Share

Bab 17A

"Oh, maaf. Maksudku, bagaimana kalau aku pengen bumbu pecel, atau salad buah buatan kamu?"

Kedua sudut bibirku tertarik ke atas, lantas sejenak menelisik wajah pria muda di depanku yang nampak gugup dan sempat membuat nyaliku menciut.

"Tunggu sebentar, ya," jawabku, lalu beranjak ke pantry.

"Ini salad buah, tinggal kamu yang belum karena baru datang," ujarku dengan mengulas senyuman. Kuletakkan mangkuk plastik berisi salad buah yang kubuat pagi tadi di atas meja.

"Dan untuk bumbu pecel, nanti sebentar lagi diantar ke sini, sekalian nasi kotak sebagai ucapan perpisahan dariku pada semua teman di sini."

"Nadira, bukan itu maksudku," sahut Fajar setelah beberapa saat terdiam di kursinya.

"Jadi?"

Ia tak segera menjawab, justru menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.

"Fajar, kamu kenapa?"

Lalu suara ponsel di saku jaketnya terdengar menjerit-jerit. Ia segera menerima panggilan tersebut tanpa menin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status