LOGINHalo semua. Sepertinya ini pertama kalinya aku menyapa kalian. Bagaimana kabar kalian? Semoga sehat dan bahagia. Terima kasih atas kesetiaan kalian pada cerita ini. Aku berjanji dan berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi kalian. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Tuhan. Aamiin ....
Maura langsung menoleh dan alisnya bertautan melihat siapa yang tiba-tiba saja menepuk pundaknya dan bertanya dengan nada ketus. "Siapa, ya?" tanya Maura dengan gelagat biasa saja, tidak menunjukkan rasa penasaran yang terlalu berarti. "Loh, harusnya aku yang tanya, kamu siapa?! Kenapa tiba-tiba saja ada di depan ruangan bos kami?" Dari perkataan itu, Maura sudah menyimpulkan kalau yang di depannya ini adalah karyawannya Raka dan Mila. Maura menyunggingkan senyuman miring sembari melipat tangan di depan dada. Dia lalu melihat name tag yang terpasang di baju karyawan milik orang itu, Sari. "Sari." Senior yang selalu saja ingin terlihat menonjol dan tidak mau terkalahkan oleh siapapun. Beruntung Imel saat itu tidak berurusan dengan Sari, dan ditarik langsung oleh Mila untuk bekerja secara pribadi di rumah. Entah bagaimana jadinya kalau Imel berurusan dengan orang yang seperti ini. "Sari, kamu karyawan di sini, ya?" Mendengar pertanyaan itu, Sari malah merasa kesal. Bukannya menja
Melihat gelagat Imel yang tampak bingung, Maura menautkan kedua alis. Aneh aja jika tiba-tiba gadis itu bersikap seperti kaget dan bingung. "Kenapa kamu melihatku seperti itu?" "Ah, nggak. Nggak apa-apa. Aku cuma agak kaget aja. Kenapa tiba-tiba Mbak mau kerja di sini?""Ya, memang salah?" "Nggak sih, nggak salah. Cuman nggak seperti biasanya." Maura menghela napas panjang. "Tidak seperti biasanya, karena kamu belum pernah lihat aku ke sini, begitu? Padahal aku serumah sama pemiliknya, loh." Imel menganggukkan kepala. Dia langsung melanjutkan pekerjaannya untuk mengecek barang yang akan dikirim. Melihat sikap gadis itu yang terlihat cuek, Maura melipat tangan di depan dada dengan mata sinis."Kenapa kamu cuek padaku?" "Apa? Bukan, Mbak. Bukan seperti itu, tapi aku kan sedang kerja. Kalau sampai ada satu data yang hilang, takutnya Pak Raka malah marah-marah sama saya," ungkap Imel memberi penjelasan. Padahal sebenarnya dia malas saja berurusan dengan wanita ini. Meskipun dia t
Saat ini, Maura sedang menuju butik Mila. Awalnya dia ingin pergi ke supermarket milik Winda, tetapi mengingat kalau dia sudah diperlakukan tidak baik dan dipecat secara sepihak, membuat wanita itu yakin kalau Winda tidak mungkin akan menerimanya kembali. Jadi, cara satu-satunya adalah mengukuhkan niat dan tujuannya untuk mengambil hak yang harus dipunya, yaitu sebagian harta milik Mila. Namun, sekarang bagaimana caranya dia agar Raka mau menerimanya di sana? Kalau Maura sampai terang-terangan akan mengambil hak secara penuh atas harta Mila, dia yakin Raka bisa mempunyai 100 atau bahkan 1000 cara untuk menjatuhkannya. Pria itu materialistis, dia juga bergantung hidup kepada wanita kaya, jadi sudah dipastikan kalau mereka tidak mau begitu saja memberikan haknya kepada Maura. Apalagi selama ini dia sudah membohongi Raka tentang identitas diri. Yang ada pria itu akan balas dendam dan lebih menyakitinya. "Nggak! Pokoknya aku harus susun rencana rapi. Mungkin dengan menjadi karyawan di
Selama perjalanan keluar dari rumah megah itu, Mila tidak bersuara. Dia mengikuti apa saja yang dilakukan oleh David dan juga Aldo. Wanita itu dituntun oleh Aldo untuk masuk ke mobil, lagi-lagi Mila hanya diam. Dia masih ketakutan jika tiba-tiba saja David melakukan kekerasan lagi kepadanya. Yang dipikirkannya kali ini adalah sang bayi.Saat kejadian tadi, bayinya terus saja meronta-rontak dalam perut. Mungkin ikut merasakan kalau ibunya sedang ketakutan. Selama perjalanan itu pula tak ada yang bersuara, mereka bertiga fokus ke depan.Mila berada di jok belakang sendirian, sementara Aldo menyetir dan David di sebelah pria itu. Mereka bertiga sama-sama sedang bergelut dengan pemikirannya masing-masing.David sendiri berpikir apakah benar apa yang dikatakan oleh Mila, kalau Lusi bisa membencinya jika tahu masa lalu David? Dia begitu buruk, tapi David tidak bisa menyalahkan atau mengubah masa lalu yang sudah terjadi. Yang ada dia hanya bisa memperbaiki dan berusaha untuk tetap menjadi
Tanpa terduga tiba-tiba saja David berjalan cepat ke arah Mila dan menarik wanita itu hingga berdiri. Sang pria langsung mencekik Milah hingga terdorong ke tembok. Melihat itu Aldo seketika berlari dan berusaha untuk melepaskan cengkraman tuannya. "Tuan, tolong sadar! Tuan, jangan lakukan ini. Ingat, kalau sampai dia meninggal, Tuan yang akan bermasalah." "Dengar, Mila. Sedari tadi aku sudah berusaha untuk menahan diri, tapi mulutmu itu memang sudah keterlaluan. Aku memang tegas, tapi aku juga bisa kejam sesuai dengan keinginanmu. Apakah kamu pernah dengar kalau orang akan bersikap sesuai dengan prasangka orang lain? Jadi, kalau kamu berprasangka aku akan kejam, maka aku akan lakukan. Kamu akan melihat kesakitan yang teramat sangat dan lebih sakit daripada kematianmu sendiri. Aku akan membunuhmu secara perlahan dan kalau beruntung, anakmu akan lahir dengan selamat. Tapi, kalau tidak, kamu hanya akan melihat kuburannya saja," ungkap David sembari mencekik Mila yang wajahnya sudah me
Amarah David mulai tersulut. Aldo yang melihat ini mulai khawatir kalau bosnya akan berbuat semena-mena kepada Mila. Masalahnya, kalau benar-benar Mila dihilangkan nyawa oleh David, artinya pria itu sudah sekaligus membunuh bayi Mila. Aldo pun memilih untuk menenangkan bosnya, jangan sampai terpancing emosi oleh apa pun yang dikatakan oleh Mila. "Tuan, tolong jangan dengarkan apa pun yang dikatakan wanita itu. Seperti yang Tuan katakan, dia itu adalah wanita licik yang bisa melakukan apa saja demi melancarkan rencananya sendiri," ungkap Aldo dari arah belakang, membuat David terkesiap.Saat itu juga emosi yang hampir meledak langsung menurun dan wajah David juga berubah. Dia menoleh kepada Aldo."Saya sangat ingat dengan apa yang dikatakan Tuan, jangan pernah terpancing dengan tipu daya Mila. Jadi, saya harap Tuan juga sama, tidak terjebak dengan apa pun yang dikatakan oleh Mila barusan," terang Aldo membuat David bisa bernapas lega.Dia hampir saja melakukan sesuatu di luar batas.







