari nanti dengan istri dan anaknya," k
"Apa maksud Anda?" tanya Sarita saat berbalik badan.Kedua mata pria itu seketika membola, dia tidak menyangka bahwa wanita itu adalaj manyam istrinya."Sarita! Apa ini kamu, lalu apaa maksud semua ini?" tanya Bagas Seorang wanita cantik berjalan cepat menuju ke Bagas. Dia langsung memeluk lengan sang pria dan tersenyum penuh kemenangan atas kebersamaan dia dan Bagas."Ada apa, Sayang? Apakah wanita ini tidak mampu membeli produk kamu dan melakukan komplain?" cerca Ni Luh."Maaf, untuk furnitur seperti ini bukan kelas saya. Ini saja ingin aku retur ke perusahaan asalnya."Bagaskara seketika menatap tajam oada manik biru milik Sarita. Dia tidak percaya dengan kalimat yang lolos dari bibir seksi di depannya."Di retur, apa maksudnya? Lalu apa hak mu hingga semudah itu mengucapkan kata retur pada barang sebagus ini?" cerca Bagaskara."Tuan Bagaskara yang terhormat! Barang Anda adalah palsu," kata Sarita datar.Bagaskara semakin terlihat emosi. Barang yang masih baru dan mulus dicap seba
Terlihat tawa bahagia anak laki-laki yang masih balita. Sesekali Bagas memeluk bocah aktif itu. Alifian sangat menikmati kebersamaannya dengan Bagas, pria dewasa yang baru saja menjadi teman mainnya."Bagaimana Jagoan, apakah kamu sudah cukup bermainnya?" tanya Bagaskara."Boleh, aku sudah lapar dan haus!" "Baik, kita ke resto dulu. Kamu ingin makan apa?" "Bagaimana jika nasi goreng seafood, Paman? Sudah lama mama tidak masak itu untukku," keluh Alifian.Bagaskara mengangguk, dengan sekali hentak tubuh mungil itu sudah berada dalam dekapannya. Alifian tampak tenang bahkan terlihat seperti memeluk ayahnya posesif. Bagaskara begitu menikmati kebersamaan itu hingga tidak menyadari waktu terus berjalan.Pada awalnya, pria itu hanya meminta waktu dua jam bersama Alifian sambil menunggu jam pulang sekolah. Namun, akibat keasyikan bermain membuat pria dewasa itu lupa waktu. Semua baru teringat saat perut si kecil berbunyi."Wah nyaring sekali bunyinya? Sepeertinya cacing di perut pada dem
Apa yang dikhawatirkan oleh Sarita terjadi juga, Saga mendengar bahwa ponakannya belum pulang dari sekolah dan tidak ada juga di sekolah. Seketika emosinya naik, segera semua anak buahnya dikerahkan untuk mencari keberadaan Alifian.Telepon Sarita berdering, gegas wanita itu merogoh ponselnya yang dia simoan di dalam tas kerjanya. Kedua matanya membola kala di layar tertera nama Saga."Iya, Saga!" kata Sarita datar."Apa kamu juga berniat sembunyikan sesuatu padaku, Sarita?" tanya Saga dingin."Apa yang bisa Sarita sembunyikan dari Abangnya, Hem!""Lalu mengapa kamu masih diam dan santai hadapi masalah ini, apa kamu tidak khawatir jika putramu hilang selamanya, Hah!"Sarita terkekeh lirih, hal itu membuat dengus kasar di seberang. Sangat bisa dibayangkan oleh Sarita wajah Saga yang datar dan dingin dengan sedikit semburat merah akibat menahan emosi."Sudahlah, biarkan saja. Nanti juga akan dia antar pulang, Saga!" "Berarti kamu tahu saat ini Alifian bersama dengan siapa?""Tidak, han
Semeentara di ruang kerja dalam sebuah gedung tinggi, seorang pria sedang termenung menatap luar. Pandangannya terlihat kosong."Sudah lama aku mencari keberadaanmu, Sarita. Kini setelah kutemukan mengapa justru tumbuh rasa ini!" gumam pria itu."Rasanya tidak mungkin jika rasa ini terbalaskan, sepeertinya cinta untuk pria itu masih ada!" lanjutnya masih bermonolog.Saat sedang melamun sambil membayangkan wajah seorang wanita yang akhir-akhir ini menemani harinya, terdengar suara dering telepon yang menandakan adanya panggilan masuk. Segera kakinya bergerak menuju ke meja di mana benda pipih itu berbunyi."Hallo, katakan saja apa maumu!"Saga, pria itu bernama Sagara. Tanpa banyak bicara pria itu langsung ke inti tujuan pebicara yang ada di seberang. Mendengar semua informasi penelepon, Saga langsung memutus sambungan dan tangannya meraih kunci mobil dan dompetnya."Oper janji temu dengan klien dua jam ke depan. Aku ada perlu penting!" kata Sagara pada sekretarisnya saat dia melewati
"Apakah jawaban ini penting buatmu, Saga?"Sagara hanya menatap dalam manik mata wanita di depannya dengan bibir tertutup rapat. Sarita membalas tatapan itu dengan sorot sendu nan lembut."Bisa dikatakan penting, bahkan levelnya naik," jawab Sagara."Apalah arti sebuah nama bagimu, Saga. Itu tidak akan mampu menghentikan setiap langkahmu. Aku sangat paham bagaimana kau jalankan pion itu," kata Sarita datar.Saga tersenyum tipis yang masih terlihat jelas oleh penglihatan Sarita. Kemudian perempuan itu bangkit dari duduknya dan menghempaskan bobot di samping kanan Saga yang kosong. Disentuhnya pipi pria itu dan kepalanya mendekat, lalu ... Cup!Saga terhenyak kaget, tetapi responnya datang terlambat. Karena Sarita sudah berdiri dan berjalan kembali ke meja kerjanya. Wanita itu pun meraih tas selempang dam memakainya."Aku akan jemput Alifian sebelum pria itu mengambilnya lagi. Apakah kamu ikit atau masih duduk di sana?" tanya Sarita.Sagara segera bangkit dari duduknya dan berjalan men
Sementara di sekolah Alifian, anak kecil itu terlihat bahagia ketika dilihatnya sang mama menjemput bersama dengan pria yang dia puja."Ayah Saga!" teriak Alifian sambil berlari merentangkan kedua lengannya.Saga yang ada diujung koridor sekolah segera berjongkok dengan merentangkan kedua lengan untuk menyambut datangnya Alifian. Pria itu mengulas senyum tipis."Apa kabar, Jagoan?" "Ayah Saga kok lama tidak jemput Alif, memangnya lagi sibuk kerja?" tanya Alif begitu polosnya."Iya lagi banyak order, Alif," jawab Saga, "Apa kamu rindukan ayah, Hem?" Alifian pun mengangguk, lalu berjalan sambil melompat sesekali terdengar senandung lirih. Sangat terlihat jika dia begitu bahagia. Sarita pun tersenyum melihat tingkah putranya."Alif jangan lari-larian kek gitu, ntar jatuh!" teriak Sarita saat putranya berlari sambil menari.Sarita melangkah sedikit berlari, tetapi langkahnya tiba-tiba terhuyung kala lantainya ada yang naik satu tingkat. Dengan cepat sebuah tangan kekar meraih pinggang r
Sementara di ruang kerja Madam Anne terlihat mengepalkan kedua tangannya. Kali ini dia merasa kecolongan waktu."Sial, sial! Bagaimana semua barang itu bisa cepat terendus. Harusnya mereka mulus tanpa terlihat. Semua sudah aku upayakan, sialan. Siapa wanita itu," gumam Anne.Kedua mata wanita itu masih menatap layar laptopnya, tiba-tiba terdengar pintu ruangannya di ketuk. Dia pun mengucap satu kata masuk untuk pengetuk pintu itu."Selamat siang, Madam! Semua barang yang masuk ke Mall Austi dikembalikan sebagai barang retur," kata Lusia, asisten Anne.Anne seketika menatap ke arah Lusia yang masih berdiri di ambang pintu. Wanita muda itu belum berani melangkah lebih ke dalam, hal ini dikarenakan aura dingin yang terpendar begitu terasa dan mampu membuat ciut nyali Lusia."Apa salahnya hingga mudahnya mereka meretur semua kiriman itu? Dan mana buktinya?" cerca Anne."Saya sendiri juga tidak mengerti, Madam. Di kertas retur tersebut ada tanda tangan Tuan muda Bagas," ungkap Lusia."Baga