Bab 26 Cengkerama Dua Insan Biadab
Malam harinya, Di kamar sebuah hotel, Arza duduk dengan tatapan mata menerawang jauh ke arah jendela. Lelaki itu sedang melamun
Seorang wanita memperhatikan tindak-tanduknya. Wanita itu mendekati secara perlahan. Rupanya lamunan pria itu sedang serius sekali. Sehingga dia sama sekali tidak menyadari kehadiran seseorang yang mendekatinya.
"Mas, ada apa? Mengapa melamun?" Zorah merangkul pundak Arza lembut.
Arza kaget melihat Zorah telah berada di sampingnya.
"Maaf, Mas Nggak apa-apa kok, Sayang. Cuma sedang memikirkan masalah pekerjaan saja." Arza memandang kekasihnya dengan tersenyum.
"Mas mau minum?"
Zorah menyodorkan sebotol minuman
Suara deru mobil Arza memasuki halaman rumah. Suara anak-anak bersorak kegirangan. Ya karena mereka mengenali suara mobil papa mereka dengan baik. Melihat itu, ada rasa nyeri menusuk di ulu hati. "Papa Pulang, horeeee...." Lihatlah Anak-anak amat mencintai Papa mereka. Namun memasuki rumah, Arza cuma diam membisu. Mulutnya seolah terbungkam. Padahal apa susahnya cuma sekedar membuat mereka senang dengan menanggapi ocehan konyol mereka. "Papa udah pulang, masuk yuk." Sambut Nadine. Namun suaminya tidak menjawab ajakan yang terdengar hangat tersebut Berada di ambang pintu, Arza sejenak berdiri memperhatikan Nadine dengan sedikit rasa heran. Entah dalam benaknya wanita itu terlihat berbeda dari biasanya. Namun ah sudahlah, lelaki tersebut berusa
Bab 28 Penarikan terakhir. "kamu masih belum berubah juga, Nadine. Tidak ada makanan apapun yang kau sajikan apa-apa dimeja makan. Apa kamu tidak tahu kalau aku sedang lapar?" Suara Arza menggema dari arah dapur menuju ruang keluarga dimana Nadine berada. Nadine memang sengaja untuk tidak meminta Mbok jum memasak pagi tadi. Toh buat apa memasakkan makanan untuk lelaki kikir seperti Arza. "Hey apakah kamu tidak dengar?" Sekarang pria itu sudah ada di depannya. "Ya, aku dengar." Jawab Nadine cuek. "Kalau begitu mengapa kamu diam saja?" Suaranya makin meninggi. Membuat Davin dan Divan terkejut. Melihat Papanya sedang menunjukkan kemarahan, keduanya diam dengan tangan memegang erat tangan Mamanya. Nadine tidak tega melihat anak-
Bab 29 Rumah pun Akan Kujual Sepulang dari kantor, Nadine menghubungi seseorang. Telunjuknya sibuk menggeser-geser benda pipih mencari kontak pak Richardo. "Hallooo... Selamat siang... Pak Richardo." "Ya selamat siang, ada yang bisa saya Bantu Mbak Nadine." "Saya ingin menemui pak Richardo siang ini, bisa nggak ya?" "Tentu saja bisa. Oh ya apakah mbak Nadine masih di kantor sekarang? Soalnya kalau Mbak Nadine masih di kantor biar saya saja yang samperin sekalian saya juga ingin menemui Pak George. "Belum, ini baru mau pulang. Oke ntar saya tungguin ya." Telepon sengaja di putuskan. Untuk sementara, Nadine pergi ke kafe kecil yang berseberangan dengan kantornya. Walaupun hanya kafe kecil, namun soal r
Bab 30 Kalian Terlambat, Pengkianat Nadine sudah tampil cantik, berpakaian rapi, model rambut terbarunya pun tertata. Tas branded terbaru di sandangkan kebahu, dengan langkah bak model, Nadine bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Wangi lembut parfum mahal mengikuti kemanapun langkahnya. Seseorang yang sedang mengamatinya, merasa tidak suka melihat penampilan Nadine seperti itu. Entah apa yang ada si hati lelaki itu sangat sulit untuk di uraikan. Ingin marah, namun entah kata-kata apalagi yang pantas ia lontarkan untuk perempuan yang sudah lama ia khianati ini. Namun sekuat tenaga Arza berusaha untuk mengubah suasana hati untuk berpikir hanya Zorahlah yang terbaik. Wanita yang telah banyak menemani hari-harinya di luar rumah, di tempat hiburan dan di waktu senggang.&
Bab 31 Percakapan Bersama Pak Richardo Nadine baru saja keluar dari kantor ketika seseorang menghampirinya. Pak Richardo. "Selamat siang, Mbak Nadine." Sapanya. "Siang juga. Ada apa, Pak. Kok langsung nyamperin ke kantor? Tumben, biasanya telepon dulu." Seloroh Nadine. "Ah sesekali, mbak. Tadi tidak sempat buat telpon." Jawab pengacara tersebut. "Ini mbak. Ada yang ingin saya sampaikan." "Apa itu? Kalau begitu kita bicara di kantin depan saja, sekalian saya mau makan siang." "Baik. Boleh juga." Pak Richardo menyetujui. Mereka berjalan beriringan. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang menjepret dan mengambil gambar
Bab 32 George Sosok Misterius "Pakk.. Ggeeorgeee...!" Nadine mendadak gugup, dengan mata membulat. Pak George membalas pandangannya dengan ekspresi dingin. Sedangkan Nadine sendiri gemetaran. "Ssejak kapan bapak ada di situ?" Nadine memberanikan diri untuk bertanya. Yang di tanya malah sibuk dengan ponselnya. Seperti tidak peduli dengan pertanyaan Nadine. Sikapnya semakin membuat Nadine serba salah. "Mmaafkan saya, Pak." Akhirnya hanya kata itu yang terlontar dari mulut Nadine. Pak George memasukkan kembali ponselnya ke saku. Kali ini ia menatap wajah ketakutan milik Nadine dengan lekat, namun tanpa senyuman. Agak lama. Membuat Nadine merasa risih. "Mengapa kamu sepert
Bab 33 Arza mencari Masalah " Pesan itu membuat Nadine tidak terima. Karena ia tidak merasa berbuat serendah itu. Lalu yang patut di pertanyakan, siapa yang mengambil potret dirinya bersama Pak Richardo. "Atau mungkin ia mengirim mata-mata? Kalau begitu aku harus lebih berhati-hati." Ujar Nadine dalam hati. Wanita itu kembali masuk. George tentu bisa melihat gelagat yang tidak baik dari raut wajah Nadine. "Apa ada masalah? Maaf bukan bermaksud untuk ikut campur." Ujar pak George. "Sedikit, Pak. Biasa masalah rumah tangga." Jawab Nadine. Dengan berusaha mengerjakan tugas-tugasnya secepat mungkin, jari jemari itu kian sibuk berkutat dengan keyboard. George menatap heran. &nbs
Bab 34 Zorah dan Arza Sementara itu di sebuah rumah Arza terlihat sedang bercengkrama bersama Zorah. "Aku tidak menyangka Nadine akan tega berbuat seperti ini." "Maksud Mas?" "Ya Aku tidak menyangka saja dia mampu menduakan aku di belakang. Berani bermain api. Dia menghianati ku Zorah. Foto-fotonya bersama pengacara Ricardo yang kau berikan tadi, membuatku sangat yakin mereka berdua pasti mempunyai ikatan khusus." Zorah menghela nafas panjang. Sesungguhnya dia tidak suka mendengar kekesalan Arza tersebut terhadap Nadine. Karena nampaknya Arza terluka oleh foto-foto Nadine bersama Pak Ricardo yang ia berikan tadi. Ya memang Zorahh yang memotret mereka yang sedang keluar dari area perkantoran secara berbareng