Share

Bab 31C

"Ini pasti gara-gara kamu suka makan sayap ayam, makanya terbang ke mana-mana. Habis ke Surabaya, ke Medan juga. Cah wadon, kok plencang-plencing."

Ibu menggerutu, selalu begitu kalau bicara dengan Nadira. Kudengar tawa renyah dari seberang telepon.

"Ibu ada-ada saja. Apa hubungannya makan sayap ayam sama pergi ke Medan," lagi ia terkekeh.

"Yo ada. Lha itu, kamu nggak ingat pulang, malah mau pergi melebihi kakakmu yang laki-laki," protes ibu.

Ah, ibu benar juga. Dia, adik perempuanku, panjang sekali langkahnya. Ia bahkan melampaui jarak yang pernah kutempuh sepanjang karirku merantau.

"Oh, ini pasti karena ibu berprasangka begitu, makanya sekarang terkabul. Ucapan itu doa, lho, Bu. Iya, kan, Mas?"

Nadira masih terkekeh. Aku menggelengkan kepala. Bisa saja dia membalikkan ucapan ibu.

"Minta doanya ya, Bu, Mas. Doakan semoga perjalananku lancar, selamat sampai tujuan," pintanya kemudian.

"Iya, Nduk, ibu selal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status