Share

Bab 17B

"Anak saya nggak bisa ikut, tapi dia sudah punya pekerjaan tetap di kabupaten. Gajinya juga, lumayan lah. Jadi, Nak Nadira tak perlu kuatir soal nafkah nanti,” ujar Pak Hardi, kala itu.

"Saya akan senang sekali kalau Nadira jadi menantu saya, nggak usah kerja lagi juga nggak apa-apa nanti. Iya, kan, Pak?" timpal snag ibu negara.

Hem, mana bisa begitu. Aku tak biasa menadahkan tangan. Selama ini bebas mau beli apa aja meski direm juga. Akan bagaimana belanja ibuku nanti kalau setelah bersuami aku tak boleh kerja?

Pak Hardi mengangguk tanda setuju.

"Ya, sayang sekali dia tak bisa ikut. Oh, tapi Nak Rudy ini, kan, teman sekelas Aji waktu SD dulu, ya?"

Aku terperanjat, lalu menoleh pada Mas Rudy. Ia mengangguk mengiyakan. Jadi namanya Aji, seumur Mas Rudy?

"Iya, Pak, Aji teman main saya dulu," jawab Mas Rudy.

Aku menghela napas, membayangkan bersanding dengan pria yang tak kukenal, seumur kakakku pula. Yang mana orang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status